RIAUGREEN.COM - Lembaga konservasi WWF Indonesia memilih wait and see terhadap niat Asia Pulp and Paper-APP untuk menghentikan aktivitas penebangan di hutan tropis dan hutan gambut di Indonesia. Demikian diungkapkan oleh Direktur Konservasi WWF Indonesia Nazir Foead, seperti dikutip dari situs resmi WWF pada Selasa (5/3).
Asian Pulp and Paper adalah anak perusahaan Sinar Mas Group yang memiliki bisnis kertas dan bubur kertas, serta memiliki konsesi hutan produksi, sebagian besar di Sumatera. Sayangnya, konsesi yang mereka miliki termasuk dalam kategori hutan tropis dan lahan gambut yang terlarang untuk dieksplorasi. Menurut laporan Eyes on the Forest, sebuah konsorsium NGO, perusahaan itu dianggap bertanggungjawab terhadap kerusakan sekitar 2 juta hektare hutan hujan tropis di Sumatera, sejak mereka beroperasi tahun 1984.
Tahun 2003 APP dan WWF Indonesia menandatangani nota kesepahaman yang memberikan WWF kesempatan untuk menilai kinerja lingkungan perusahaan itu. Nota itu berakhir 6 bulan kemudian, karena WWF menolak untuk menandatangani Environmental Management Plan yang disiapkan perusahaan karena mencurigai asal bahan baku kayu yang mereka pakai dalam produksi.
Setelah kampanye intensif berbagai lembaga lingkungan baik global maupun nasional, puluhan pembeli produk APP berhasil diyakinkan untuk berhenti segala jenis produk berhahan kertas yang dihasilkan oleh APP. Perusahaan multinasional seperti Danone, Adidas, Kraft, Nestle, Unilever dan anak perusahaan penerbitan besar Collin Publishing, ikut dalam pemutusan kontrak pembelian produk APP. Pemutusan kontrak itu diperkirakan merugikan perusahaan puluhan juta dolar per bulan.
“WWF telah lama meminta para pengusaha yang peduli agar menolak APP sampai ada laporan independen yang menyatakan bahwa APP telah menghentikan kegiatan mereka yang mengeringkan lahan gambut dan membabat hutan tropis yang bernilai konservasi tinggi,” kata Aditya Bayunanda, GTFN dan Pulp & Paper Manajer WWF Indonesia.
Sementara Nazir Foead menambahkan, “Sekarang APP berkomitmen mematuhi sebagian besar permintaan WWF. Jika benar terjadi, inilah berita baik untuk hutan, biodiversitas, dan masyarakat Indonesia.”
Tetapi ia buru-buru menambahkan bahwa APP terkenal suka menyampaikan banyak komitmen kepada WWF, para pemangku kepentingan lain dan para pembeli produknya di seluruh dunia, tetapi gagal memenuhinya. Ia berharap kini saatnya APP memenuhi janjinya. Untuk memantau komitmen itu, WWF Indonesia berencana membentuk tim monitoring independen dan akan memberikan perkembangan terkini kepada para stakeholders tentang kinerja APP di lapangan untuk memenuhi janji-janji itu. IGGM (*)
sumber : energitoday.com
0 komentar:
Posting Komentar