"Aset tersebut memang sudah sangat lama, kondisinya usang sehingga memang tidak lagi berharga dan terpaksa harus dijual kiloan," kata Komisaris PT Sarana Pembangunan Riau (SPR) Nurbayus di Pekanbaru, baru-baru ini.
PT SPR merupakan perusahaan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang selama ini juga menjalankan proyek-proyek daerah.
Nurbayus mengatakan, sejumlah unit alat berat tersebut sebelumnya sempat dikelola oleh perusahaan yang dia pimpin. "Namun setelah cukup lama, alat berat berusia puluhan tahun itu akhirnya tidak lagi berfungsi dengan baik," katanya.
Sebelumnya, perusahaan milik daerah (BUMD) lainya, yakni PT Riau Air Lines (RAL) juga menjual sejumlah unit pesawatnya dengan takaran harga per kilogram. Perusahaan itu telah dinyatakan pailit oleh Mahkamah Agung (MA) pada pertengahan Juni 2013.
Dikabarkan, pesawat yang dijual per kilo itu ada sebanyak tiga unit yang telah cukup lama teronggok di Bandara Halim Perdana Kusuma Jakarta karena rusak.
Selain itu, maskapai penuh masalah tersebut juga sudah tak memiliki kemampuan terbang karena dililit hitung ratusan miliar. "Tiga pesawat Foker 50 milik RAL telah menjadi besi tua, karena kita tahu sudah tiga tahun tak beroperasi," ujar Kepala Biro Adminitrasi Pembangunan Setdaprov Riau Burhanuddin.
Menurutnya, wajar saja tiga unit armada RAL yang teparkir di Bandara Halim menjadi besi tua karena sudah tiga tahun tidak pernah lagi dioperasikan. "Jangankan tiga tahun tak beroperasi, satu minggu aja tidak dilakukan perawatan, pesawat dengan teknologi hidrolik akan rusak," katanya. (Mtn/r1)
0 komentar:
Posting Komentar