Kadiskes Sukri Berikan Pidato |
Tujuan pertemuan Intergrasi Program Gizi, KIA dan Promkes se- Kabupaten Bengkalis untuk meningkatkan pengetahuan keterampilan juga penting untuk menciptakan tim yang mampu bekerjasama, sehingga semua kasus dapat dilayani secara tepat, cepat dan kuat.
Ada lima poin yang harus dilaksanakan, meningkatkan kerjasama lintas program berjalan secara seniergis berkesinambungan dan berkelanjutan, karena program gizi, tidak bisa berjalan sendiri-sendiri tanpa ada program KIA dan Program promosi kesehatan, komitmen bersama penanggungjawab program sehingga berjalan secara terarah dan terpadu, diharapkan dalam program dapar berkolaborasi untuk menyusun rencana tindak lanjut secara bersama baik pencapaian target program gizi, KIA dan program Promosi Kesehatan, laksanakan pelayanan anternatal yang berkualitas sehingga mengetahui resiko secara dini dan laksanakan penanganan kasus kegawatdarurat Obstetri dan Neonatal sesuai dengan prosedur tetap sehingga semua kasus dapat ditangani secara optimal.
Dalam acara tersebut, dihadiri dari peserta seluruh pegawai Puskesmas se- Kabupaten Bengkalis, selain itu juga seluruh Kepala bidang Dinas Ksehatan Bengkalis beserta jajarannya, bahkan Perwakilan Dinas Kesehatan Provinsi Riau yang digelar selama 2 (dua) hari. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkalis Sukri menyebutkan status gizi anak balita telah mengalami perbaikan yang ditandai dengan menurunya precalensi gizi kurang dari 24,5 persen (Susenas 2005) menjadi 18,4 persen ditahun 2007 dan tahun 2010 turun menjadi 17,9 persen.
Meski demikian. Ia mengatakan masalah balita pendek (Stunting) masih tinggi sebesar 36,8 persen pada tahun 2007 dan 35,6 persen pada tahun 2010. Angka prevalensi gizi kurang di Riau pada Riskesdas tahun 2010 sebesar 16,2 persen, kabupaten Bengkalis sebesar 11,3 persen.
Sukri juga mengatakan Indonesia telah menyepakati hasil Konfrensi Tingkat Tinggi (KTT) WHO tahun 2000, yaitu komitmen Internasional untuk mencapai tujuan pembangunan Milenium (MDGS) pada tahun 2015, dalam rangka meningkatkan kualitas hidup penduduk dunia. Dari MDGS tersebut ada 2 (dua) program KIA yaitu menurunkan angka kematian anak dan meningkatkan kesehatan Ibu.
"Dikabupaten Bengkalis jumlah kematian Neotanal 2013 ada terdapat 65 kasus dengan penyebab utama Asfiksia, BBLR dan lahir mati. Sedangkan data riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2010 menunjukan 43,5 persen persalinan terjadi di rumah. Sementara untuk terdepan menemukan khusus karena masih diatas targer MDGS untuk tinggkat Nasional. Angkat kematian Ibu dikabupaten Bengkalis sebanyak 18 kasus ditahun 2013," kata Sukri.
Berdasarkan pemantauan status gizi tahun 2013 kabupaten Bengkalis, indicator berat badan menurut umur (BB/U) prevalensi balita gizi buruk mengalami penurunan dari 0,7 persen tahun 2011 menjadi 0,18 persen pada tahun 2013. Itu juga prevalensi gizi kurang mengalami penurunan dari 8,7 persen tahun 2011 menjadi 6,16 persen."Jadi prevalensi gizi buruk dan kurang di kabupaten Bengkalis berada dibawah rata-rata Provinsi dan Nasional," terangnya. (red)
0 komentar:
Posting Komentar