KAMPAR, RIAUGREEN.COM - Komplek Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S) Karya Nyata Kubang Jaya Kecamatan Siak Hulu itu, benar-benar berubah menjadi lautan manusia Sabtu jelang siang kemarin. Dari gerbang jalan Kubang Raya -jalan lintas dari arah Teratak Buluh menuju Panam- hingga ke lokasi acara yang berjarak hampir satu kilometer itu, kendaraan roda empat hingga roda dua, sudah merayap.
“Ini benar-benar pesta rakyat yang luar biasa. Ini pertama kali saya melihat lautan manusia menghadiri acara pernikahan,” ujar Deni Afrianto, warga Desa Gading Sari Kecamatan Tapung, yang musti terseok-seok menunggangi kendaraan roda empatnya menuju lokasi parkir pesta pernikahan Jery Vamarta dan Setiawati Fitriana itu.
Pegiat perfilman tanah air Dhoni Ramadhan, yang terbang dari Jakarta juga berdecak kagum melihat acara pesta pernikahan itu. “Ini sangat fantastis, dalam artian sangat merakyat. Saya teringat dengan budaya "palang pintu" ala adat Betawi. Kebetulan saya asli Betawi. Pesta ini sangat menonjolkan budaya Melayu yang khas, kental dengan gaya berpantun,” ujarnya.
Yang menarik lagi kata Dhoni, terasa sekali pesta pernikahan itu terbuka untuk rakyat. “Tak ada jarak antara masyarakat biasa dan pejabat di sana. Lagi-lagi ini menjadi bukti bahwa bagi saya, Bupati Kampar Jefry Noer sangat tak berjarak dengan masyarakat, bahkan dunia usaha,” tambahnya.
Tak berlebihan Dhoni memberikan penilaian semacam itu. Jelang siang, di tenda utama yang bisa dijejali oleh sekitar 2000 orang itu, Jery nampak gagah menuju pelaminan berqubah yang didominasi warna biru. Qubah itu mengingatkan orang pada gaya arsitektur Timur Tengah. Arsitektur yang kental mempengaruhi peradaban Melayu Islam.
Tak kalah gagah dan cantik, Jefry dan Eva mengapit sang mempelai. Lantunan musik tradisional kompang dan gobano mengiringi langkah Jery. Pencak Silat yang disesaki suara calempong kemudian menyambut lelaki itu. Tak ketinggalan tari piring yang disuguhkan jelang pamungkas acara.
Dari pelaminan, Setiawati Fitriana menyambut Jery dengan cendera mata dan seikat bunga. Jadilah mereka pasangan Raja dan Ratu yang setelah menduduki kursi pelaminan itu dihibur oleh tarian "menanti gelombang". Jelang tarian usai, para penari ini memberikan sekapur sirih kepada Ratu dan Raja serta kedua orang tua masing-masing.
Itulah kesederhanaan acara berbalut tradisi yang disaksikan oleh ribuan mata yang ada di sana. Termasuk Menteri Koperasi Syarif Hassan, Direktur Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB) Kementerian Koperasi Kemas Danial, Kapolda Riau Brigjen Condro Kirono dan Komandan Pangkalan Udara Roesmin Nurjadin Pekanbaru Kolonel Pnb Andyawan.
Lalu ada pula Walikota Dumai Khairul Anwar, Walikota Pekanbaru Firdaus, Bupati Bengkalis Herliyan Saleh, Mantan Walikota Pekanbaru Herman Abdullah, mantan Wakil Gubernur Riau Mambang Mit, Walikota Payakumbuh, Bupati 50 Kota Sumatera Barat, Wakil Rektor Universitas Islam Riau Prof Ilyas Husti dan sejumlah petinggi dan pengusaha yang datang dari Jakarta, Malaysia maupun wilayah Riau. Di tenda kedua, persis di seberang kolam ikan, seribuan pasang mata juga melihat proses tadi lewat layar monitor yang sengaja di pasang di dua sisi tenda itu.
Masih soal kesederhanaan yang ada, sebagai daerah yang kaya akan makanan tradisi, penganan Kampar juga ada di antara jejalan menu makanan yang disajikan di pesta itu.
Mulai dari cendol, surabi kuah, kue jalo, risoles, puluik sari kayo, lomang tapai, sate kampung, agar-agar kampung serta sederet menu tradisi lainnya. Sate pusako Padang, martabak dan rendang juga ada. Ini menjadi menu yang mewakili dua adat yang menyatu. Sebab leluhur Jery dari pihak perempuan berasal dari Minangkabau.
Pada sesi seremoni acara itu, Prof Ilyas Husti didapuk menjadi pemberi wejangan. Dia mengatakan bahwa pernikahan adalah sunnah rasullulah. Dan tujuan pernikahan itu adalah untuk mendapatkan ketenteraman hidup bernama Sakinah Mawaddah Warrohmah.
Lantas Syarif Hassan mewakili tamu undangan berpesan agar kedua mempelai mempersiapkan sesuatunya dengan matang untuk menjalani kehidupan bersama untuk menjadi keluarga yang Sakinah Mawaddah Warrohmah. “Resepsi pernikahan ini menjadi sejarah yang tak terlupakan bagi kedua mempelai. Apa lagi resepsi ini sangat luar biasa. Dihadiri oleh ribuan masyarakat Kampar,” katanya. Bagi Jefry Noer, pesta pernikahan Jery adalah pestanya masyarakat Kampar.
lantaran itulah lelaki ini tak terpikir untuk membikin resepsi Jery di hotel berbintang, layaknya resepsi yang dilakukan oleh banyak pejabat. “Pesta ini adalah pesta rakyat. Milik masyarakat Kampar. Makanya saya mengundang semua masyarakat Kampar untuk hadir di acara ini,” katanya. (red/rtc)
0 komentar:
Posting Komentar