JAKARTA, RIAUGREEN.COM - Sejak 6 April lalu, tahapan pemilu legislatif memasuki masa tenang kampanye setelah ingar bingar kampanye selama tiga pekan. Seluruh aktivitas kampanye harus dihentikan, termasuk atribut berupa poster dan spanduk harus dicopot.
Namun ada saja para caleg yang merasa kurang yakin dengan kampanye yang telah dilakukannya. Waktu masa tenang pun masih dimanfaatkan untuk melakukan pendekatan kepada para calon pemilih.
Apa saja aksi para caleg yang memanfaatkan masa tenang untuk kampanye? Berikut ceritanya:
1. Caleg PKS diusir warga saat kampanye di arisan
Meski sudah memasuki masa tenang pemilu legislatif, masih ada saja caleg yang berupaya berkampanye. Seperti yang dilakukan caleg PKS incumbent yang memanfaatkan arisan warga untuk menyampaikan visi misinya. Bukannya disambut, sang caleg diusir warga yang kesal.
Hal itu terjadi di RT 8/RW XI, Kelurahan Gisik Drono, Kecamatan Semarang Barat, Kota Semarang, Jawa Tengah. Minggu (6/4) malam, para bapak-bapak sedang berkumpul menggelar arisan di rumah ketua RT yang bernama Agus.
Johan Rifai, caleg nomor urut 7 PKS Kota Semarang yang bertarung di Dapil 1 Kota Semarang (Semarang Barat dan Semarang Selatan) yang saat ini masih menjadi anggota DPRD Kota Semarang ikut hadir. Dia pun sempat memaparkan program kerja dan janji soal pembetonan jalan di RT tersebut. Johan juga sebelumnya telah memberikan bantuan uang Rp 1 juta untuk RT itu.
"Dia (Johan Rifai) sempat menyampaikan visi dan misi kok dibiarkan. Itu pas acara pertemuan arisan RT bapak-bapak. Saya sudah peringatkan, lho pak ini kan bukan masanya, ini kan sudah hari tenang. Bukan masa hari kampanye kok dilakukan," ungkap Ibu Suyadi kepada merdeka.com Senin(7/4).
"Dia sempat meminta maaf. Dia bilang, 'maaf kalau ini dianggap kampanye karena program ini sudah tiga bulan yang lalu'. Saya protes, harusnya tidak perlu dilanjutkan karena sudah habis masa kampanyenya," jelas Ibu Suyadi.
Sementara Sugiman (47), warga yang hadir dalam arisan itu mengaku peserta arisan sudah memperingatkan agar Johan tidak berkampanye. "Warga sudah menolak kedatangannya untuk menyampaikan visi misi pencalegannya. Karena nekat warga langsung mengusir dia. Warga keberatan. Sebelumnya sudah dilarang RT. Intinya dia minta warga suruh dukung dia tapi warga tidak setuju. Dia langsung pulang," ungkapnya.
2. Iklan pencoblosan salah hari
Saat masa tenang, para calon legislatif (caleg) di Palembang tetap mempromosikan diri melalui iklan di media massa. Padahal, Bawaslu Sumsel menetapkan masa tenang bebas dari kampanye caleg.
Hal ini berdasarkan temuan merdeka.com dari iklan-iklan di beberapa media cetak lokal di Palembang. Meski penampilan iklannya berubah bentuk dan tidak menampilkan nomor urut dan partai politiknya, namun tetap ditengarai sebagai kampanye terselubung.
Beberapa iklan caleg yang masih terpampang seperti, Afrinaldy caleg DPRD Sumsel dari PBB. Dalam masa kampanye sebelumnya, caleg ini memenuhi iklan di beberapa koran. Namun, kali ini ia beriklan dengan menampilkan usahanya, yakni bus pariwisata EPA Star, tetapi tetap menampilkan fotonya seperti iklan politik beberapa hari lalu.
Caleg lain yang juga masih beriklan adalah, Eddy Prabowo caleg DPR RI daerah pemilihan Sumsel 1 dari Partai Gerindra. Caleg ini beriklan dengan tujuan mengingatkan warga untuk menggunakan hak pilihnya di hari pencoblosan. Uniknya, hari yang dipasang dalam iklan tersebut disebutkan hari Kamis, padahal hari pencoblosan sebenarnya hari Rabu.
Ada lagi caleg yang berbuat sama, yakni Hafisz Tohir, caleg DPR RI dari PAN. Di samping fotonya, terdapat foto Hatta Rajasa yang ditulis sebagai Menteri Perekonomian dan tercantum kalimat 'Bekerja dengan Penuh Amanah untuk Kepentingan Rakyat'.
3. Ditegur pasang stiker di masa tenang, caleg ngajak berantem
Lucu sekali tingkah laku salah seorang calon legislatif (caleg) di Yogyakarta ini. Caleg dari Partai Golkar Dapil V Mlati Gamping, Sleman ini malah menantang berkelahi warga karena tak terima diperingatkan untuk tak memasang alat peraga kampanye di minggu tenang.
Hal tersebut diceritakan langsung oleh warga yang pada saat itu kena semprot langsung dari caleg itu. Warga itu adalah Ary Lesmana. Dia mengunggah cerita tentang peristiwa konyol itu di akun jejaring sosial Facebook.
"Kejadiannya kemarin Minggu, 6 April 2014, sekitar jam 08.30 di desa Mejing Lor, Sidoarum," kata Ary kepada merdeka.com, Senin (7/4).
Ary yang kebetulan sedang melintas di wilayah itu spontan mengingatkan tim caleg itu agar tidak menempelkan atribut kampanye pada saat minggu tenang. Sayangnya caleg itu tak mau diperingatkan dan malah berlagak menantang.
"Diperingatkan baik-baik, tim caleg dengan sopan menjawab, "Ini kan kami cuman menempelkan kalender". Ketika didesak bahwa yang ditempelkan bukan kalender, tetapi alat peraga kampanye, timses malah menantang, "Monggo silakan laporkan ke KPU dan Bawaslu"," ujar Ary sambil menirukan mereka.
Melihat keributan kecil, seseorang yang mengaku caleg yang gambarnya tercantum pada stiker yang ditempelkan, turun dari mobil dan terlihat sewot. Ketika Ary mengingatkan lagi bahwa pada hari itu, 6 April adalah masa Minggu tenang, caleg ini mulai sewot dan menukas, "Ini masalah Politik!! Anda mau apa? Silakan laporkan ke KPU! Anda menantang saya?".
4. Ditegur warga, caleg ngaku cucu Sultan HB IX
Salah seorang calon legislatif (caleg) dari Partai Golkar Dapil V Mlati Gamping, Sleman ini mencak-mencak dan mengajak berkelahi warga. Dia tak terima karena diperingatkan untuk tak memasang alat peraga kampanye di minggu tenang.
Hal ini diceritakan langsung oleh Ary Lesmana, salah seorang warga yang pada saat kejadian disemprot oleh caleg itu. Peristiwa tersebut terjadi pada Minggu, 6 April 2014, sekitar jam 08.30 di desa Mejing Lor, Sidoarum, Sleman.
Lucunya, ketika diperingatkan baik-baik caleg dari partai berlambang beringin itu malah menantang dan mengaku cucu dari Sri Sultan HB IX yang ikut dipajangnya di baliho kampanyenya itu.
"Dia mengingatkan bahwa dia adalah cucu dari seorang tokoh yang disertakan di dalam gambar," kata Ary kepada merdeka.com, Senin (7/4).
Berawal dari Ary yang kebetulan sedang melintas di wilayah tersebut dan spontan mengingatkan tim caleg itu agar tidak menempelkan atribut kampanye pada saat minggu tenang. Sayangnya caleg itu tak merasa bersalah dan malah berlagak menantang.
"Diperingatkan baik-baik, tim caleg dengan sopan menjawab, "Ini kan kami cuman menempelkan kalender". Ketika didesak penulis bahwa yang ditempelkan bukan kalender, tetapi alat peraga kampanye, timses malah menantang, "Monggo silakan laporkan ke KPU dan Bawaslu"," ujar Ary sambil menirukan mereka. (red)
Source : merdeka.com
0 komentar:
Posting Komentar