JAKARTA - Pertamina menunggu keputusan pemerintah soal rencana perubahan pengembangan Blok East Natuna dari skenario pipa menjadi kilang gas alam cair (LNG).
Direktur Hulu Pertamina M Husen mengatakan sejak awal Pertamina mengajukan proposal pengembangan Blok East Natuna, skenario yang digunakan adalah menggunakan pipa.
Saat ini proposal pengembangan Blok East Natuna masih dikaji pemerintah.
"Dalam proposal kami pakai pipa. Soalnya biayanya tinggi kalau pakai LNG. Jika pemerintah bilang menggunakan LNG ya bubar semua skenarionya," kata Husen, Selasa (23/10/2012).
Menurutnya, skenario menggunakan pipa sudah skenario paling murah. Penggunaan kilang LNG akan membuat biaya membengkak tajam.
Berdasarkan kajian, skenario menggunakan pipa merupakan pilihan terbaik. Selain investasi yang mahal, penggunaan skema LNG akan membuat harga gas menjadi mahal dan akan sulit diserap pasar domestik.
Padahal rencananya, salah satu pertimbangan menggunakan pipa adalah mencari buyer.
Dengan skenario pipa, maka produksi gas East Natuna bisa dilakukan kombinasi domestik dan ekspor yakni Malaysia dan Thailand.
"Jadi gas nya mungkin bisa untuk tiga negara, Indonesia, Malaysia, dan Thailand," jelasnya.
Sementara untuk Singapura, pihaknya melihat negara tersebut tidak memiliki potensi. Pertamina mencari harga yang bagus sehingga mencari negara yang mau membeli dengan harga bagus.
Alasan gas nantinya akan dijual ke negara lain, Husen mengatakan harga keekonomian di dalam negeri masih kurang.
Menurut dia, dengan skenario pipa saja, gas Natuna sulit seluruhnya untuk domestik, karena terkait tingginya harga. "Apalagi pakai skenario LNG.
"Sekarang saja kami bolak-balik ke pemerintah hanya membicarakan soal keekonomian," ujarnya.
sumber : bisnis.com
0 komentar:
Posting Komentar