Mahasiswa Riau terangi PLN Pakai Lilin |
"Tapi saat ini durasi pemadaman di Riau sudah mulai berkurang sekitar 2x2 (4 jam) sehari. Berbeda dengan Sumatra Utara dan Sumatra Barat yang masih 4x3 (12 jam) sehari. Jadi wajar kedua daerah itu ditetapkan dalam kondisi krisis listrik," kata Kepala Divisi Komunikasi PT PLN wilayah Riau dan Kepulauan Riau (WRKR) Sarno kepada Media Indonesia di Pekanbaru, Sabtu (12/10).
Diterangkan, dari sebesar 200 Mw kekurangan daya listrik untuk seluruh wilayah sistem interkoneksi Sumatra, Provinsi Riau menyumbang defisit sebesar 40% atau sekitar 50 Mw.
Padahal dalam sistem interkoneksi itu, Riau pada 2013 ini sudah membantu lagi daya listrik ke dalam sistem sebesar 166 Mw menyusul rampungnya sejumlah pembangunan pembangkit listrik tenaga mesin gas (PLTMG).
Sejumlah PLTMG di Riau yang sudah dituntaskan pengerjaannya itu yakni PLTMG Teluk Lembu 16 Mw, PLTMG Balai Pungut unit 3-4 2x16 Mw, PLTMG Balai Pungut unit 5-7 3x16 Mw, PLTMG kerjasama PT Navigas Gas 20 Mw, dan PLTMG PT Hutan Alam sebesar 50 Mw.
Total pasokan daya tambahan Riau yang masuk ke sistem interkoneksi pada 2013 mencapai 166 Mw.
"Tapi berhubung kendala kekeringan pada sejumlah pembangkit PLTA Maninjau, Singkarak, Koto Panjang, mengakibat listrik defisit. Apalagi ditambah PLTU Ombilin yang masih rusak sejak tahun lalu," papar Sarno.
Sarno mengungkapkan, selain persoalan rusaknya pembangkit PLTU Ombilin, defisit listrik khususnya di wilayah Sumatra Bagian Tengah (Sumbagteng) Riau, Sumbar, dan Jambi, juga diakibatkan melesetnya jadwal pengoperasi PLTU Teluk Sirih 2x100 Mw di Padang, Sumatra Barat.
"PLTU Teluk Sirih itu seharusnya sudah bisa beroperasi full time pada 2013 ini. Tapi pada saat uji coba, Teluk Sirih hanya mampu menyumbang daya sebesar 30 Mw atau meleset dari seharusnya 200 Mw," jelas Sarno.
Disamping itu, lanjutnya, sejumlah PLTA diantaranya PLTA Koto Panjang 114 Mw belum bisa beroperasi maksimal disebabkan faktor kekeringan.
"Tapi berhubung kendala kekeringan pada sejumlah pembangkit PLTA Maninjau, Singkarak, Koto Panjang, mengakibat listrik defisit. Apalagi ditambah PLTU Ombilin yang masih rusak sejak tahun lalu," papar Sarno.
Sarno mengungkapkan, selain persoalan rusaknya pembangkit PLTU Ombilin, defisit listrik khususnya di wilayah Sumatra Bagian Tengah (Sumbagteng) Riau, Sumbar, dan Jambi, juga diakibatkan melesetnya jadwal pengoperasi PLTU Teluk Sirih 2x100 Mw di Padang, Sumatra Barat.
"PLTU Teluk Sirih itu seharusnya sudah bisa beroperasi full time pada 2013 ini. Tapi pada saat uji coba, Teluk Sirih hanya mampu menyumbang daya sebesar 30 Mw atau meleset dari seharusnya 200 Mw," jelas Sarno.
Disamping itu, lanjutnya, sejumlah PLTA diantaranya PLTA Koto Panjang 114 Mw belum bisa beroperasi maksimal disebabkan faktor kekeringan.
Dari tiga unit generator pembangkit di PLTA itu, saat ini yang bisa dioperasikan hanya satu unit sebesar 30 Mw.
"Masalah serupa juga terjadi di PLTA Singkarak, dan Maninjau," jelas Sarno.
Sarno juga tak membantah saat ditanyakan krisis listrik Sumatra akibat upaya penghematan yang dilakukan PT PLN terkait terbatasnya stok kuota solar untuk sejumlah pembangkit PLTMG yang bisa dikonversi menjadi pembangkit diesel.
Menurut Sarno, pihaknya harus melakukan penyesuaian biaya karena kuota bahan bakar solar diesel yang diberikan pemerintah untuk listrik sangat terbatas.
"Nah, kalau untuk solar ini pastinya terkait akan subsidi. Ini tergantung kebijakan pemerintah," ungkapnya.
Sarno juga tidak bisa menjamin kapan persoalan krisis listrik di Sumatra akan berakhir. Saat ini, untuk program jangka panjang pihaknya sedang menggesa proyek pembangunan PLTU Tenayan Raya dan PLTU Peranap sebesar 2x600 Mw.
"Jika nanti pada 2014 kedua pembangkit ini bisa selesai, hal itu belum bisa menjamin Riau aman dari krisis listrik. Coba dulu saat PLTA Koto Panjang dibangun beban puncak di Riau hanya 40 Mw sekarang sudah 300 Mw. Jadi soal listrik tidak ada jaminan pasokan kebutuhan," ujarnya.(Mtn/r1)
"Nah, kalau untuk solar ini pastinya terkait akan subsidi. Ini tergantung kebijakan pemerintah," ungkapnya.
Sarno juga tidak bisa menjamin kapan persoalan krisis listrik di Sumatra akan berakhir. Saat ini, untuk program jangka panjang pihaknya sedang menggesa proyek pembangunan PLTU Tenayan Raya dan PLTU Peranap sebesar 2x600 Mw.
"Jika nanti pada 2014 kedua pembangkit ini bisa selesai, hal itu belum bisa menjamin Riau aman dari krisis listrik. Coba dulu saat PLTA Koto Panjang dibangun beban puncak di Riau hanya 40 Mw sekarang sudah 300 Mw. Jadi soal listrik tidak ada jaminan pasokan kebutuhan," ujarnya.(Mtn/r1)
0 komentar:
Posting Komentar