Ilustrasi:net |
"Luasan ini bisa saja bertambah, karena laporan yang kita terima baru tiga kabupaten saja," kata Kepala BPBD Riau, Kepala BPBD Riau, Said Saqlul Amri, kepada wartawan, Sabtu (8/2/2014).
Said menjelaskan, kebakaran lahan itu terjadi di Kabupaten Siak, Kab Meranti dan Bengkalis. Paling luas saat ini berada di Kabupaten Meranti.
Di Meranti diperkirakan capai 1.000 hektar lahan masyarakat termasuk di konsesi hutan tanaman industri untuk komoditas sagu milik PT National Sago Prima (NSP) yang merupakan Sampoerna Group.
"Kebakaran ada di dalam kawasan perusahaan PT NSP, sampai sekarang belum bisa ditanggulangi," ujarnya.
Said menjelaskan, Pemprov Riau telah menganggarkan dana tanggap darurat Rp10 miliar. Dan tersebut untuk penanggulangan kebakaran lahan. Namun demikian dana tersebut dinilai belum mencukupi.
"Pemkab Meranti sudah meminta bantuan kita agar dilakukan pemadaman lewat udara.Kami merencanakan menggunakan helikopter namun kalau anggaran tidak mencukupi, maka kami berharap ada bantuan dana dari pemerintah pusat lewat BNPB," ujarnya.
Sementara itu, hasil investigsi Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) menyimpulkan, bahwa lahan terbakar di Kab Meranti berasal dari PT NSP. Kebakaran pertama di lokasi hutan tanaman industri (HTI) Sagu sejak tanggal 30 Januari dari blok K26 di Kecamatan Tebing Tinggi.
"Kita memprediksi di konsesi PT NSP ada 500 hektar yang terbakar. Perusahaan tak sanggub mengendalikan api karena memang tidak memiliki peralatan. Perusahaan harus diminta pertanggungjawabannya karena sudah dianggap lalai," kata Direktur Walhi Riau, Riko Kurniawan.
Humas PT NSP Setyo Budi Hutomo mengakui kebakaran lahan pada akhir Januari lalu memang berada konsesi di blok K26.
"Namun api berasal dari dekat jalan yang biasa dilalui masyarakat. Api tidak berasal dari konsesi lahan kami, tapi dari masyarakat," kilah Setyo kepada wartawan.(dtc)
0 komentar:
Posting Komentar