Kabut asap menyelimuti Kota Bengkalis, Riau |
"Kerugian sebesar tersebut muncul antara lain akibat menurunnya produktivitas usaha, mobilisasi barang dan orang melalui transportasi darat, udara dan laut tertunda dan terganggu akibat kabut asap itu," kata Viator di Pekanbaru, Rabu (26/2).
Tanggapan tersebut disampaikannya menyusul Pemerintah Provinsi Riau menetapkan status tanggap darurat kabut asap dengan kejadian luar biasa akibat terjadinya kebakaran hutan dan lahan untuk membuka lahan baru bagi perkebunan kelapa sawit.
Menurut Viator, jika dihitung PDRB Riau setiap tahun yang mencapai Rp 342,69 triliun lebih, maka diperkirakan sebulan saja terganggunya aktivitas usaha sebagai dampak kabut asap maka 30 persen dari total produktivitas dikali dengan Rp 342,69 triliun PDRB Riau ditemukan kerugian sebesar Rp 10 triliun itu.
Belum lagi, akibat arus barang dan orang yang tertunda, harga ikan di pasaran naik dari sebelumnya Rp 20 ribu menjadi Rp 30 karena kapal penangkap ikan menunda berlayar karena terhalang kabut asap.
"Transportasi laut, udara, dan darat merupakan urat nadi perekonomian, jika terganggu maka produktivitas otomatis akan anjlok," kata Viator dan menambahkan dihitung kerugian di bidang kesehatan tentunya akan lebih banyak merugi lagi.
Dampak kabut asap, katanya lagi, banyak warga yang terserang ISPA dan memicu penyakit Asma, dan jantung bahkan ini juga berimplikasi lanjutan ke depan dimana anggaran yang dikeluarkan oleh negara dna pribadi untuk membiayai warga yang terserang ISPA dan penyakit lainnya itu cukup besar. (rol/ant)
0 komentar:
Posting Komentar