RIAUGREEN.COM - Menteri Kehutanan, Zulkifli Hasan meminta
penegak hukum terkait untuk mengusut, menangkap dan menghukum
seberat-beratnya pelaku pembunuhan gajah Sumatera. Hal ini disampaikan
pada kegiatan peletakan batu pertama pembangunan Pusat Konservasi Gajah
di Taman Nasional Tesso Nilo, Kecamatan Ukui, Kabupaten Pelalawan pada 7
Februari 2013. Kegiatan ini mengawali kerjasama Kementrian Kehutanan
dan Taman Safari untuk mendukung terwujudnya Tesso Nilo sebagai Pusat
Konservasi Gajah.
Dilansir wwf indonesia, Sepanjang tahun 2012, sebanyak 12 ekor gajah mati di blok hutan Tesso
Nilo. Angka yang paling tinggi dibanding kematian gajah di tahun-tahun
sebelumnya, namun hingga kini tidak satu kasus pun yang diproses hukum
kecuali satu kasus kematian gajah jantan yang terjadi di Taman
Nasional Tesso Nilo pada 31 Mei 2012. Upaya penyidikan telah dilakukan
oleh Balai Taman Nasional Tesso Nilo namun hingga kini belum tuntas.
Tingginya kematian gajah di Riau sangat memprihatinkan ditengah-tengah
status kelangkaannya di alam yang telah masuk dalam kategori kritis
oleh IUCN (lembaga konservasi dunia) sejak awal tahun lalu. “Zero
tolerance bagi pelaku pembunuhan gajah,jika ada yang punya fakta dan
data, tolong disampaikan dan kita akan sikat” ujar Menteri Kehutanan.
Lebih lanjut ia menyatakan, “Jika perlu kita akan sayembarakan bahwa
bagi yang menemukan pembunuh gajah akan diapresiasi.
Tingginya kematian gajah di Tesso Nilo disebabkan karena tingginya
aktifitas perambahan di kawasan taman nasional dan hutan tersisa di
sekitarnya yang dirubah menjadi kebun sawit dan pemukiman. Menurut
survei WWF dan Balai Taman Nasional Tesso Nilo, sekitar 1.600 KK menetap
di dalam kawasan taman nasional tersebut.
Bupati Pelalawan, Abdul Harris dalam kesempatan peletakan batu pertama
Pusat konservasi Gajah tersebut menyatakan,” Sebagian Tesso Nilo telah
dirambah dan hal ini harus dipikirkan secara bersama bagaimana
menyelesaikannya yang mengutamakan kepentingan semua pihak.” Beberapa
alternatif penanganan sebenarnya telah didiskusikan bersama seperti
mencari lahan pengganti bagi masyarakat yang sudah terlanjur merambah
ke dalam TNTN.”
Menanggapi perambahan di Tesso Nilo, Menteri Kehutanan menyatakan bahwa
perambahan itu terjadi karena ada yang serakah namun kita akan
selesaikan dengan pendekatan kesejahteraan. “Kita lihat ada tidak hutan
di sekitar yang bukan TNTN, nanti kita bangunkan HTR, masyarakat yang
merambah kita pindahkan ke sana bekerjasama dengan Departemen
Transmigrasi,” lanjutnya.
CEO WWF-Indonesia, Dr. Enfransjah pada kesempatan yang sama
menyampaikan;”Perlu ketegasan Menteri Kehutanan untuk menyelesaikan
perambahan di Tesso Nilo karena ini merupakan permasalahan terbesar
yang akan mengancam keberadaan masyarakat yang hidup di sekitarnya dan
yang lebih luas. Ia menambahkan,”WWF siap membantu upaya yang dilakukan
kementrian kehutanan baik dari penanganan perambahan, penanganan
gangguan gajah dan peningkatan ekonomi masyarakat dan kegiatan lainnya
yang telah berjalan.”
Menteri Kehutanan berjanji akan menyelesaikan permasalahan perambahan
di TNTN dalam waktu 3 bulan ini ketika ditanya media mengenai target
penanganan perambahan di TNTN. Tahun 2014 tata batas akan diselesaikan.
Di akhir kunjungan Menteri Kehutanan RI di TNTN, perwakilan mahasisa
dan pecinta alam Pekanbaru yang bernaung pada Aliansi Anti Perburuan
Liar menyampaikan aspirasi mendukung Menteri Kehutanan untuk menegakkan
hukum terhadap kematian gajah di Riau. Pada kesempatan itu, perwakilan
aliansi ini menyerahkan dukungan tertulis dari publik yang dikumpulkan
secara on line kepada Menteri Kehutanan. Menhut menyambut positif
dukungan itu dan mendorong komunitas-komuniatas untuk tetap menyuarakan
penegakan hukum terhadap kematian gajah Sumatera. (*)
0 komentar:
Posting Komentar