Agung Laksono |
"Rencana yang membuka adalah Menko Kesra Agung Laksono. Insyaallah sudah A1 atau pasti," kata Yoserizal di Pekanbaru, Kamis.
Ia mengatakan panitia penyelenggara dan pemerintah daerah juga turut mengundang Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu, namun masih menunggu konfirmasi dari kementerian.
Pejabat lain yang dipastikan bakal hadir adalah Gubernur Riau Annas Maamun, yang sebelumnya pernah menjabat Bupati Rokan Hilir.
Menurut dia, Pemprov Riau berkomitmen untuk mengembangkan dan mempromosikan Bakar Tongkang sebagai salah satu potensi wisata yang sangat menjanjikan.
Menurut dia, ritual tahunan itu sudah menjadi "magnet" bagi wisatawan domestik dan mancanegara.
"Bakar Tongkang mampu mendatangkan 50 ribu orang wisatawan, baik domestik maupun wisatawan internasional," ujarnya.
Pemprov Riau melakukan berbagai upaya untuk mempromosikan agar gaung event tersebut tersebar ke seantero dunia. Pemerintah daerah juga mengalokasikan anggaran di Dinas Kebudayaan dan Pariwasata Riau untuk memeriahkan acara tersebut.
"Besaran dananya saya tidak tahu persis karena dianggarkan di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Riau," kata Yoserizal.
Penyelenggaraan Bakar Tongkang setiap tahunnya memang bisa "menyedot" puluhan ribu wisatawan untuk datang ke Kota Bagansiapi-api, Rokan Hilir. Tahun 2013, Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif Cicip Sutardjo juga datang ke Riau untuk menghadiri puncak acara Bakar Tongkang.
Namun, sayangnya Menteri Sharif Cicip pada saat terakhir batal menghadirinya akibat helikopter yang disiapkan membawanya tidak bisa mendarat di Kota Bagansiapiapi terhalang kabut asap kebakaran lahan dan hutan yang terlalu pekat.
Bakar Tongkang (Go Gwe Cap Lak) sejatinya merupakan ritual bagi warga Tiongkok di Bagansiapiapi untuk mengekspresikan rasa syukur mereka kepada Dewa Laut atau Dewa Kie Ong Ya, yang telah memberikan hidup lebih baik.
Ritual tersebut digelar setiap tanggal 15-16 bulan lima tahun Imlek yang tahun ini bertepatan pertengahan bulan Juni 2014.
Ritual ini bermula dari legenda perantauan warga dari Fujian, dipimpin Ang Mie Kui, yang menyeberangi lautan dari daratan Tiongkok pada tahun 1820. Mereka melakukan eksodus karena saat itu Fujian dilanda krisis pangan dan dikuasai oleh rezim Siam yang tiran.
Mereka yang mengarungi lautan untuk mencari kehidupan baru, membawa serta patung Dewa King Ong Ya di atas kapal. Mereka berhari-hari terkatung-katung di tengah samudera, kehilangan arah. Ang Mie Kui dan rekan-rekannya kemudian meminta petunjuk Dewa Laut, dan menurut legenda mereka melihat cahaya gemerlapan di horizon yang ternyata merupakan daratan.
Daratan itu disebut mereka sebagai Bagan yang konon merupakan cikal bakal terbangunnya Kota Bagansiapiapi. Mereka akhirnya membakar kapal yang digunakan sebagai bentuk sumpah akan terus menetap di tanah baru itu. (red/ant)
0 komentar:
Posting Komentar