Para Pengrajin Buang Hasil Produksi |
JAKARTA, RIAUGREEN.COM - Ketua II Gabungan Koperasi Pengrajin Tahu dan Tempe Indonesia (Gakoptindo), Sutaryo, memastikan pada Senin lusa, 9 September 2013, para pengrajin pangan berbahan kedelai ini stop berproduksi. Aksi ini dilakukan serentak oleh para anggota koperasi di seluruh Indonesia. "Kami akan mogok selama tiga hari, dari Senin sampai Rabu," ujarnya kepada wartawan seusai diskusi Polemik Sindo Radio, di Cikini, Sabtu, (07/092013).
Aksi mogok produksi ini, menurut Sutaryo, merupakan protes para pengrajin tahu - tempe atas kenaikan harga kedelai yang tidak terkendali. "Selain stop produksi, kami juga memanfaatkan aksi ini untuk mengatur, menaikkan harga bersama-sama," tuturnya. Dalam rencana mereka, seusai mogok, harga tempe dan tahu akan dinaikkan sekitar 25 persen. "Ini kesepakatan seluruh anggota."
Harga kedelai saat ini telah mencapai Rp 8.900 sampai Rp 10.000 per kilogram, dari semula hanya Rp 7.000-7.500. Pasokan kedelai impor dituding menjadi penyebab mahalnya kedelai yang harus dibeli para pengrajin tahu dan tempe. Kebutuhan kedelai untuk produksi tahu dan tempe secara nasional mencapai 120-150 ribu ton per bulannya. Dari total kebutuhan kedelai nasional yang mencapai 1,8 juta ton setahun, 85 persen di antaranya digunakan para pengrajin tahu dan tempe, yang sebagian besar dipenuhi melalui kedelai impor
Aksi mogok produksi ini, menurut Sutaryo, merupakan protes para pengrajin tahu - tempe atas kenaikan harga kedelai yang tidak terkendali. "Selain stop produksi, kami juga memanfaatkan aksi ini untuk mengatur, menaikkan harga bersama-sama," tuturnya. Dalam rencana mereka, seusai mogok, harga tempe dan tahu akan dinaikkan sekitar 25 persen. "Ini kesepakatan seluruh anggota."
Harga kedelai saat ini telah mencapai Rp 8.900 sampai Rp 10.000 per kilogram, dari semula hanya Rp 7.000-7.500. Pasokan kedelai impor dituding menjadi penyebab mahalnya kedelai yang harus dibeli para pengrajin tahu dan tempe. Kebutuhan kedelai untuk produksi tahu dan tempe secara nasional mencapai 120-150 ribu ton per bulannya. Dari total kebutuhan kedelai nasional yang mencapai 1,8 juta ton setahun, 85 persen di antaranya digunakan para pengrajin tahu dan tempe, yang sebagian besar dipenuhi melalui kedelai impor
Sebelumnya, kata Sutaryo, pengrajin menyiasati mahalnya kedelai dengan mengurangi ukuran tempe dan tahu yang mereka produksi. "Dengan begitu, harga jual produk tidak naik dan pengusaha tidak gulung tikar," dia menjelaskan. Namun, karena kenaikan harga kedelai semakin tinggi, para pengrajin tidak punya pilihan lain selain menaikkan harga. "Setelah harga naik, ukuran dan kualitas produk akan kembali seperti sebelumnya," kata dia.
Para pengrajin berharap, dengan melakukan aksi mogok, pemerintah segera melakukan langkah nyata untuk menurunkan harga kedelai sekaligus memastikan stok aman.
"Menteri Perdagangan memang sudah mengatakan stok untuk dua bulan ke depan aman, tapi setelah itu bagaimana?" ujarnya. "Jika stok aman dan harga kedelai tidak mahal, para pengrajin akan kembali menjual tahu dan tempe dengan harga normal."(*)
0 komentar:
Posting Komentar