Foto : net |
Di mana Asosiasi Petani Sawit Swadaya Amanah memperoleh sertifikat dari Roundtable of Sustainable Palm Oil (RSPO) untuk pengelolaan kebun kelapa sawit yang berkelanjutan. Sertifikat ini menjadi yang pertama bagi petani swadaya di Indonesia dan kedua di dunia.
Berdasarkan data dari Kementerian Pertanian, lebih dari 40 persen total produksi kelapa sawit Indonesia berasal dari perkebunan rakyat. Di Riau sendiri, sekitar 1,1 juta hektare lahan kebun kelapa sawit dikelola oleh petani, di mana 76 persen di antaranya dikelola oleh petani swadaya.
Salah satu hambatan terbesar bagi petani untuk menuju pengelolaan berkelanjutan adalah kurangnya informasi dan pemahaman mengenai teknologi pertanian. Alternatif untuk mengatasi hambatan tersebut adalah melalui peningkatan pengetahuan dan produktivitas petani swadaya. Melalui upaya ini diharapkan perluasan lahan kebun sawit dengan cara tidak lestari dapat ditekan.
“WWF-Indonesia memandang petani swadaya sebagai bagian penting dalam industri sawit di Indonesia. Kami menaruh harapan besar agar program sertifikasi RSPO yang ditempuh Asosiasi Amanah dapat di adopsi lebih luas dan menjadi contoh pengelolaan kebun sawit yang berkelanjutan bagi petani swadaya lainnya di Indonesia,” ujar CEO dari WWF-Indonesia Efransjah dalam keterangan tertulisnya, Jakarta, sabtu (3/8/2013).
Menurut Efransjah, dengan dukungan dari Kementerian Pertanian, Pemerintah Daerah Riau, RSPO, Carrefour Foundation International dan PT Inti Indosawit Subur, WWF-Indonesia memfasilitasi pembentukan Asosiasi Petani Sawit Swadaya Amanah sebagai perintis sertifikasi RSPO bagi petani swadaya setelah melalui proses identifikasi yang dilakukan sejak 2011. Sebanyak 349 petani swadaya yang memiliki lahan lebih dari 763 hektare di sekitar Taman Nasional Tesso Nilo bergabung dengan Asosiasi Amanah. (okz)
0 komentar:
Posting Komentar