Ilustrasi |
Dari mulai terpaksa mengambil air dari sumber berjarak kiloan meter sampai harus berbondong-bondong untuk memboyong air galon walau harus merogoh uang.
Seperti yang dialami warga berdomisili di Dusun Parittiung, Desa Jangkang, Kecamatan Bantan. "Kami yang berpenghasilan pas-pasan tak mungkin terus menerus membeli air galon untuk di masak atau di minum. Mau tidak mau harus mengambil air di sumur masjid yang jaraknya sekitar dua kiloan meter dari rumah," ungkap Boinah (40) kepada wartawan di kediamannya, Kamis (13/2/14).
Kemudian kalangan warga lainnya ada yang rela merogoh kocek dalam-dalam demi memperoleh air galon siap pakai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, terutama untuk memasak dan minum di rumah.
"Kemarin untuk memenuhi kebutuhan air untuk minum dan memasak, membeli air galon satu gerobak agar tahannya lebih lama. Kalau untuk mandi masih bisa dengan air merah (gambut, red) dari sumur," ujar Yanto (43), salah seorang warga dari desa yang sama.
Fasilitas Pamsimas Tak Dapat Dimanfaatkan.
Sementara itu di daerah ini sendiri sebetulnya telah tersedia fasilitas sumur air bersih Pamsimas yang baru saja selesai di bangun.
Namun sayangnya, fasilitas dengan kondisi yang baru itu sama sekali tidak dapat dimanfaatkan maksimal untuk masyarakat guna memenuhi kebutuhan air bersih pada saat seperti ini.
"Padahal pembangunannya sendiri telah menelan anggaran pemerintah mencapai ratusan juta rupiah. Tapi kemarau macam ini kok tak dapat difungsikan. Katanya mesin rusak, tapi baru selesai dibangun kemarin," ujar Mukhtar (30), warga yang merasa heran melihat fasilitas pemerintah itu tak berfungsi. (asr)
0 komentar:
Posting Komentar