BENGKALIS, RIAUGREEN.COM – Suasana haru menyelimuti pelaksanaan apel upacara kesadaran nasional di halaman kantor Bupati Bengkalis, Senin (17/6) pagi. Terlebih ketika inspektur upacara (Irup), mengajak seluruh peserta apel untuk menundukan kepala seraya berdoa untuk almarhum Sekda, Asmaran Hasan.
“Sebelum membacakan sambutan Menteri Lingkungan Hidup, saya mengajak seluruh peserta apel untuk menunjukan kepala seraya berdoa, pahalanya kita hadiahkan buat almarhum Sekretaris Daerah, Asmaran Hasan. Semoga amal ibadahnya diterima di sisi Allah SWT dan keluarga yang ditinggalkan selalu tabah. Saya hantarkan Al Fatihah,” ucap Suayatno selaku irup apel kesadaran nasional.
Pada saat itu juga, seluruh peserta apel langsung menundukan kepala sambil membaca surat Al Fatihah, selama hampir tujuh menit. Selanjutnya, Wabup langsung membaca sambutan Menteri Lingkungan Hidup.
Dikatakan Suayatno persoalan lingkungan tidak dapat dilihat sebagai suatu yang berdiri sendiri, namun sangat terkait oleh perilaku manusia terutama dalam memenuhi kebutuhannya. Perubahan perilaku melalui gaya hidup tentu saja merubah pola ekstraksi sumber daya alam dan energi yang ada. manusia didorong untuk tidak menggunakan sumberdaya alam secara tidak berkelanjutan.
Hasil studi Kementerian Lingkungan Hidup tahun 2012 menunjukkan bahwa indeks perilaku peduli lingkungan (IPPL) masih berkisar pada angka 0,57 (dari angka mutlak 1). Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat kita belum berperilaku peduli lingkungan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.
Perilaku konsumsi masyarakat dalam pemenuhan kebutuhannya, 49,3% berupa bahan makanan yang berasal dari luar daerahnya. Kondisi ini tentunya akan memberikan dampak bagi lingkungan seperti meningkatnya emisi karbon kegiatan pengangkutan bahan makanan tersebut dari daerah asal ketempat tujuan. Dalam mengkonsumsi produk yang dihasilkan daerahnya sendiri tercatat 36,4% masyarakat mengkonsumsi makanan dari produk sayuran dan umbi-umbian lokal.
Dari catatan Unep setiap orang di dunia ini rata-rata mengkonsumsi beras mencapai 150 kg pertahun. Beberapa hal yang patut dipertimbangkan bahwa perilaku “membuang” makanan bukan hanya berdampak pada pemborosan keuangan namun limbah makanan juga akan menyebabkan.
Pencemaran lingkungan. sisa sampah organik yang berasal dari makanan hanya 2.2% yang dikomposkan, selebihnya dibuang dan menjadi beban pencemaran lingkungan. Pemborosan konsumsi bahan bakar yang telah digunakan untuk transportasi, penyimpanan dan pendistribusian.
Penggunaan bahan kimia –seperti pupuk dan pestisida yang telah digunakan selama masa penumbuhan tanaman. Makanan membusuk menciptakan lebih banyak metana (salah satunya penyebab gas rumah kaca dan berkontribusi terhadap pemanasan global). dalam jumlah yang sama, metana 23 kali lebih kuat daripada C02 menyumbang pembentukan emisi gas rumah kaca. Karenanya, besarnya jumlah makanan terbuang ke tempat pembuangan sampah secara signifikan berkontribusi terhadap perubahan iklim yang terjadi selama ini. (d'ari)
0 komentar:
Posting Komentar