Candi Ratu Boko. (foto Panorama) |
"Sunset menjadi andalan untuk kunjungan wisatawan baik domestik atau pun mancanegara. Datanglah sebelum pukul 17.00 jika ingin menikmati keindahan sunset di bukit Ratu Boko," kata Didik Tri Ardianto, Staf Operasional TWC Ratu Boko.
Jumlah kunjungan wisata di kawasan itu paling sedikit jika dibanding dengan Candi Prambanan dan Borobudur. Lokasinya hanya berjarak sekira 3 kilometer ke arah selatan dari Candi Prambanan, Sleman, D.I. Yogyakarta.
"Kita mungkin hanya separuh dari Candi Prambanan. Jika di sana (Prambanan-red) mencapai 10 ribu pengunjung sebulan, mungkin kita hanya 5 ribu, tapi kita mengalami peningkatan dari waktu ke waktu," paparnya.
Setiap Minggu sore ada pertunjukan seni tradisi musik Gejug Lesung yang dimainkan penduduk setempat. Kesenian ini berawal dari kehidupan petani masyarakat desa yang sedang merayakan panen padi.
"Kesenian ini ada musik, tembang, dan tari," kata bapak dua anak itu.
Alat musik yang digunakan terbuat dari kayu untuk memukul lesung. Sedangkan lesung sendiri berupa kayu besar berbentuk perahu yang kala dulu ada padi ditumbuk hingga menjadi beras.
"Kalau dulu masih menggunakan lesung untuk menumbuk padi, sekarang ada gilingan padi. Masukkan padi ke gilingan, keluar sudah jadi beras, lebih cepat," katanya, menjelaskan.
Pertunjukan Gejug Lesung bertujuan meningkatkan daya tarik wisata. Selain itu sebagai media melestarikan seni budaya yang sangat erat hubungannya dengan kehidupan sehari-hari di desa. Selain lesung, terdapat alat komunikasi yang erat hubungannya dengan masyarakat, yakni kentongan. Selain media komunikasi, kentongan mampu dipakai sebagai alat untuk berkesenian.
Pengunjung tak perlu merogok kocek dalam untuk menikmati wisata di Ratu Boko. Cukup Rp25 ribu bagi wisatawan domestik dan Rp90 ribu untuk wisatawan mancanegara. (red/ozk)
0 komentar:
Posting Komentar