Ilustrasi : net |
Kelangkaan Elpiji 3 kg ini jelas membuat masyarakat menjerit karena sejauh ini sudah menjadi bahan kebutuhan pokok mendasar karena sejauh ini sudah menjadi kebutuhan dasar yang pokok untuk aktivitas memasak di rumah tangga.
Sejumlah warga justru kembali meminta pemerintah menyediakan bahan bakar minyak tanah bersubsidi seperti sebelum diluncurkan konversi gas elpiji dari minyak tanah pada era pemerintahan Dumai sebelumnya.
Am (37), warga Kelurahan Rimba Sekampung yang mengaku sangat kesulitan menemukan gas LPG, serta mengeluhkan tentang lemahnya peranan pemerintah mengatasi persoalan ini.
"Kelangkaan gas elpiji ini seharusnya cepat ditangani oleh pemerintah karena keberadaan gas sudah menjadi kebutuhan pokok di rumah tangga. Sejak sepekan ini kita tidak mendapatkan gas elpiji meski sudah mencari ke sejumlah agen penjualan," kata Am, Rabu (5/2/2014).
Warga lainnya, Munir (29) juga menyesalkan sulitnya mendapatkan gas elpiji 3 kilogram saat ini dengan ditambah persoalan ketidakpastian harga di pasaran yang tidak mengikuti harga eceran tertinggi.
"Kondisi sekarang makin parah, karena selain susah mendapatkan, juga harga yang tidak menentu dan bervariasi di pasaran," ujar pria ayah dari dua buah hati ini.
Agen resmi Pertamina Dumai, PT Nur Sembilan Baruada mengakui kuota gas Elpiji 12 kilogram sejauh ini tidak mencukupi untuk menutupi kebutuhan masyarakat yang semakin bertambah.
"Kuota sebulan sebanyak 5.160 tabung gas elpiji 12 kilogram tidak lagi cukup, dan kita sudah ajukan penambahan sebanyak 12.000 tabung, namun sejauh ini belum dipenuhi," ujar Badaruzzaman, pimpinan PT Nur Sembilan Baruada dihubungi wartawan.
Sedangkan untuk harga, pihaknya selaku agen resmi Pertamina memasang harga sesuai ketentuan yang ditetapkan yaitu sebesar Rp98.500 per tabung sampai ke tempat.
"Jika masyarakat mau memperoleh gas elpiji 12 kilogram harus pesan dulu sehari sebelumnya, karena setiap pasokan datang bisa langsung habis," ungkapnya.***red
0 komentar:
Posting Komentar