Almarhum Adek Sanjaya |
"Saya tidak percaya, dia pergi secepat itu. Dia banyak membantu orang, meski kadang-kadang di antara kita wartawanpun saling berbeda pendapat, berbeda pandangan. Pada prinsipnya, dia sangat baik," ujar Ricky Hutagalung, Kabiro Media Riau untuk Dumai, Sabtu (22/3/14).
Meninggalnya ketua umum Balai Wartawan Dumai, Adek Sanjaya memang sangat mengejutkan banyak pihak. Pasalnya, ia masih sempat bersenda gurau dan berdiskusi hari Jumat kemarin. Namun, pada sore itu, ia dan seorang wartawan portal Dumaisatu.com, Rezi mengendarai sepeda motor di jalan Sudirman, Dumai tiba-tiba ia ditabrak. Namun, ia masih sadarkan diri dan tidak terlihat ada luka-luka di sekujur tubuhnya.
Sempat beberapa menit ia dibiarkan duduk sambil mengerang kesakitan, barulah ia di antarkan ke RSUD Dumai. Hasil rontgen menunjukan kalau dirinya patah tulang dan luka bagian dalam.
Meski demikian, ia masih terlihat seperti biasa, bercanda, humor dan tetap bercerita kepada awak media yang membezuk saat di ruang IGD RSUD Dumai.
"Masih sempat ia protes kenapa ia tidak dobolehkan minum oleh dokter. Ya, seperti biasanya, bagaimana khas seorang bang Adek, masih seperti itu saat di RSUD," ujar Naning Nurtriana, yang menemani Kabiro Berita Terkini untuk Dumai itu di ruang IGD RSUD Dumai.
Diceritakan Naning, ia dan pihak keluarga memilih untuk diantarkan ke ahli urut patah tulang di Bukit Timah. Sehingga, pihak keluarga pun memberikan permohonan ke pihak RSUD.
"Saya dan rekan-rekan wartawan lainnya masih menunggu, karena tidak yakin kejadian selanjutnya," katanya.
Sementara itu, dari keterangan pihak keluarga, setelah ia diurut ia sempat merasakan kenyamanan. Bahkan, ia mencoba untuk duduk, namun tiba-tiba sesak nafas, sedangkan bantuan oksigen sudah tidak ada lagi. Untuk mendapatkan bantuan oksigen, dini hari, Sabtu itu, ia dibawa ke salah satu klinik terdekat. Namun, saat sampai diklinik, ia menghembuskan nafas terakhirnya dengan tenang.
Dengan kejadian yang begitu singkat, baik para wartawan maupun stakeholder banyak yang tidak percaya. Sebab, ia seorang wartawan yang pandai mendekatkan diri kepada siapapun, baik kecil, tua maupun muda. Tidak pernah membedakan antara wartawan yang satu dengan yang lainnya, namun tetap tegas saat berdiskusi.
"Saya merasa kehilangan, begitu mendengar ia telah pergi, badan saya serasa sangat lemas. Saya tidak bisa mengucapkan sesuatu, dan saya belum percaya. Padahal, saya dan belasan wartawan lainnya dalam perjalanan dari Medan menuju Dumai," ujar Sekjen Balai Wartawan Dumai, Bambang Prayitno.***
0 komentar:
Posting Komentar