"Ini adalah pengalaman hebat untuk melihat bagaimana demokrasi bekerja di Indonesia," kata Luthfi Ahmed bin Luth Assabahi, Senior staff di Parliament Affairs Yaman di Pekanbaru, Minggu (15/9)
Lebih rinci lagi dia sangat kagum terhadap keberanian individu dalam hal berdemokrasi. Setiap orang berani menyatakan pendapatnya dan penghitungan suara dilakukan juga dengan sangat terbuka.
Rombongan delegasi dari negara-negara Arab itu difasilitasi oleh Kementerian Luar Negeri RI untuk melakukan studi banding mengenai demokrasi di Indonesia.
Mereka diberikan agenda kegiatan bertajuk Workshop on Democracy: Sharing Experiences Between Indonesia and Arabian Countries.
Dalam hal ini utusan negara Arab tersebut ingin mempelajari bagaimana demokrasi berjalan di Indonesia, khususnya Riau.
Kepala Subdit Wilayah Afrika dan Timur Tengah Kementerian Luar Negeri Nico Adam mengatakan bahwa mereka yang hadir adalah orang yang memiliki pengaruh dalam pelaksanaan proses demokrasi di negaranya masing masing. Di antaranya seperti anggota parlemen dan juga anggota penyelenggara pemilu seperti KPU di Indonesia.
"Kita tahu bahwa di negara Arab banyak yang bergejolak seperti Mesir. Mereka kami undang untuk belajar bagaimana demokrasi dijalankan di Indonesia sebagai negara muslim terbesar di dunia," kata Nico.
Mereka berasal dari Sudan, Jordania, Yaman, Somalia, dan Mesir. Utusan negara Arab itu terdiri enam orang dari Sudan, lima orang dari Jordania, dan masing-masing tiga orang dari Mesir dan Yaman.
Sementara itu selain dari negara Arab juga hadir dari Amerika Serikat. Dalam hal ini bisa dilihat AS berkemungkinan sebagai mediator karena kegiatan berbaginya hanya antara Indonesia dan negara-negara Arab.
Sebenarnya utusan dari beberapa negara tersebut menjadwalkan datang pada hari pemungutan suara Pilgub Riau 4 September lalu. Namun karena kesalahan informasi rombongan tak jadi datang sehingga penggiat demokrasi tersebut hanya bisa datang saat rapat pleno dan rekapitulasi suara Pemilu Kada Riau. (Ant)
0 komentar:
Posting Komentar