ilustrasi : net |
Pasek mengatakan, kemungkinan pertama adalah musuh polisi, yaitu penjahat. "Di antaranya adalah penjahat, misalnya bandar narkoba, terorisme, mereka ini yang menjadi musuh polisi karena memang polisi bertugas memberantas kejahatan," kata Pasek di acara Sindo Radio, di Cikini, Jakarta, Sabtu (14/9/13).
Kemungkinan kedua, lanjut Pasek, adalah pesaing polisi ini, yakni oknum-oknum yang menganggap polisi menganggu eksistensi kelompok ini. "Kedua, pesaingnya bisa juga jadi musuh polisi karena merasa teraganggu karena eksistensinya," kata dia.
Kemudian ketiga, pelaku merupakan korban dari oknum polisi yang ingin melakukan aksi dendam. "Ketiga adalah korban-korban yang menjadi kekerasan polisi. Mereka melakukan aksi balas dendam," paparnya.
Aksi penembakan aparat terjadi belakangan ini, pada 27 Juli, anggota Satlantas Polres Metro Jakarta Pusat Patah Sektyono ditembak di Cireundeu Raya, Ciputat, Tangerang Selatan. Sepekan selanjutnya, pada 7 Agustus, anggota Satuan Binmas Polsek Cilandak Polres Metro Jakarta Selatan Aiptu Dwiyatna juga ditembak di Gang Mandor Jl. Otista Raya Ciputat, Tangerang Selatan.
Lalu, disusul penembakan terhadap anggota Satuan Babinkamtibmas Aiptu Kus Hendratmo dan anggota Satuan reserse Polsek Pondok Aren Tangerang Selatan Bripka Ahmad Maulana pada 16 Agustus. Penembakan terhadap keduanya terjadi di Jl. Graha Indah Pondok Aren Tangerang Selatan.
Terakhir, anggota Provost Direktorat Polisi Air dan Udara Baharkam Polri, Bripka Sukardi tewas ditembak pada Selasa 10 September di depan gedung KPK Jalan Rasuna Said, Setia Budi, Jakarta. (okz)
0 komentar:
Posting Komentar