CINTA NEGERIKU

RIAU UNTUK INDONESIA

Facebook | Twitter | Advertise

Meranti Rugi Hingga Rp 1 Triliun Akibat Kebakaran Hutan

Senin, Mei 19, 2014

MERANTI, RIAUGREEN.COM - Kerugian akibat kebakaran lahan dan hutan di Meranti diperkirakan mencapai Rp1 triliun. Akibat kebakaran ini mulai dirasakan masyarakat. Biasanya ibu-ibu rumah tangga memiliki kegiatan menganyam atap dari daun rumbia, kini harus duduk menganggur.

Praktis, para ibu-ibu penganyam atap rumbia di berbagai pelosok pedesaan, seperti di Desa Tanjung Peranap, Mengikip, Sonde, Kepau Baru dan Kayu Ara harus kehilangan sumber pendapatan tambahan yang menjadi penopang kehidupan keluarganya.

Dibagian lain, ribuan buruh tebang dan golek sagu di berbagai desa, juga kehilangan penghasilan. Belum lagi buruh penakik karet, yang tidak hanya harus rela kehilangan pekerjaan rutinnya, juga kehilangan sumber penghasilan. 

Seluas 23 ribu hektar lahan perkebunan dan hutan yang terbakar dampaknya akan sangat kompleks sekali. Tidak hanya rugi secara meteri, masyarakat yang menjadi korban karhutla harus menanggung beban moril yang sangat berat.

Bupati Kepulauan Meranti Irwan Nasir mengatakan, dampak mitigasi karhutla di Meranti sangat berat. Tidak hanya menjadi beban moril dan meteril bagi masyarakat yang menjadi korban karhutla, tapi juga Pemkab Meranti.

“Kita perhitungkan, total kerugian materil dari karhutla kemaren mencapai Rp1 triliun lebih. Belum lagi beban moral yang harus ditanggung masyarakat. Jelas, dengan kemampuan APBD Meranti yang minim ini Pemkab Meranti tidak akan mampu menanggung semuanya," ungkapnya. 

Dampak dari mitigasi karhutla ini, angka kemiskinan di Meranti naik sebesar 5 persen. Menurutnya, kebakaran hutan dan lahan yang terjadi beberapa waktu lau merupakan bencana terhebat dalam sejarah masyrakat di Kepulauan Meranti.

"Api ada dimana-mana, hampir semua pelosok pedesaan mengalami bencana kebakaran. Cuaca ekstrim, kondisi ketebalan gambut yang dalam dan sulitnya mendapatkan sumber air, menyebabkan upaya pemadaman karhutla berjalan lambat dan sulit," jelasnya.

Tidak heran bila situasi ini menjadikan  hamparan lahan dan hutan yang terbakar sangat luas. Akibatnya,  karhtula kemaren benar-benar meruntuhkan sendi-sendi kehidupan social ekonomi masyarakat di pedesaan Meranti.

Pemilik kebun harus kehilangan sumber penghasilan, para buruh dan keluarganya juga harus mengalami nasib yang sama kehilangan pekerjaan yang menjadi penopang kehidupan mereka.

Ketua Komisi I DPRD Kabupaten Kepulauan Meranti Dedy Putra, mengatakan, dampak mitigasi karhutla di Meranti akan sangat menyulitkan masyarakat. Terutama masyarakat yang bersentuhan langsung dengan hancurnya puluhan ribu hektar lahan perkebunan, kelapa, kopi, karet maupun sagu.

Tidak hanya harus menanggug krugian materil, kehilangan pekerjaan yang menjadi sumber penopang ekonomi. Disisi lainnya, kerugian  moril merupakan dampak terbesar dan sangat sulit untuk segera dipulihkan.

"Situasi ini butuh penan ganan yang terintegral, dengan melibatkan semua pihak. Pemerintah Riau dan Pemerintah Pusat, harus membantu  Meranti menanggulangi dampak karhutla. Kita berharap tidak hanya dalam bentuk kucuran bantuan bibit, yang paling dibutukan dalam bentuk program pemberdayaan masayrakat," jelasnya.

 Soalnya, untuk kembali bangkit jelas butuh waktu lama. Jadi program yang harus digulirkan  bagaimana ekonomi masayrakat korban karhutla ini bias tetap bergerak stabil. Soalnya, ancaman yang dihadapi Meranti sangat jelas angka kemiksinan akan naik sebesar 5 persen.

"Disisi lainnya, sulitnya kondisi ekonomi akan memancing kerawanan gangguan kantibmas dan itu sudah mulai merambah kehidupan masyarakat di pedesaan” tandas Ketua Komisi I DPRD Meranti. (red/rh)


0 komentar:

Posting Komentar


Bupati Bengkalis Santuni 605 Anak Yatim-Kaum Dhuafa di Mandau

Bupati Bengkalis Serahkan Bantuan di Mesjid Baitulrahmah Duri

Dihadiri Bupati, Kajari Bengkalis Gelar Buka Puasa Bersama

Lingkungan

NASIONAL/ INTERNASIONAL

POLITIK

HUKUM & KRIMINAL

EKONOMI

MIGAS

UNIK&ANEH

OLAHRAGA

AUTO

TEKNOLOGI

 

SOSIAL

PENDIDIKAN

SENI & BUDAYA

All Rights Reserved © 2012 RiauGreen.com | Redaksi | Riau