ilustrasi/net |
"Tapi kalau kita lihat pertumbuhan ekonomi Riau tanpa minyak dan gas bumi (migas), lonjakannya cukup tinggi sekali. Bahkan di luar dugaan kami mencapai 8,2 persen, sedangkan triwulan II hanya 7,5 persen," kata Kepala Tim EKonomi Moneter Kantor Perwakilan BI Wilayah Riau, Muhammad Abdul Majid, di Pekanbaru, Kamis.
Jadi kalau dilihat pertumbuhan ekonomi Riau dengan migas, lanjutnya, terjadi peningkatan sebesar 0,16 persen atau dari 3,9 persen pada triwulan II menjadi 4,06 persen dengan catan walaupun masih di bawah nasional, tapi sudah ada peningkatan.
Menurutnya, ini merupakan pertumbuhan yang cukup fantastis karena di tengah-tengah pertumbuhan ekonomi dunia dan nasional yang melambat, di Riau justru naik dan tentunya sebuah pretasi yang luar biasa.
Kalau dilihat sumbernya, dari sisi konsumsi maupun investasi di triwulan III pada bulan Juli, Agustus dan September yang meningkat dibanding triwulan sebelumnya.
Sebelum digelarnya Pekan Olahraga Nasional (PON) pada pertengahan September 2012, dua bulan sebelumnya atau istilah disebut dengan kebut proyek, sehingga terjadi akselerasi investasi infrastruktur terutama untuk sarana pendukung PON yang menyebabkan terjadi peningkatan konsumsi.
Kemudian September, peningkatan konsumsi terus terjadi dan masyarakat yang menyaksikan serta kontigen-kontingen yang hadir sekitar 10 ribuan orang dengan membelanjakan uang mereka, sehingga meningkatkan perekonomian di Riau, khususnya Pekanbaru dan kota-kota penyelengaraan PON.
Ini bisa dilihat dari sisi konsumsi yang meningkat dari triwulan II sebesar 6,6 persen menjadi 7,4 persen, kemudian investasi juga meningkat dari 5,9 menjadi 7,9 pada triwulan III.
"Namun di sisi lain yang perlu diwaspadai adalah perlambatan ekspor Riau yang turun dari 2,2 persen dari triwulan menjadi 2,1 persen. Ini juga merupakan sebagai akibat krisis yang terjadi di Eropa dan Amerika, mulai menjalar ke China dan India," katanya.
Sehari sebelumnya, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Riau Hari Utomo saat saat membuka seminar Masyarakta Ekonomi ASEAN (MEA) tahun 2015 mengatakan, perekonomian Riau pada tiwulan III tahun 2012 di luar migas mencapai 8,26 persen dan pada gilirannya membuat Riau menjadi kawasan ekonomi yang menjanjikan.
Di tengah janji peluang manis MEA, tidak dapat dipungkiri bahwa sejumlah tantangan masih membayangi Indonesia, di mana terjadinya disharmoni pusat dan daerah, tren surplus perdagangan yang mengecil dan belum optimalnya implementasi rencana aksi merupakan sebagian kecil yang harus segera diselesaikan.
"Tanpa komitmen perbaikan daya saing Riau dan Indonesia pada umumnya pascapemberlakuan MEA, akan semakin tertinggal serta besar kemungkinan hanya menjadi target pasar pengusaha asal negara tetangga," ujarnya. (*/antarariau)
0 komentar:
Posting Komentar