Bibir Pantai Desa Muntai |
Sementara, pohon api-api dan bakau semakin musnah, tidak ada lagi penahan pukulan ombak yang datang. Sehingga membuat tebing pantai runtuh kelaut.
Kendati Demikian disampaikan Miskon salah seorang warga setempat kepada sejumlah awak media, Senin (12/5/14) tingkat abrasi yang terjadi di laut desa Muntai setiap tahunnya diperkirakan musnah rata-rata mencapai 15 meter mengarah daratan. gelombang pasang yang datang dari perairan Selat Melaka tidak mampu ditahan pohon-pohon yang ada dilaut, bahkan sudah mengancam fasilitas negara yang dibangun di desa Muntai.
“Kawasan pantai di Muntai ini sudah sangat mengkhawatirkan. umumnya paling dahsyat terjadi pada musim utara. panjang Desa Muntai yang menghadap ke perairan Selat Melaka sekitar 10 KM dan mayoritas bibir pantai sudah diterjang abrasi setiap musim pasang tiba. Demikian juga dengan perbatas antara desa Muntai dengan Pambang di sekitar pantai yang dahulunya mencapai 4 Kilometer (KM) sekarang hanya tersisa kurang dari 3 KM, juga terkena dampak abrasi," ujar Miskon
Tambahnya, terkait fasilitas negara salah satunya radar pemantau milik TNI Angkatan laut serta sistem navigasi yang dibangun di desa Muntai sekarang posisinya sudah berada persis ditepi laut. Padahal dahulunya posisi radar dan sistem navigadi untuk pelayaran tersebut berada sekitar 150 meter dari bibir pantai.
“Tahun 2012 lalu Pemkab Bengkalis mengalokasikan anggaran untuk pembangunan turap batu pemecah gelombang di Muntai hanya sepanjang 200 meter dengan biaya sekitar Rp 2 milyar. Ini masih jauh dari kebutuhan sehingga secara langsung berdampak kepada perekonomian mereka, karena masyarakat Bantan mayoritas adalah nelayan dan petani," pungkasnya ***
0 komentar:
Posting Komentar