Aksi demo ini digelar, Rabu (11/6/2014) di Bangkinang, ibukota Kab Kampar. Sebelum ke komplek perkantoran Pemkab Kampar, demontrans sebelumnya berorasi di depan pendomo sejak pagi.
Usai waktu salat zuhur, mereka bergerak ke komplek perkantoran yang berjarak sekitar 3 km.
Massa ini terdiri dari masyarakat, mahasiswa dan sejumlah LSM. Mereka melakukan aksi demo berturut-turut dengan tuntutan pengusutan dugaan perkelahian antara istri Bupati Kampar, Eva Yulianti dengan seorang ibu rumah tangga Nur Asmi.
Massa ini meminta agar kasus tersebut diusut tuntas. Mereka juga mendesak agar Bupati Kampar, Jefry Noer dilengserkan.
Dalam aksi demo ini, ratusan warga membakar ban bekas dipintu gerbang perkantoran Pemkab Kampar. Para demonstran silih berganti saling berorasi dengan pengeras suara.
Namun mereka hanya bisa berorasi di luar pintu pagar. Ini karena kawat berduri telah dipasang pihak kepolisian. Saat ini komplek perkantoran dijaga ketat pihak kepolisian dan Satpol PP Pemkab Kampar.
Massa disambut kawat berduri yang
dipasang di depan gerbang masuk
Komplek Kantor Bupati Kampar.
(foto dtc)
|
Nur Asmi (40) seorang ibu rumah tangga mengklaim di lokasi lahan yang akan dibangun pabrik sawit itu adalah lahannya. Melihat kondisi itu, Bupati Kampar, Jefry sempat meminta Nur Asmi dan suaminya Jalal untuk meninggalkan lokasi itu.
Namun teguran itu tidak diterima. Saat itulah terjadi cekcok antara kedua belah pihak. Nur Asmi mengklaim dirinya sempat dianiaya, tapi hal itu dibantah Bupati Kampar. Menurut Jefry tidak ada penganiayaan dalam peristiwa itu.
Kronologi Versi Bupati Kampar
Sebelumnya kepada Polda Riau, pihak Bupati Kampar menceritakan, kronologis kejadiannya pada hari sabtu tanggal 31 Mei 2014 sekitar jam 15.30 WIB, Jefri bersama istrinya Eva, serta ajudan Bupati Kampar berangkat menuju Sei Pinang km 7 Desa Birandang Kecamatan Kampar Timur Kabupaten Kampar Propinsi Riau dengan menggunakan Mobil Cycnus.
Setibanya di lokasi menjumpai seorang laki-laki (Jamal) bersama istrinya (Nurhasmi) di camp yang mengaku ada lahannya di lokasi tersebut dan Bupati (Jefry Noer) menjelaskan kepada wanita tersebut permasalahan lahan dan wanita tersebut merasa tidak terima dan mengeluarkan kata-kata kotor kepada Jefry Noer.
"Mendengar kata-kata tersebut Bupati (Jefry Noer) menyuruh wanita tersebut untuk keluar, wanita tersebut (Nurhasmi) berjalan sambil mengeluarkan kata kata kotor kemudian wanita tersebut melewati Eva dan Eva mengatakan kepada wanita tersebut 'keluar aja dulu bu," ujar Guntur menirukan ucapan Eva Yuliana.
Kemudian, lanjut Guntur, dengan tidak senang langsung wanita tersebut (Nurhasmi) menyikut dengan menggunakan siku tangan kanannya dan mengenai dada Eva dan menyerang Eva secara bertubi tubi.
Kemudian dengan melihat kejadian tersebut ajudan bupati mendatangi dan melerai perbuatan wanita tersebut dan Bupati mengatakan kepada suaminya "Cepat lerai istri kamu dan bawa pergi dari sini" berselang waktu lebih kurang 5 menit wanita tersebut di bawa suaminya dengan mengendarai sepeda motor.
"Sekitar pukul 17.00 WIB Bupati dan istrinya Eva sekaligus ajudan yang mengendarai mobil berangkat hendak meninggalkan lokasi, dan setibanya di jalan (masih dilokasi) pihak Jefry mengaku di hadang dengan cara menghadang dengan sepeda motor di lintang di tengah jalan," kata Guntur.
Kemudian, salah seorang ada membawa senjata tajam (Sajam) berupa parang panjang dengan keadaan tersebut kami terasa terancam dan ajudan bupati (Bripka Very) secara spontan mengawasi si pembawa sajam.
Lalu Bripka Very mengatakan, "tolong parangnya disimpan dan kamu jangan mendekat" sambil mengangkat senpinya ke atas dan mengatakan berulang ulang sampai dia meletakkan sajamnya tersebut, dan memberikan kepada saudari perempuannya.
"Setelah itu dengan waspada ajudan bupati tersebut menyimpan kembali senpinya dan selalu waspadai lelaki tersebut dan sekira pukul 17.30 WIB rombongan keluarga bupati meninggalkan lokasi tersebut, demikian keterangan dari Bupati Kampar Jefry Noer dan Istrinya Eva Yuliana," pungkas Guntur. (red/dtc)
0 komentar:
Posting Komentar