Imam Budi |
Demikian yang dikatakan oleh Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) cabang Dumai, Imam Budi dalam perbincangannya kepada RiauGreen.com, baru-baru ini.
“Disini, Nelayan dumai hanya bisa memenuhi kebutuhan iklan lokal kisaran 40-50%, selebihnya pasokan ikan disupport oleh nelayan-nelayan tetangga daerah, seperti bengkalis, rupat dan Rohil,” kata Imam.
Sebagai lembaga yang mewadahi kelompok nelayan kota Dumai, HNSI sudah melakukan evaluasi terkait kurang produktifnya nelayan lokal untuk memenuhi pasokan ikan bagi warga Dumai. Diantara penyebabnya, kata Imam, salah satu yakni minim peralatan bagi para nelayan untuk menangkap ikan dalam jumlah skala besar.
“Alat tangkapan nelayan kita kurang modern, daya muat untuk kapal penangkap ikan saja hanya beberapa ton saja, dibandingkan nelayan negara tetangga seperti Malaysia nelayan kita jauh tertinggal” terang Imam.
Disamping kurang modern alat tangkapan, hal yang menjadi kendala menurut Imam Budi, semakin jauhnya area bagi para nelayan untuk menangkap ikan, kondisi ini disebabkan daerah pantai Dumai yang dikelilingi oleh pabrik-pabrik industri, sehingga tingkat pencemaran laut sangat tinggi.
“Tingginya pencemaran pabrik disekitar pantai Dumai menyebabkan pertumbuhan ikan tidak berkembang, jelas nelayan kita harus pergi jauh untuk menagkap ikan” terangnya.
Melihat kondisi demikian, Iman Budi berharap kepada pemko untuk terus memperhatikan nelayan dengan mensupport peralatan yang lebih modern lagi, meskipun dulunya pemko pernah memberikan bantuan ke beberapa kelompok nelayan, namun Iman Budi menilai bantuan itu tidak merata, hanya beberapa kelompok nelayan saja yang menerima.
“Semoga ini diperhatikan, slogan budidaya makan ikan sebaiknya diiringi dengan perhatian pemko bagi para Nelayan, kebutuhan lokal saja tidak terpenuhi, apalagi untuk ekspor” demikian Imam Budi. (r1)
0 komentar:
Posting Komentar