JAKARTA, RIAUGREEN.COM - Senin pagi kemarin, kekacauan terjadi di perlintasan kereta api Pondok
Betung, Bintaro. Kereta rel listrik (KRL) Serpong-Tanah Abang yang akan
menuju Kebayoran terlibat tabrakan dengan truk BBM milik Pertamina.
Enam
orang tewas karena terbakar dan terjepit termasuk masinis Darman
Prasetyo. Sementara puluhan penumpang lainnya, yang sebagian besar
wanita menderita luka-luka.
Peristiwa kelam kemarin, seolah
membangkitkan ingatan pada tragedi kecelakaan maut antara kereta pada
tahun 19 Oktober 1987 silam di perlintasan yang sama. Sebanyak 156
penumpang meregang nyawa.
Pasca peristiwa berdarah 26 tahun lalu
itu, di sekitar lokasi warga sering mengalami kejadian di luar logika
manusia. Seperti yang diceritakan, Ibu Apong Zubaidah (43).
Apong menjadi penumpang dalam kereta nahas kemarin. Beruntung kejadian itu tak sampai merenggut nyawanya.
"Kalau
motor atau mobil matic yang lewat situ keseringan mesinnya mati,"
cerita Apong saat ditemui RS Dr Suyoto, Jl Veteran, Jakarta Selatan,
Selasa (10/12).
Apong yakin cerita itu bukan isapan jempol
belaka. Sebab seorang rekannya pernah mengalami kejadian itu, saat
mengendarai mobil matic dan melintas di perlintasan tiba-tiba saja
dihantam KRL.
"Waktu itu teman saya juga meninggal. Dia bawa
mobil (Honda) Jazz, pas lewat situ (perlintasan KRL Bintaro) mesin
mobilnya langsung mati. Terus ketabrak kereta yang lewat," ujarnya
seraya mengingat peristiwa itu.
Apong yang mengaku punya kekuatan
spiritual indra keenam, sering melihat puluhan makhluk halus berwajah
rata 'nongkrong' di sekitar perlintasan.
"Pas di perlintasan itu saya suka ngeliat makhluk yang mukanya rata. Itu puluhan," tutur ibu dua anak ini.
Meski kuatnya aura mistis di sana, Apong yakin keberadaan mereka bukan untuk mencari tumbal.
"Mereka hanya berdiri di situ aja. Kalau dibilang minta nyawa sepertinya tidak," tambahnya.
Soal kejadian kemarin, Apong pun seperti punya firasat sebelumnya. Dia merasa ada yang memperingatkannya.
"Kemarin
sebelum tabrakan, pas di rumah perasaan saya sudah nggak enak. Kucing
saya berisik nggak mau diam. Udah gitu pas di dalam gerbong, biasanya
saya kan naik di paling depan, belakang ruang masinis, nah pas kemarin
nggak tahu kenapa saya nggak mau duduk di situ. Saya malah lebih milih
duduk di belakang," pungkas Apong. (mdk)
0 komentar:
Posting Komentar