Gajah Mati di Riau. (foto Mongabay) |
Hal itu disampaikan juru bicara WWF di Riau, Syamsidar kepada wartawan, Senin (28/4/2014) di Pekanbaru. Menurutnya, bila kasus kematian gajah di Riau tidak dituntaskan lewat proses hukum, akan menimbulkan efek negatif. Bisa jadi masyarakat menganggap kematian gajah hal yang biasa.
"Padahal hampir seluruh kematian gajah di Riau akibat termakan racun. Dan racun yang ditebar itu tentunya unsur kesengajaan dari orang yang tak bertanggung jawab," kata Syamsidar.
Syamsidar merincikan, kasus kematian gajah di tahun 2012 sebanyak 15 kasus yang tak terungkap. Pada tahun 2013 ditemukan 14 kasus kematian gajah. Dari jumlah tersebut, 13 ekor gajah malah mati di Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) yang merupakan satu di antara kantong gajah di Riau.
"Anehnya tahun 2014 baru hitungan 3 bulan saja sudah ada 14 ekor gajah liar mati tak wajar. Ini menunjukjan terjadinya peningkatan kematian gajah di Riau," kata Syamsidar.
Karena itu pihaknya mengkhawatirkan, gajah liar di Riau bisa terancam punah sebelum waktunya. Konflik antara gajah dengan manusia semakin tahun akan terus bertambah. Salah satu faktornya, habitat gajah di Riau terus menyempit seiring banyaknya kawasan hutan yang beralih fungsi.
"Kawasan hutan banyak yang jadi perkampungan, kawasan hutan tanaman industri, perkebunan sawit. Jadi gajah liar habitatnya terus menyempit. Ini juga faktor dominan terjadinya konflik," kata Syamsidar.
"Kematian gajah di Riau semakin meningkat. Yang kita sayangkan, tidak satu kasus kematian gajah bisa diproses hukum," kata Syamsidar.
Menurut Syamsidar diperkirakan pada tahun 2009 ada 150 sampai 200 ekor gajah liar di Riau. Namun demikian populasinya tentunya berkurang jauh.
"43 ekor gajah liar itu kan, yang tercatat saja dengan kita. Bisa jadi masih ada kematian gajah yang tidak terpantau oleh pemerintah di Riau," kata Syamsidar. (red/dtc)
0 komentar:
Posting Komentar