CINTA NEGERIKU

RIAU UNTUK INDONESIA

Facebook | Twitter | Advertise

Mengungkap Konspirasi Imunisasi dan Bahaya Vaksin

Rabu, Oktober 31, 2012

Oleh: Tio Alexander
Semalam ada seorang bidan muda menelepon saya. Dia menanyakan kepada saya tentang mengapa saya sangat melarang Imunisasi bagi anak-anak (terutama sekali keponakan-keponakan saya). Apakah alasan saya melarangnya? Berikut tulisan singkat saya (bahannya terlalu banyak jadi saya persingkat).
Bill Gates : “Pertama kita punya populasi. Sekarang dunia dihuni oleh 6,8 milyar orang.  Dan angka tersebut menuju ke sekitar jumlah 9 milyar orang. Sekarang, jika kita melakukan pekerjaan yang sangat besar pada vaksin-vaksin baru, perawatan kesehatan, pelayanan kesehatan reproduksi , kami bisa menurunkan angkanya dengan, mungkin 10 atau 15 persen, tetapi kami melihat peningkatan sekitar 1,3.
Jadi Mr. Gates berbicara mengenai penurunan jumlah penduduk dunia sebanyak 0,9 milyar orang dengan mengubah sistem perawatan kesehatan dan memberikan vaksin kepada orang-orang ?
Apakah itu masuk akal bagi Anda ? 
Apa maksudnya ?
Apakah seseorang menanyakan apa yang dimaksud dengan itu ?
Siapa “kita” yang ia bicarakan ?
Dan siapa di antara 900.000.000 orang yang “mereka” ingin mengurangi / menghapus / membunuhnya ?
Adakah Imunisasi itu sebuah Konspirasi di dalamnya..?
Jika kita merunut sejarah vaksin modern yang dilakukan oleh Flexner Brothers, kita dapat menemukan bahwa kegiatan mereka dalam penelitian tentang vaksinasi pada manusia didanai oleh Keluarga Rockefeller. Rockefeller sendiri adalah salah satu keluarga Yahudi yang paling berpengaruh di dunia, dan mereka adalah bagian dari Zionisme Internasional.
Kenyataannya, mereka adalah pendiri WHO dan lembaga strategis lainnya :
The UN’s WHO was established by the Rockefeller family’s foundation in 1948 – the year after the same Rockefeller cohort established the CIA. Two years later the Rockefeller Foundation established the U.S. Government’s National Science Foundation, the National Institute of Health (NIH), and earlier, the nation’s Public Health Service (PHS).
~ Dr. Leonard Horowitz dalam “WHO Issues H1N1 Swine Flu Propaganda”
Wah hebat sekali ya penguasaan mereka pada lembaga-lembaga strategis. :shock:
Dilihat dari latar belakang WHO, jelas bahwa vaksinasi modern (atau kita menyebutnya imunisasi) adalah salah satu campur tangan (Baca : konspirasi) Zionisme dengan tujuan untuk menguasai dan memperbudak seluruh dunia dalam “New World Order” mereka. 
Apa Kata Para Ilmuwan Tentang Vaksinasi?
“Satu-satunya vaksin yang aman adalah vaksin yang tidak pernah digunakan.”
~ Dr. James R. Shannon, mantan direktur Institusi Kesehatan Nasional Amerika
“Vaksin menipu tubuh supaya tidak lagi menimbulkan reaksi radang. Sehingga vaksin mengubah fungsi pencegahan sistem imun.”

~ Dr. Richard Moskowitz, Harvard University
“Kanker pada dasarnya tidak dikenal sebelum kewajiban vaksinasi cacar mulai diperkenalkan. Saya telah menghadapi 200 kasus kanker, dan tak seorang pun dari mereka yang terkena kanker tidak mendapatkan vaksinasi sebelumnya.”

~ Dr. W.B. Clarke, peneliti kanker Inggris
“Ketika vaksin dinyatakan aman, keamanannya adalah istilah relatif yang tidak dapat diartikan secara umum”.

~ dr. Harris Coulter, pakar vaksin internasional
“Kasus polio meningkat secara cepat sejak vaksin dijalankan. Pada tahun 1957-1958 peningkatan sebesar 50%, dan tahun 1958-1959 peningkatan menjadi 80%.”

~ Dr. Bernard Greenberg, dalam sidang kongres AS tahun 1962
“Sebelum vaksinasi besar besaran 50 tahun yang lalu, di negara itu (Amerika) tidak terdapat wabah kanker, penyakit autoimun, dan kasus autisme.”

~ Neil Z. Miller, peneliti vaksin internasional
“Vaksin bertanggung jawab terhadap peningkatan jumlah anak-anak dan orang dewasa yang mengalami gangguan sistem imun dan syarat, hiperaktif, kelemahan daya ingat, asma, sindrom keletihan kronis, lupus, artritis reumatiod, sklerosis multiple, dan bahkan epilepsi. Bahkan AIDS yang tidak pernah dikenal dua dekade lalu, menjadi wabah di seluruh dunia saat ini.”

~ Barbara Loe Fisher, Presiden Pusat Informasi Vaksin Nasional Amerika
“Tak masuk akal memikirkan bahwa Anda bisa menyuntikkan nanah ke dalam tubuh anak kecil dan dengan proses tertentu akan meningkatkan kesehatan. Tubuh punya cara pertahanan tersendiri yang tergantung pada vitalitas saat itu. Jika dalam kondisi fit, tubuh akan mampu melawan semua infeksi, dan jika kondisinya sedang menurun, tidak akan mampu. Dan Anda tidak dapat mengubah kebugaran tubuh menjadi lebih baik dengan memasukkan racun apapun juga ke dalamnya.”

~ Dr. William Hay, dalam buku “Immunisation: The Reality behind the Myth”
Dan masih banyak lagi pendapat ilmuwan yang lainnya.
Dan ternyata faktanya di Jerman para praktisi medis, mulai dokter hingga perawat, menolak adanya imunisasi campak. Penolakan itu diterbitkan dalam “Journal of the American Medical Association” (20 Februari 1981) yang berisi sebuah artikel dengan judul “Rubella Vaccine in Susceptible Hospital Employees, Poor Physician Participation”. Dalam artikel itu disebutkan bahwa jumlah partisipan terendah dalam imunisasi campak terjadi di kalangan praktisi medis di Jerman. Hal ini terjadi pada para pakar obstetrik, dan kadar terendah lain terjadi pada para pakar pediatrik. Kurang lebih 90% pakar obstetrik dan 66% parak pediatrik menolak suntikan vaksin rubella.
Lalu mengapa bisa hal itu terjadi? Apa rahasia di balik vaksin dan imunisasi?
Menurut pencarian saya tentang imunisasi yang telah saya lakukan sejak beberapa tahun lalu. Saya berusaha mengaitkannya dengan metode ilmu genetik dalam Islam yang sedikit telah saya pahami.
Vaksin yang telah diproduksi dan dikirim ke berbagai tempat di belahan bumi ini (terutama negara muslim, negara dunia ketiga, dan negara berkembang), adalah sebuah proyek untuk mengacaukan sifat dan watak generasi penerus di negara-negara tersebut.
Vaksin tersebut dibiakkan di dalam tubuh manusia yang bahkan kita tidak ketahui sifat dan asal muasalnya. Kita tau bahwa vaksin didapat dari darah sang penderita penyakit yang telah berhasil melawan penyakit tersebut. Itu artinya dalam vaksin tersebut terdapat DNA sang inang dari tempat virus dibiakkan tersebut.
Pernahkah anda berpikir apabila DNA orang asing ini tercampur dengan bayi yang masih dalam keadaan suci?
DNA adalah berisi cetak biru atau rangkuman genetik leluhur-leluhur kita yang akan kita warisi. Termasuk sifat, watak, dan sejarah penyakitnya.
Lalu apa jadinya apabila DNA orang yang tidak kita tau asal usul dan wataknya bila tercampur dengan bayi yang masih suci? Tentunya bayi tersebut akan mewarisi genetik DNA sang inang vaksin tersebut.
Pernahkan anda terpikir apabila sang inang vaksin tersebut dipilih dari orang-orang yang terbuang, kriminal, pembunuh, pemerkosa, peminum alkohol, dan sebagainya?
Dari banyak sumber yang saya dengar selama ini, penelitian tentang virus dilakukan kepada para narapidana untuk menghemat biaya penelitian, atau malah mungkin hal itu disengaja?
vaccine
Zat-zat kimia berbahaya dalam vaksin. Vaksin mengandung substansi berbahaya yang diperlukan untuk mencegah infeksi dan meningkatkan performa vaksin. Seperti merkuri, formaldehyde, dan aluminium, yang dapat membawa efek jangka panjang seperti keterbelakangan mental, autisme, hiperaktif. alzheimer, kemandulan, dll. Dalam 10 tahun terakhir, jumlah anak autis meningkat dari antara 200 – 500 % di setiap negara bagian di Amerika.
Babi dalam Vaksin.
Penggunaan asam amino binatang babi dalam vaksin bukanlah berita yang baru. Bahkan kaum Muslim dan Yahudi banyak yang menentang hal ini karena babi memang diharamkan, seperti tertuang dalam Qur’an ayat berikut :
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Qur’an surah Al-Maidah (5) ayat 3
Bahkan dalam Perjanjian Lama (Taurat) juga disebutkan :
“Jangan makan babi. Binatang itu haram karena walaupun kukunya terbelah, ia tidak memamah biak. Dagingnya tidak boleh dimakan dan bangkainya pun tak boleh disentuh karena binatang itu haram.” Imamat 11 : 7-8
Lalu mengapa Allah mengharamkan Babi?
babi
1. Asam Amino manusia yang hanya sedikit berbeda dari binatang babi.Asam amino adalah salah satu penyusun protein pada makhluk hidup. Jika kita melihat insulin pada manusia dan babi, maka hanya akan terpaut satu daripada babi. Berikut penjelasannya :
Insulin manusia : C256H381N65O76S6 MW=5807,7
Insulin babi : C257H383N65O77S6 MW=5777,6
Penjelasan : hanya 1 asam amino berbeda
Insulin manusia : C256H381N65O76S6 MW=5807,7
Insulin sapi : C254H377N65O75S6 MW=5733,6
Penjelasan : ada 3 asam amino berbeda
Para produsen vaksin mengatakan bahwa jika menggunakan asam amino babi, maka mereka tidak memerlukan banyak proses penelitian lagi karena hanya terpaut satu asam amino. Berbeda dengan sapi yang terpaut 3 asam amino.
“Secara chemisty, DNA manusia dan babi hanya beda 3 persen. Aplikasi teknologi transgenetika membuat organ penyusun tubuh babi akan semakin mirip dengan manusia.”

~ Dr. Muladno, ahli genetika molekuler di Fakultas Peternakan IPB
Tapi sayangnya mereka lupa jika asam aminonya hampir identik berarti sama saja kita memakan daging manusia (kanibal), dan telah jelas bahwa kanibal dapat menyebabkan penyakit-penyakit genetik yang tidak bisa disembuhkan, termasuk penyakit syaraf dan lain-lain.
Di China, terdapat sebuah desa yang gemar memakan daging manusia yang melintas di desanya, yang kemudian digunakan untuk sebuah perayaan. Mereka mengatakan bahwa rasa daging manusia mirip dengan rasa daging babi.
2. Sifat babi yang buruk dapat menurun kepada manusia yang memakannya.
Seorang Imam Muslim bersama kawannya orang barat pernah melakuak test kepada 3 ekor babi dan 3 ekor ayam, masing masing adalah 2 jantan dan 1 betina. Dan hasilnya adalah :
Ketika 2 ekor ayam jantan dan 1 ayam betina dilepas, maka 2 ayam jantan tersebut bertarung hingga satu tewas/kalah untuk merebutkan betina. Namun apa yang terjadi ketika 2 ekor babi jantan dan 1 ekor babi betina dilepas ? ternyata babi jantan yang satu membantu yang lain untuk melaksanakan hajat seksualnya pada si betina.
Dan sang Imam berkata, “Inilah ! Daging babi itu membunuh ‘ghirah’ (rasa cemburu) orang yang memakannya dan ini terjadi pada kaum kalian.”
Beberapa penelitian di barat juga banyak yang menyatakan bahwa memakan babi dapat mempengaruhi watak, resiko perselingkuhan, dan hasrat seksual yang melebihi ambang batas kewajaran sebagai manusia.
3. Tubuh babi dapat mengubah virus jinak menjadi ganas.
Babi memiliki berbagai reseptor dalam tubuhnya yang dapat menjadikan virus jinak yang masuk ke dalam tubuh babi kemudian keluar dalam keadaan ganas, diantaranya reseptor yang sangat dikenal para ilmuwan adalah reseptor alfa 2,6 sialic acid untuk mengikat influenza manusia dan 2,3 sialic acid untuk mengikat virus influenza unggas. Virus-virus yang terikat ke dalam reseptor tersebut kemudian dapat berubah menjadi ganas. Selain itu reseptor-reseptor itu juga dapat mengikat dua jenis virus yang memiliki sifat yang berbeda, untuk kemudian di mixing menjadi satu virus ganas yang memiliki 2 sifat.
4. Banyaknya penyakit dalam tubuh Babi
Kita sudah mengetahui sejak Sekolah Dasar dahulu bahwa babi mengandung cacing pita yang sangat berbahaya. Cacing pita bahkan dapat mengganggu sistem syaraf dan dapat masuk hingga otak manusia. Selain cacing pita masih banyak penyakit lainnya yang disebabkan oleh babi melalui bakteri, karena kebiasaannya yang senang memakan kotoran, bahkan kotorannya sendiri.
5. Sifat aneh babi lainnya.
“Babi mempunyai sifat kembar antara binatang buas dan binatang jinak. Sifatnya yang menyerupai binatang buas adalah karena ia bertaring dan suka makan bangkai, sedangkan sifatnya yang menyerupai binatang jinak ialah karena ia berceracak dan makan rumput serta dedaunan lainnya.
Babi memiliki syahwat yang amat kuat, hingga pada saat ia kawin (bersetubuh), pejantan bertengger di atas betinanya yang berjalan bermil-mil jauhnya. Pejantannya mengejar-ngejar betina demikian kasar hingga terjadi perkelahian yang mungkin menewaskan salah satu atau menewaskan kedua-duanya.
Satu kali mengandung, babi betina dapat melahirkan dua puluh ekor anak. Pejantan mulai kawin bila telah berumur 8 bulan, sedangkan betinanya mulai melahirkan bila telah mencapai umur 6 bulan. Di beberapa negeri, babi kawin pada umur 4 bulan, betinanya mulai bunting setelah dikawini dan akan melahirkan setelah bunting selama enam atau tujuh bulan. Babi betina yang telah mencapai umur 15 tahun tidak dapat beranak. Jenis binatang ini adalah yang paling banyak mempunyai keturunan. Babi jantan merupakan binatang jantan yang paling tahan lama bertengger di atas betinanya (kawin).
Yang mengherankan, jika sebelah matanya dicungkil ia segera mati. Babi memiliki kesamaan dengan manusia, yaitu kulitnya tidak dapat dikelupas kecuali jika dipotong lebih dulu daging yang berada di bawahnya.”
~ Kamal al-Din Muhammad ibn Musa al-Damiri, dalam Kitabul-Hayawan Al-Kubra
Bencana akibat vaksin yang tidak pernah dipublikasikan.
* Di Amerika pada tahun 1991 – 1994 sebanyak 38.787 masalah kesehatan dilaporkan kepada Vaccine Adverse Event Reporting System (VAERS) FDA. Dari jumlah ini 45% terjadi pada hari vaksinasi, 20% pada hari berikutnya dan 93% dalam waktu 2 mgg setelah vaksinasi. Kematian biasanya terjadi di kalangan anak anak usia 1-3 bulan.
* Pada 1986 ada 1300 kasus pertusis di Kansas dan 90% penderita adalah anak-anak yang telah mendapatkan vaksinasi ini sebelumnya. Kegagalan sejenis juga terjadi di Nova Scotia di mana pertusis telah muncul sekalipun telah dilakukan vaksinasi universal.
* Jerman mewajibkan vaksinasi tahun 1939. Jumlah kasus dipteri naik menjadi 150.000 kasus, di mana pada tahun yang sama, Norwegia yang tidak melakukan vaksinasi, kasus dipterinya hanya sebanyak 50 kasus.
* Penularan polio dalam skala besar, menyerang anak-anak di Nigeria Utara berpenduduk muslim. Hal itu terjadi setelah diberikan vaksinasi polio, sumbangan AS untuk penduduk muslim. Beberapa pemimpin Islam lokal menuduh Pemerintah Federal Nigeria menjadi bagian dari pelaksanaan rencana Amerika untuk menghabiskan orang-orang Muslim dengan menggunakan vaksin.
* Tahun 1989-1991 vaksin campak “high titre” buatan Yugoslavia Edmonton-Zagreb diuji coba pada 1500 anak-anak miskin keturunan orang hitam dan latin, di kota Los Angeles, Meksiko, Haiti dan Afrika. Vaksin tersebut sangat direkomendasikan oleh WHO. Program dihentikan setelah di dapati banyak anak-anak meninggal dunia dalam jumlah yang besar.
* Vaksin campak menyebabkan penindasan terhadap sistem kekebalan tubuh anak-anak dalam waktu panjang selama 6 bulan sampai 3 tahun. Akibatnya anak-anak yang diberi vaksin mengalami penurunan kekebalan tubuh dan meninggal dunia dalam jumlah besar dari penyakit-penyakit lainnya WHO kemudian menarik vaksin-vaksin tersebut dari pasar di tahun 1992.
* Setiap program vaksin dari WHO di laksanakan di Afrika dan Negara-negara dunia ketiga lainnya, hampir selalu terdapat penjangkitan penyakit-penyakit berbahaya di lokasi program vaksin dilakukan. Virus HIV penyebab Aids di perkenalkan lewat program WHO melalui komunitas homoseksual melalui vaksin hepatitis dan masuk ke Afrika tengah melalui vaksin cacar.
* Desember 2002, Menteri Kesehatan Amerika, Tommy G. Thompson menyatakan, tidak merencanakan memberi suntikan vaksin cacar. Dia juga merekomendasikan kepada anggota kabinet lainnya untuk tidak meminta pelaksaanaan vaksin itu. Sejak vaksinasi massal diterapkan pada jutaan bayi, banyak dilaporkan berbagai gangguan serius pada otak, jantung, sistem metabolisme, dan gangguan lain mulai mengisi halaman-halaman jurnal kesehatan.
* Kenyataannya vaksin untuk janin telah digunakan untuk memasukan encephalomyelitis, dengan indikasi terjadi pembengkakan otak dan pendarahan di dalam. Bart Classen, seorang dokter dari Maryland, menerbitkan data yang memperlihatkan bahwa tingkat penyakit diabetes berkembang secara signifikan di Selandia Baru, setelah vaksin hepatitis B diberikan secara massal di kalangan anak-anak.
* Melaporkan bahwa, vaksin meningococcal merupakan “Bom waktu bagi kesehatan penerima vaksin.”
* Anak-anak di Amerika Serikat mendapatkan vaksin yang berpotensi membahayakan dan dapat menyebabkan kerusakan permanen. Berbagai macam imunisasi misalnya, Vaksin-vaksin seperti Hepatitis B, DPT, Polio, MMR, Varicela (Cacar air) terbukti telah banyak memakan korban anak-anak Amerika sendiri, mereka menderita kelainan syaraf, anak-anak cacat, diabetes, autis, autoimun dan lain-lain.
* Vaksin cacar dipercayai bisa memberikan imunisasi kepada masyarakat terhadap cacar. Pada saat vaksin ini diluncurkan, sebenarnya kasus cacar sudah sedang menurun. Jepang mewajibkan suntikan vaksin pada 1872. Pada 1892, ada 165.774 kasus cacar dengan 29.979 berakhir dengan kematian walaupun adanya program vaksin.
* Pemaksaan vaksin cacar, di mana orang yang menolak bisa diperkarakan secara hukum, dilakukan di Inggris tahun 1867. Dalam 4 tahun, 97.5& masyarakat usia 2 sampai 50 tahun telah divaksinasi. Setahun kemudian Inggris merasakan epidemik cacar terburuknya dalam sejarah dengan 44.840 kematian. Antara 1871 – 1880 kasus cacar naik dari 28 menjadi 46 per 100.000 orang. Vaksin cacar tidak berhasil.
* Dan masih banyak lagi.
Mengapa vaksin gagal melindungi terhadap penyakit?
Walene James, pengarang buku Immunization: the Reality Behind The Myth, mengatakan respon inflamatori penuh diperlukan untuk menciptakan kekebalan nyata.
Sebelum introduksi vaksin cacar dan gondok, kasus cacar dan gondok yang menimpa anak-anak adalah kasus tidak berbahaya. Vaksin “mengecoh” tubuh sehingga tubuh kita tidak menghasilkan respon inflamatory terhadap virus yang diinjeksi.
SIDS (Sudden Infant Death Syndrome) naik dari 0.55 per 1000 orang di 1953 menjadi 12.8 per 1000 pada 1992 di Olmstead County, Minnesota. Puncak kejadian SIDS adalah umur 2 – 4 bulan, waktu di mana vaksin mulai diberikan kepada bayi. 85% kasus SIDS terjadi di 6 bulan pertama bayi. Persentase kasus SIDS telah naik dari 2.5 per 1000 menjadi 17.9 per 1000 dari 1953 sampai 1992. Naikan kematian akibat SIDS meningkat pada saat hampir semua penyakit anak-anak menurun karena perbaikan sanitasi dan kemajuan medikal kecuali SIDS.
Kasus kematian SIDS meningkat pada saat jumlah vaksin yang diberikan kepada balita naik secara meyakinkan menjadi 36 per anak.
Dr. W. Torch berhasil mendokumentasikan 12 kasus kematian pada anak-anak yang terjadi dalam 3,5 – 19 jam paska imunisasi DPT. Dia kemudian juga melaporkan 11 kasus kematian SIDS dan satu yang hampir mati 24 jam paska injeksi DPT. Saat dia mempelajari 70 kasus kematian SIDS, 2/3 korban adalah mereka yang baru divaksinasi mulai dari 1,5 hari sampai 3 minggu sebelumnya.
Tidak ada satu kematian pun yang dihubungkan dengan vaksin. Vaksin dianggap hal yang mulia dan tidak ada pemberitaan negatif apapun mengenai mereka di media utama karena mereka begitu menguntungkan bagi perusahaan farmasi.
Ada alasan yang valid untuk percaya bahwa vaksin bukan saja tak berguna dalam mencegah penyakit, tetapi mereka juga kontraproduktif karena melukai sistem kekebalan yang meningkatkan resiko kanker, penyakit kekebalan tubuh, dan SIDS yang menyebabkan cacat dan kematian.
Lalu adakah imunisasi yang benar menurut Islam?
Ada! Bahkan Rasulullah sendiri yang mengajarkan dan merekomendasikannya.
Imam Bukhari dalam Shahih-nya men-takhrij hadits dari Asma’ binti Abi Bakr
Dari Asma’ binti Abu Bakr bahwa dirinya ketika sedang mengandung Abdullah ibn Zubair di Mekah mengatakan, “Saya keluar dan aku sempurna hamilku 9 bulan, lalu aku datang ke madinah, aku turun di Quba’ dan aku melahirkan di sana, lalu aku pun mendatangi Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam, maka beliau Shalallaahu alaihi wasalam menaruh Abdullah ibn Zubair di dalam kamarnya, lalu beliau Shalallaahu alaihi wasalam meminta kurma lalu mengunyahnya, kemudian beliau Shalallaahu alaihi wasalam memasukkan kurma yang sudah lumat itu ke dalam mulut Abdullah ibn Zubair. Dan itu adalah makanan yang pertama kali masuk ke mulutnya melalui Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam, kemudian beliau men-tahnik-nya, lalu beliau Shalallaahu alaihi wasalam pun mendo’akannya dan mendoakan keberkahan kepadanya.
Dalam shahihain -Shahih Bukhari dan Muslim- dari Abu Musa Al-Asy’ariy, “Anakku lahir, lalu aku membawa dan mendatangi Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam, lalu beliau Shalallaahu alaihi wasalam memberinya nama Ibrahim dan kemudian men-tahnik-nya dengan kurma.” dalam riwayat Imam Bukhari ada tambahan: “maka beliau SAW mendoakan kebaikan dan memdoakan keberkahan baginya, lalu menyerahkan kembali kepadaku.”
tahnik
Seorang kakek men-tahnik cucunya yang belum lama dilahirkan
Ibu saya pernah mengatakan bahwa bayi dilahirkan dalam keadaan kekurangan glukosa. Bahkan apabila tubuhnya menguning, maka bayi tersebut dipastikan membutuhkan glukosa dalam keadaan yang cukup untuknya. Bobot bayi saat lahir juga mempengaruhi kandungan glukosa dalam tubuhnya.
Pada kasus bayi prematur yang beratnya kurang dari 2,5 kg, maka kandungan zat gulanya sangat kecil sekali, dimana pada sebagian kasus malah kurang dari 20 mg/100 ml darah. Adapun anak yang lahir dengan berat badan di atas 2,5 kg maka kadar gula dalam darahnya biasanya di atas 30 mg/100 ml.
Kadar semacam ini berarti (20 atau 30 mg/100 ml darah) merupakan keadaan bahaya dalam ukuran kadar gula dalam darah.
Hal ini bisa menyebabkan terjadinya berbagai penyakit, seperti bayi menolak untuk menyusui, otot-otot bayi melemas, aktivitas pernafasan terganggu dan kulit bayi menjadi kebiruan, kontraksi atau kejang-kejang.
Terkadang bisa juga menyebabkan sejumlah penyakit yang berbahaya dan lama, seperti insomnia, lemah otak, gangguan syaraf, gangguan pendengaran, penglihatan, atau keduanya.
Apabila hal-hal di atas tidak segera ditanggulangi atau diobati maka bisa menyebabkan kematian. Padahal obat untuk itu adalah sangat mudah, yaitu memberikan zat gula yang berbentuk glukosa melalui infus, baik lewat mulut, maupun pembuluh darah.
Mayoritas atau bahkan semua bayi membutuhkan zat gula dalam bentuk glukosa seketika setelah lahir, maka memberikan kurma yang sudah dilumat bisa menjauhkan sang bayi dari kekurangan kadar gula yang berlipat-lipat.
Disunnahkannya tahnik kepada bayi adalah obat sekaligus tindakan preventif yang memiliki fungsi penting, dan ini adalah mukjizat kenabian Muhammad SAW secara medis dimana sejarah kemanusiaan tidak pernah mengetahui hal itu sebelumnya, bahkan kini manusia tahu bahayanya kekurangan kadar glukosa dalam darah bayi.
Tahnik sebaiknya dilakukan oleh orang-orang yang beriman kepada Allah, atau dapat pula dilakukan ayah atau ibu sang bayi.
 
Penutup
Imunisasi yang selama ini digembar-gemborkan oleh Zionis dapat berdampak kepada masalah yang sangat serius bagi kehidupan penduduk dunia. Mereka yang bertujuan untuk menjadikan ras lainnya berada di bawah kekuasaan mereka dengan berbagai cara. Sudah cukup adik laki-laki saya yang menjadi korban konspirasi imunisasi ini. Kini saatnya kita membuka mata dan bertanya pada hati nurani kita dengan berbagai propaganda yang mereka lakukan.
Bahkan Allah telah menyuruh kita berhati-hati terdadap berita dari mereka :
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”
Qur’an surah Al-Hujuraat (49) : 6
Masih banyak sumber yang belum saya paparkan di sini. Termasuk bagaimana teknologi pengetahuan Islam menyingkap bagaimana setan dapat menjadikan manusia menjadi jahat melalui makanan yang haram yang kita konsumsi. Insya Allah lain waktu saya dapat menjelaskannya.
http://un2kmu.wordpress.com/2010/04/19/mengungkap-konspirasi-imunisasi-dan-bahaya-vaksin/

Vaksin dan Sistem Dajjal

Oleh: Ihsan Tandjung

Koran Republika edisi Sabtu 25 April 2009 memuat sebuah berita yang sebenarnya sangat penting bagi ummat Islam. Letaknya di pojok kanan halaman 12. Berita itu memuat hasil temuan LPPOM Majelis Ulama Islam Sumatera Selatan yang menyimpulkan bahwa Vaksin Meningitis mengandung enzim porchin dari babi. Bayangkan..! Vaksin yang selama ini diharuskan bagi calon jamaah haji ternyata mengandung zat najis, bukan sekedar haram. Kita tahu bahwa dalam ilmu fiqh membersihkan tubuh dari bahan najis sejenis babi mengharuskan kita mencuci bagian tubuh yang tersentuh najis itu dengan air sebanyak tujuh kali dan salah satunya dicampur dengan tanah. Lalu bagaimana caranya bila zat najis itu dimasukkan ke dalam tubuh kita? Adakah cara untuk membersihkannya? Padahal di antara dampak barang haram, apalagi najis, yang masuk ke dalam tubuh seorang muslim ialah tidak bakal dikabulkannya doa. Begitu kurang lebih penegasan Nabi Muhammad shollallahu ‘alaih wa sallam. Berarti para jamaah haji kita yang sudah bersusah payah dengan biaya besar pula pergi ke tanah suci, ternyata dengan syarat vaksin ini justru menyebabkan berbagai doa yang diajukannya di tempat-tempat mustajab menjadi sia-sia? Wallahua’lam. 
 
“Kemudian Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam menyebut tentang seseorang yang baru pulang safar lalu menengadahkan tangannya ke langit berdoa: “Ya Rabb, ya Rabb.” Sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan ia menyantap apa-apa yang haram. Bagaimana yang demikian bisa dikabulkan? ” (HR Muslim 1686)
 Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk membicarakan solusi dari masalah di atas. Kami cuma ingin mengingatkan pembaca bahwa zaman yang sedang kita jalani dewasa ini memang sungguh zaman yang tidak berfihak kepada Islam dan kaum muslimin. Kita sedang menjalani era paling kelam dalam sejarah Islam. Inilah babak keempat dari era Akhir Zaman. Inilah babak kepemimpinan para mulkan jabbriyyan (raja-raja / penguasa-penguasa yang memaksakan kehendak sambil mengabaikan kehendak Allah dan RasulNya). Sesudah runtuhnya tatanan kehidupan bermasyarakat dan bernegara ummat Islam -yakni al-khilafa al-Islamiyyah- maka Allah menyerahkan giliran kepemimpinan ummat manusia kepada kaum kuffar. Apalagi setelah memasuki era globalisasi semakin tampak saja dominasi kaum kuffar atas kehidupan manusia di planet bumi ini. Dengan komandan negara Amerika Serikat di bawah konsultan Yahudi, dunia digiring menjauh dari nilai-nilai Rabbani. Pantas bilamana seorang ulama Pakistan bernama Imran Hussain berkata: “We are living in a godless civilization.” (Kita sedang hidup dalam peradaban yang tidak bertuhan). 
Problem vaksinasi hanyalah salah satu contoh kasus dari dominasi nilai-nilai kafir yang sedang mendominasi dunia dewasa ini. Pada hakikatnya segenap lini kehidupan dunia modern dewasa ini sarat dengan permasalahan jika ditinjau dengan perspektif ajaran Allah Al-Islam. Ketika dunia dipimpin oleh kaum kuffar wajarlah bila kita temukan berbagai lini kehidupan ummat manusia menjadi bermasalah. Semua ini tidak terlepas dari fakta bahwa para pemimpinnya sendiri tidak mengerti arah dan tujuan hidup di dunia. Lalu bagaimana lagi bisa diharapkan mereka dapat mengantarkan ummat manusia yang mereka pimpin menuju arah dan tujuan yang jelas dan benar? 
Seorang penulis muslim berkebangsaan Inggris bernama Ahmad Thomson menulis sebuah buku berjudul “Dajjal:The Anti-Christ.” Buku ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi “Sistem Dajjal.” Dalam bukunya  ia menjelaskan bahwa sejak hampir satu abad yang lalu dunia makin hari makin membentuk dirinya menjadi sebuah Sistem Kafir yang lebih cocok disebut sebagai Sistem Dajjal. Ia berpandangan bahwa Dajjal memiliki tiga sisi tampilan. Pertama, sisi sebagai gejala sosial budaya global.  Kedua, Dajjal sebagai kekuatan gaib yang tidak tampak kasat mata. Dan ketiga, Dajjal sebagai individu atau oknum. Keberadaan sistem dan para pengurusnya itu, merupakan bukti dari Dajjal sebagai gejala sosial budaya global dan Dajjal sebagai kekuatan gaib. Dilihat dari semua pertanda yang nampak dewasa ini, kedua sisi Dajjal tersebut – yang akan dijelmakan oleh si Dajjal sendiri – sudah sangat kentara, ini berarti kemunculan Dajjal sudah sangat dekat.
Jadi berdasarkan tulisan Ahmad Thomson dewasa ini Dajjal sebagai gejala sosial budaya global dan kekuatan gaib yang tidak tampak kasat mata sudah mewujud. Tinggal Dajjal sang individu atau oknum yang belum muncul. Seluruh nilai-nilai yang berlaku dalam sistem Dajjal secara diameteral bertentangan dengan nilai-nilai Sistem Kenabian. Sebab sistem Dajjal berisi nilai-nilai kekafiran sedangkan sistem Kenabian mengandung nilai-nilai keimanan. Baik itu dalam bidang ideologi, sosial, politik, seni-budaya, ekonomi, pendidikan, hukum, militer dan pertahanan keamanan. Tentu tidak ketinggalan ia juga mencakup aspek kehidupan yang disebut dengan dunia medis. Coba perhatikan kutipan tulisan Ahmad Thomson di bawah ini: 
Sebagaimana sistem pabrik dan sistem pendidikan kafir, sistem medis kafir dijalankan bak sebuah bisnis. Sistem medis kafir tak begitu peduli pada penyembuhan dan apa yang bermanfaat atau tidak. Bahkan merupakan sebuah bisnis besar bagi perusahaan-perusahaan farmasi yang memasok obat-obatan dan peralatannya, seraya memelihara beribu-ribu pekerja yang dikaryakan untuk menambal para pasien, agar mereka pun bisa dikaryakan. Kini, kita lebih sering mendengar mahasiswa kedokteran berbicara mengenai gaji-gaji besar yang mereka cita-citakan – apabila telah lulus ujian dan mendapat secarik kertas – dibanding dengan berbicara mengenai cita-cita mereka untuk menyembuhkan banyak manusia, atau berbicara mengenai bagaimana cara mencapai penyembuhan tersebut. 
Ahmad Thomson menggambarkan sistem medis kafir sebagai sebuah bisnis besar yang  berkembang guna  melestarikan proses produsen-konsumen. Sistem medis dalam sistem Dajjal tidak pernah dimaksudkan untuk benar-benar menghapus penyakit dan menimbulkan kesehatan. Ia malah melestarikan penyakit dengan mencekoki masyarakat obat-obatan kimiawi yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Itulah sebabnya industri farmasi menjadi industri yang sangat profitable (menguntungkan secara bisnis). Tak kecuali fenomena yang disebut dengan vaksinasi. Vaksinasi merupakan salah satu cara massif untuk menimbulkan ketergantungan masyarakat kepada sistem medis dan sistem farmasi kafir. 
Dalam sebuah situs bernama informationliberation: The news you’re not suppose to know  terdapat sebuah video yang menjelaskan bahaya vaksinasi bagi ummat manusia. Video tersebut  melibatkan para dokter medis, peneliti dan pengalaman beberapa orang tua dalam hal vaksinasi. Video tersebut bernama Vaccination:the Hidden Truth (Vaksinasi: Kebenaran yang Disembunyikan). Sudah banyak orang menjadi sadar untuk meninggalkan budaya vaksinasi sesudah menonton video ini. Bagi yang berminat silahkan click
http://www.informationliberation.com/?id=13924. Di dalam situs itu ditulis: 
“Find out how vaccines are proven to be both useless and have harmful effects to your health and how it is often erroneously believed to be compulsory.” (Temukan bagaimana vaksin terbukti  sia-sia belaka dan malah mengandung efek berbahaya untuk kesehatan Anda dan bagaimana ia sering keliru diyakini sebagai wajib) 
Saudaraku, sungguh terasa bahwa zaman yang sedang kita jalani dewasa ini benar-benar merupakan zaman penuh fitnah. Seandainya Allah tidak melindungi dan merahmati kita, niscaya kita terancam oleh kekuatan kaum kuffar yang setiap saat menebar kemudharatan. Kemudharatan mana tidak hanya mengganggu aspek fisik diri kita, melainakan mencakup aspek pemahaman bahkan aqidah kita.
Hidup di babak keempat era Akhir Zaman sungguh menuntut kita untuk sangat memperhatilkan peringatan Allah di bawah ini: 

“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang ada  di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).” (QS Al-An’aam ayat 116)
 Ya Allah, tunjukkanlah kepada kami bahwa yang benar itu benar, dan berilah kami kekuatan untuk mengikutinya. Dan tunujukkanlah kepada kami bahwa yang batil itu batil, dan berilah kami kekuatan untuk menjauhinya.
Berita yang memuat hasil temuan LPPOM Majelis Ulama Islam Sumatera Selatan yang menyimpulkan bahwa Vaksin Meningitis mengandung enzim porchin dari babi ternyata berbuntut panjang. Bagaimana tidak, sebab Vaksin Meningitis diharuskan Pemerintah Kerajaan Arab Saudi bagi calon jamaah haji Indonesia, bahkan seluruh jamaah haji sedunia. Anggota Majelis Pertimbangan Kesehatan dan Syara’ (MPKS) Departemen Kesehatan (Depkes), Prof Jurnalis Udin berkata: ”Pemerintah berniat melindungi rakyat, karena Pemerintah Arab Saudi mewajibkan calon jamaah haji harus divaksin supaya tidak terserang meningitis.” (Koran Republika Kamis, 30 April 2009 pukul 23:27:00) Mau berangkat melaksanakan ibadah malah disyaratkan untuk dimasukkan terlebih dahulu zat najis ke dalam tubuh para hamba Allah tersebut..! Kalau kita ikuti pemberitaan soal kasus ini -di harian yang sama- ternyata pendapat yang muncul saling kontra satu sama lain. Ada sementara fihak yang terkesan meringan-ringankan masalahnya dan ada fihak lainnya yang tampak sangat peduli dan prihatin. 
Pertama, hasil temuan LPPOM Majelis Ulama Islam Sumatera Selatan tersebut sudah melewati forum diskusi dengan para pakar, diantaranya pakar farmakologi Prof Dr T Kamaluddin Ketua Program Pasca Sarjana Universitas Sriwijaya (Unsri), pakar penyakit dalam dan pakar dokter anak. Artinya, ini bukan sekedar suatu lontaran yang diajukan oleh sekumpulan ulama yang hanya bergerak di bidang ilmu agama Islam semata.  Ternyata mereka dengan penuh tanggung-jawab sudah melibatkan fihak yang memang membidangi urusan terkait. Sehingga sangat tidak pantas jika Departemen Kesehatan (Depkes) meragukan dugaan temuan LPPOM MUI Sumatra Selatan tentang kandungan enzim babi dalam vaksin meningitis (radang selaput otak) yang biasa digunakan jamaah haji dan umrah Indonesia.  Jadi apa yang mereka sampaikan tentang vaksin meningitis yang mengandung enzim babi bukan tanpa melalui kajian. (Republika Newsroom Senin, 27 April 2009 pukul 11:42:00) 
Sekretaris MUI Sumsel KH Ayik Farid berkata: “Dalam Rakernas MUI sudah kami sampaikan bahwa proses pembuatan vaksin meningitis tersebut menggunakan enzim porchin dari binatang babi. LPPOM MUI Pusat juga sudah mengakui itu, namun karena sudah ada kontrak pengadaan vaksin tersebut selama lima tahun maka penggunaannya tidak bisa diganti.” (Republika Newsroom Senin, 27 April 2009 pukul 11:42:00)  
Benarkah hanya karena terlanjur sudah ada kontrak pengadaan vaksin selama lima tahun, maka penggunaannya tidak bisa diganti? Walaupun itu berarti mewajibkan terus-menerus jamaah haji untuk memasukkan  ke dalam tubuhnya -lebih tepatnya ke dalam darahnya-  zat najis yang tentunya bisa merusak ke-mabrur-an ibadah hajinya? 
Kedua, ternyata kasus vaksin meningitis mengandung enzim babi ini merupakan kasus lama. Pemerintah -dalam hal ini Depkes dan Depag- sudah mengetahui hal ini sejak lama. Bahkan Direktur LPPOM MUI, Nadratuzzaman, mengatakan bahwa pemerintah sendiri sudah mengetahui kasus ini, tapi hanya mendiamkan saja. Laa haula wa laa quwwata illa billah…! Jadi, ini bukan suatu kasus yang baru terdeteksi sekarang. Ia sudah diketahui sejak lama. “Nadratuzzaman menyayangkan sikap pemerintah yang hanya berdiam diri, padahal mereka sudah tahu masalah ini sejak lama. Pihaknya mengaku telah mengirimkan surat berkali-kali ke Departemen Kesehatan agar mengganti vaksin yang mengandung enzim babi itu. “Tapi, tidak ada balasan. Mereka hanya menganggap kita membuat resah masyarakat,” ujarnya menegaskan.” (Koran Republika Rabu, 29 April 2009 pukul 23:41:00)
Mengapa kasus yang demikian besar pengaruhnya bagi ke-mabrur-an jamaah haji dibiarkan berlarut-larut oleh pemerintah cq Depkes dan Depag? 
Ketiga, pejabat tertinggi di kedua departemen yang paling bertanggungjawab dalam masalah ini tidak memberikan respon sebagaimana mestinya. Malah terkesan mengelak atau menyalahkan fihak lain. Menteri Kesehatan misalnya malah membantah tanpa pikir panjang bahwa vaksin Meningitis mengandung enzim babi.  “Depkes pernah melakukan penelitian kandungan vaksin itu dan ternyata negatif mengandung enzim babi. ”Tidak ada itu, tidak betul tuh,” ujar Menteri Kesehatan (Menkes), Siti Fadilah Supari, dalam pesan singkatnya yang diterima Republika, Senin (27/4).” (Republika Newsroom Senin, 27 April 2009 pukul 16:52:00)
Tanggapan Menteri Agama bahkan terdengar lebih aneh dan cenderung menyalahkan fihak lain: ”Saya sangat kecewa dan menyayangkan cara penyampaiannya yang dilakukan MUI. Mestinya, cukup disampaikan kepada kami, Menteri Agama dan Menteri Kesehatan. Sehingga, tidak membuat gelisah calon jamaah haji,” papar Menag. (Koran Republika Selasa, 28 April 2009 pukul 23:33:00)
Apakah respon kedua petinggi ini mencerminkan sikap bertanggung-jawab? Apakah mereka berdua tidak memahami efek syar’i yang ditimbulkan sebagai akibat adanya kandungan enzim babi di dalam vaksin Meningitis bagi jamaah haji? Ataukah keduanya memang sudah terikat dengan sebuah “protap” yang harus dipatuhi sehingga mereka terkesan menganggap remeh perkara ini? 
Keempat, selama ini pemerintah berlindung dibalik status hukum “darurat” sehingga vaksin yang mengandung zat najis tetap diberikan kepada jamaah haji kita. Pemerintah berdalih bahwa vaksin Meningitis sangat penting untuk mencegah terjadinya penularan penyakit mematikan radang selaput otak sedangkan vaksin dengan kandungan enzim babi tersebut merupakan satu-satunya solusi untuk mengatasinya. Jadi, dalam rangka menghindari suatu kemudharatan yang lebih besar maka diambillah kemadharatan yang lebih kecil, yaitu memandang “halal” apa yang asalnya “haram” . 
Namun Sekretaris Umum MUI Pusat Ichwan Syam berkata: ”Tapi setelah kita yakin ada gantinya, apalagi saya dengar Malaysia sudah menggunakan vaksin dari sapi, tentunya lain masalahnya.”  Lebih lanjut Ichwan Syam menegaskan bahwa pemerintah harus proaktif mencari pengganti vaksin tersebut. (Republika Newsroom Jumat, 01 Mei 2009 pukul 11:35:00)
Senada dengan itu Wakil Ketua Komisi Fatwa MUI, KH Ali Mustafa Yakub menuturkan, penggunaan vaksin meningitis berenzim babi diperbolehkan dengan syarat: pemakaian vaksin itu diharuskan dan bisa berbahaya bagi keselamatan jiwa, bila tak menggunakannya, sedangkan vaksin halal tak ada. Hal itu disebutnya sebagai kondisi darurat. ”Namun, jika setelah ada solusi, maka vaksin yang mengandung enzim babi itu harus diganti.” (Koran Republika Sabtu, 02 Mei 2009 pukul 23:37:00) 
Kelima, ternyata bukan hanya vaksin Meningitis yang mengandung enzim babi. Tetapi banyak vaksin lainnya mengandung enzim babi serupa. Hal ini jelas diutarakan oleh  Direktur LPPOM MUI Nadratuzzaman. Ia berkata: “Ini masalah lama, kita tahu, Depertemen kesehatan juga tahu. Banyak vaksin yang mengandung enzim babi, bukan hanya vaksin meningitis saja.” (Republika Newsroom Selasa, 28 April 2009 pukul 19:29:00).
Masalah vaksinasi dengan kandungan enzim babi merupakan masalah khusus bagi umat Islam. Umat lainnya tidak peduli dengan halal-haramnya vaksinasi. Namun perlu diketahui bahwa bagi mereka yang bukan muslim vaksinasi juga merupakan masalah, sebab dari segi kesehatan fisik ternyata juga mengandung mudharat. Dan tentunya jika secara fisikpun ia membawa mudharat, bararti bagi ummat Islam lengkaplah sudah alasan untuk meninggalkan vaksinansi sepenuhnya. Vaksinasi haram secara tinjauan syar’i dan ia mudharat secara tinjauan medis. 
Dalam sebuah situs bernama informationliberation:The news you’re not suppose to know terdapat sebuah video yang menjelaskan bahaya vaksinasi bagi ummat manusia. Video tersebut  melibatkan para dokter medis, peneliti dan pengalaman beberapa orang tua dalam hal vaksinasi. Video tersebut bernama Vaccination:the Hidden Truth (Vaksinasi: Kebenaran yang Disembunyikan). Sudah banyak orang menjadi sadar untuk meninggalkan budaya vaksinasi sesudah menonton video ini. Bagi yang berminat silahkan click http://www.informationliberation.com/?id=13924 Di dalam situs itu ditulis: 
“Find out how vaccines are proven to be both useless and have harmful effects to your health and how it is often erroneously believed to be compulsory.” (Temukan bagaimana vaksin terbukti  sia-sia belaka dan malah mengandung efek berbahaya untuk kesehatan Anda dan bagaimana ia sering keliru diyakini sebagai wajib) 
Keenam, benarkah vaksin Meningitis merupakan suatu persyaratan yang tidak bisa tidak bagi setiap calon jamaah haji? Wakil Ketua Komisi Fatwa MUI, KH Ali Mustafa Yakub mensyaratkan dua hal untuk menetapkan suatu keadaan darurat, yaitu: (1) pemakaian vaksin itu diharuskan dan bisa berbahaya bagi keselamatan jiwa, bila tak menggunakannya; serta (2) vaksin halal tidak tersedia. 
Baiklah, andai kita asumsikan bahwa memang vaksin halal bisa diperoleh, lalu apakah itu sudah cukup alasan untuk mewajibkan jamaah haji diberikan “vaksin Meningitis halal” tersebut? Pernahkah para pakar medis benar-benar melakukan penelitian untuk membuktikan bahwa keselamatan jiwa terancam bila vaksin tersebut tidak diberikan? Benarkah selama ini vaksin Meningitis memang efektif untuk mencegah penularan penyakit radang selaput otak? Apakah tidak ada satupun  jamaah haji Indonesia yang mencapai duaratusribuan orang  lolos masuk ke tanah suci  tanpa diberikan vaksin Meningitis? Lalu kalau benar ternyata ada yang lolos pernahkah kita mendengar kabar jamaah Haji Indonesia meninggal lantaran penyakit mematikan tersebut, padahal setiap tahunnya ada saja jamaah kita yang meninggal di musim haji? 
Kita memandang perlu untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan ini karena bukan rahasia lagi bahwa sebagian dokter tidak terlalu meyakini efektifitas vaksin ini. Bahkan tidak jarang kita temui dokter yang mengizinkan seseorang berangkat haji tanpa harus divaksin.  Namun sikap ini biasanya mereka tampilkan hanya dalam forum terbatas. Jika sudah berbicara di forum terbuka mereka akan bicara mengikuti “alur mantera” yang diharuskan oleh profesi medis-nya. 
Ahmad Thomson menggambarkan sistem medis kafir sebagai sebuah bisnis besar yang  berkembang guna  melestarikan proses produsen-konsumen. Sistem medis dalam Sistem Dajjal tidak pernah dimaksudkan untuk benar-benar menghapus penyakit dan menimbulkan kesehatan. Ia malah melestarikan penyakit dengan mencekoki masyarakat obat-obatan kimiawi yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Itulah sebabnya industri farmasi menjadi industri yang sangat profitable (menguntungkan secara bisnis). Tak kecuali fenomena yang disebut dengan vaksinasi. Vaksinasi merupakan salah satu cara massif untuk menimbulkan ketergantungan masyarakat kepada sistem medis dan sistem farmasi kafir. 
Saudaraku, sungguh terasa bahwa zaman yang sedang kita jalani dewasa ini benar-benar merupakan zaman penuh fitnah. Seandainya Allah tidak melindungi dan merahmati kita, niscaya kita terancam oleh kekuatan kaum kuffar yang setiap saat menebar kemudharatan. Kemudharatan mana tidak hanya mengganggu aspek fisik diri kita, melainkan mencakup aspek pemahaman bahkan aqidah kita. 
Hidup di babak keempat era Akhir Zaman sungguh menuntut kita untuk sangat memperhatilkan peringatan Allah di bawah ini: 
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا فِي كُلِّ قَرْيَةٍ أَكَابِرَ مُجْرِمِيهَا لِيَمْكُرُوا  فِيهَا وَمَا يَمْكُرُونَ إِلَّا بِأَنْفُسِهِمْ وَمَا يَشْعُرُونَ 
“Dan demikianlah Kami adakan pada tiap-tiap negeri penjahat-penjahat yang terbesar agar mereka melakukan tipu daya dalam negeri itu. Dan mereka tidak memperdayakan melainkan dirinya sendiri, sedang mereka tidak menyadarinya.” (QS Al-An’aam ayat 123)
 Kita tidak mengatakan bahwa Menteri Agama dan Menteri Kesehatan sebagai penjahat-penjahat yang terbesar sebagaimana Allah singgung di atas. Namun kita khawatir bahwa mereka telah menjadi bagian dari suatu sistem lebih besar yang mengharuskan semua elemennya untuk mendukung ide jahat para pembuat makar dalam Sistem Dajjal dewasa ini. Wallahu a’lam.  
Ya Allah, tunjukkanlah kepada kami bahwa yang benar itu benar, dan berilah kami kekuatan untuk mengikutinya. Dan tunujukkanlah kepada kami bahwa yang batil itu batil, dan berilah kami kekuatan untuk menjauhinya.
Sumber: http://www.eramuslim.com/

Mengapa Anda Harus Menghindari Vaksinasi?

 (Why You Should Avoid Taking Vaccines)

 by DR. JAMES HOWENSTINE, MD (WORLD VISION PORTAL)
Apakah Vaksin Sebenarnya Mencegah Penyakit?
Ini pertanyaan penting tampaknya tidak pernah cukup dipelajari. Vaksin sangat menguntungkan bagi perusahaan obat dan undang-undang baru-baru ini di AS telah dikecualikan tuntutan hukum terhadap perusahaan farmasi dalam hal reaksi negatif terhadap vaksin yang sangat umum. Pada tahun 1975 Jerman berhenti membutuhkan pertusis (batuk rejan) vaksinasi. Hari ini kurang dari 10% anak-anak Jerman divaksinasi terhadap pertusis. Jumlah kasus pertusis telah terus menurun [3] meskipun anak-anak jauh lebih sedikit menerima vaksin pertusis.
Wabah campak terjadi di sekolah dengan tingkat vaksinasi lebih dari 98% di semua bagian AS termasuk daerah yang tidak melaporkan kasus campak selama bertahun-tahun. Sebagai campak tingkat imunisasi naik ke tingkat tinggi menjadi penyakit campak hanya terlihat pada orang divaksinasi. Wabah campak terjadi di sekolah di mana 100% dari anak-anak telah divaksinasi. Campak tingkat kematian telah menurun 97% di Inggris sebelum vaksinasi campak itu dilembagakan.
Pada tahun 1986 ada 1300 kasus pertusis di Kansas dan 90% dari kasus ini terjadi pada anak-anak yang telah divaksinasi secara memadai. Kegagalan vaksin serupa telah dilaporkan dari Nova Scotia di mana pertusis terus terjadi meskipun vaksinasi universal. Pertusis tetap endemik [4] di Belanda di mana selama lebih dari 20 tahun 96% anak telah menerima 3 tembakan pertusis pada usia 12 bulan.
Setelah vaksinasi difteri institusi di Inggris dan Wales pada tahun 1894 jumlah kematian akibat difteri naik 20% dalam 15 tahun berikutnya. Jerman telah vaksinasi wajib di tahun 1939. Tingkat difteri berputar hingga 150.000 kasus tahun itu sementara, Norwegia yang tidak memiliki vaksinasi wajib, hanya 50 kasus difteri tahun yang sama.
Kehadiran lanjutan dari penyakit-penyakit menular pada anak-anak yang telah menerima vaksin membuktikan bahwa kekebalan seumur hidup yang mengikuti infeksi alami tidak terjadi pada orang yang menerima vaksin. Proses injeksi menempatkan partikel virus ke dalam darah tanpa memberikan cara yang jelas untuk menghilangkan zat-zat asing.
Mengapa Vaksin Gagal Untuk Melindungi Terhadap Penyakit?
Walene James, penulis Imunisasi: Realitas Dibalik Mitos ini, menyatakan bahwa [5] penuh respon inflamasi diperlukan untuk menciptakan kekebalan yang nyata. Sebelum pengenalan vaksin campak dan gondok anak mendapat campak dan gondok dan dalam sebagian besar kasus penyakit ini tidak berbahaya. Vaksin “trik” tubuh sehingga tidak me-mount respon inflamasi lengkap untuk virus disuntikkan.
Vaksin dan Sindrom Kematian Bayi Mendadak SIDS
Insiden Kematian Bayi Mendadak Sindrom SIDS telah berkembang dari 0,55 per 1000 kelahiran hidup pada 1953-12,8 per 1000 pada tahun 1992 di Olmstead County, Minnesota. Puncak kejadian SIDS adalah umur 2 sampai 4 bulan waktu yang tepat vaksin sebagian besar diberikan kepada anak-anak. 85% kasus SIDS terjadi di 6 bulan pertama bayi. Peningkatan SIDS sebagai persentase dari keseluruhan kematian bayi telah meningkat dari 2,5 per 1000 pada tahun 1953 menjadi 17,9 1000 pada tahun 1992. Kenaikan SIDS telah terjadi selama periode ketika hampir setiap penyakit anak-anak menurun karena perbaikan sanitasi dan kemajuan medis kecuali SIDS. Kematian ini dari SIDS memang meningkat selama periode ketika jumlah vaksin yang diberikan seorang anak terus meningkat menjadi 36 per anak.
Dr W. Obor mampu untuk mendokumentasikan 12 kematian pada bayi yang muncul dalam 3 ½ dan 19 jam dari imunisasi DPT. Dia kemudian melaporkan 11 kasus baru kematian SIDS dan satu di dekat lewatkan yang telah terjadi dalam waktu 24 jam dari suntikan DPT. Ketika dia mempelajari 70 kasus SIDS dua pertiga dari korban-korban ini [6] telah divaksinasi dari satu setengah hari sampai 3 minggu sebelum kematian mereka. Tak satu pun dari kematian ini disebabkan untuk vaksin. Vaksin adalah sapi suci dan tidak melawan mereka muncul di media massa karena mereka begitu menguntungkan untuk perusahaan farmasi.
Ada alasan yang sah untuk berpikir bahwa tidak hanya vaksin berharga dalam mencegah penyakit mereka kontraproduktif karena melukai sistem kekebalan memungkinkan kanker, penyakit auto-imun dan SIDS menyebabkan kecacatan dan kematian.
Apakah Vaksin steril?
Dr Robert Strecker mengklaim bahwa departemen pertahanan DOD diberikan $ 10.000.000 pada tahun 1969 untuk menciptakan virus AIDS yang akan digunakan sebagai populasi mengurangi [7] senjata melawan orang kulit hitam. Dengan menggunakan Undang-Undang Kebebasan Informasi Dr Strecker bisa belajar bahwa dana DOD dijamin dari Kongres untuk melakukan penelitian pada agen menghancurkan kekebalan untuk perang kuman.
Setelah diproduksi, vaksin diberikan di dua lokasi. Cacar vaksin yang mengandung HIV diberikan kepada Afrika 100.000.000 pada tahun 1977. Lebih dari 2000 pria homoseksual muda kulit putih di New York City diberi vaksin hepatitis B yang mengandung virus HIV pada tahun 1978. Vaksin ini diberikan di New York City Pusat Darah. Hepatitis B vaksin yang mengandung virus HIV juga diberikan kepada laki-laki homoseksual di San Francisco, Los Angeles, St.Louis, Houston dan Chicago pada tahun 1978 dan 1979. Studi AS epidemiologi Kesehatan Masyarakat telah diungkapkan bahwa 6 sama kota memiliki insiden tertinggi AIDS, AIDS Kompleks terkait (ARC) dan tingkat kematian akibat HIV, bila dibandingkan dengan kota-kota AS lainnya.
Ketika virus baru diperkenalkan ke dalam suatu komunitas. Dibutuhkan 20 tahun untuk jumlah kasus untuk ganda. Jika cerita palsu bahwa gigitan monyet hijau pigmi menyebabkan epidemi HIV, gigitan monyet dugaan di tahun 1940 seharusnya menghasilkan puncaknya dalam kejadian HIV pada tahun 1960 di mana waktu tidak ada HIV di Afrika. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memulai kampanye vaksinasi cacar di Afrika pada tahun 1977 yang ditargetkan pusat populasi pigmi perkotaan dan dihindari. Jika gigitan monyet hijau yang benar-benar pigmi menyebabkan epidemi HIV kejadian HIV di pigmi seharusnya lebih tinggi daripada di perkotaan warga. Namun, sebaliknya benar.
Pada tahun 1954 Dr Bernice Eddy (bakteriologis) menemukan virus monyet hidup dalam seharusnya steril vaksin polio tidak aktif [8] yang dikembangkan oleh Dr Jonas Salk. Penemuan ini tidak diterima dengan baik di NIH dan Dr Eddy diturunkan. Kemudian Dr Eddy, bekerja dengan Sarah Stewart, menemukan virus SE polyoma. Virus ini cukup penting karena menyebabkan kanker pada setiap binatang yang menerimanya. Vaksin demam kuning sebelumnya telah ditemukan mengandung unggas (burung) virus leukemia. Kemudian Dr Hilleman terisolasi SV 40 virus baik dari Salk dan Sabin polio vaksin. Ada 40 virus yang berbeda [9] dalam vaksin polio mereka mencoba untuk memberantas. Mereka tidak pernah mampu menyingkirkan virus vaksin polio ontaminating. Virus penyebab keganasan 40 SV. Sekarang telah diidentifikasi dalam 43% kasus limfoma non-Hodgekin [10], 36% dari tumor otak [11], 18% dari sampel darah yang sehat, dan 22% dari sampel air mani yang sehat, mesothiolomas dan keganasan lainnya. Pada saat ini penemuan SV 40 telah disuntikkan ke 10.000.000 orang dalam vaksin Salk. Pencernaan lambung inactivtes beberapa SV 40 dalam vaksin Sabin. Namun, isolasi strain vaksin polio Sabin dari semua 38 kasus Guillan Barre Syndrome [12] GBS di Brasil menunjukkan bahwa sejumlah besar orang dapat terinfeksi dari vaksin ini. Semua 38 pasien ini telah menerima vaksin Sabin polio bulan sampai bertahun-tahun sebelum timbulnya GBS. Insiden limfoma non-Hodgekin telah “mysteriouly” dua kali lipat sejak 1970-an.
Dr John Martin, Profesor Patologi di Univ. of Southern California, dipekerjakan oleh Cabang Onkologi virus dari Biro Biologis (FDA) 1976-1980. Sementara bekerja di sana ia mengidentifikasi DNA asing dalam vaksin polio hidup Orimune Lederle yang menunjukkan kontaminasi vaksin yang serius. Ia memperingatkan supervisor tentang masalah ini dan diberitahu untuk menghentikan pekerjaannya sebagai itu di luar lingkup pengujian yang diperlukan untuk vaksin polio.
Kemudian Dr Martin belajar bahwa semua sebelas dari monyet hijau Afrika yang digunakan untuk menumbuhkan virus polio Lederle Orimune telah tumbuh sitomegalovirus kera dari kultur sel ginjal. Lederle menyadari hal ini kontaminasi virus sebagai Rencana Kontaminasi Cytomegaloviral mereka [13] jelas menunjukkan pada tahun 1972. Biro Biologis memutuskan untuk tidak mengejar hal ini sehingga produksi vaksin polio yang terinfeksi terus.
Pada tahun 1955 Dr Martin mengidentifikasi sel yang unik menghancurkan virus disebut virus siluman pada pasien dengan sindrom kelelahan kronis. Virus ini tidak memiliki gen yang akan memungkinkan sistem kekebalan untuk mengenali mereka. Dengan demikian mereka dilindungi oleh kegagalan tubuh untuk mengembangkan antibodi antivirus. Pada bulan Maret 1995, Dr Martin mengetahui bahwa beberapa virus siluman itu berasal dari monyet hijau Afrika sitomegalovirus monyet dari jenis yang diketahui menginfeksi manusia.
Pengalaman Vaksin Lederle menunjukkan bahwa tinggi-up tidak peduli tentang persiapan ceroboh dan berbahaya vaksin. Hewan infeksi silang adalah masalah besar saat ini belum terpecahkan bagi semua manufaktur vaksin. Jika hal ini terdengar seperti produksi vaksin kekacauan luar biasa untuk Anda, Anda benar.
Club berpengaruh Roma memiliki kertas posisi di mana mereka menyatakan bahwa populasi dunia terlalu besar dan perlu dikurangi dengan 90%. Ini berarti bahwa 6 miliar orang harus dikurangi menjadi 5-600. Jelas, menciptakan kelaparan dan perang genosida seperti malapetaka rusak di Afrika, dan kehilangan baru-dibuat laboratorium penyakit (HIV, Ebola, Marburg [14], dan mungkin virus West Nile dan SARS) dapat membantu mengurangi populasi. Kelompok elitis lainnya (Trilaterals, Bildenbergers) telah menyatakan kekhawatiran yang sama tentang orang-orang kelebihan di planet Bumi.
Perusahaan yang diproyeksikan untuk menghasilkan vaksin cacar baru di AS berada dalam masalah serius di Inggris karena kualitas yang tidak memuaskan operasi sebelum mendirikan fasilitas mereka di AS Mengapa kinerja mereka di sini menjadi lebih baik daripada di Inggris?
Jika ada kelompok yang kuat penting dari orang yang bertekad untuk mengurangi populasi dunia, apa yang bisa menjadi cara cerdas lebih kejamnya untuk menghilangkan orang daripada menyuntikkan mereka dengan vaksin menyebabkan kanker? Orang yang menerima suntikan tidak akan pernah menduga bahwa vaksin diambil 10 sampai 15 tahun sebelumnya telah menyebabkan kanker muncul.
Bahaya Lain Dari Vaksin
Pada 4 Maret 1977 isu Science Jonas Salk dan Darrell memperingatkan, “vaksin virus hidup terhadap influenza atau polio mungkin dalam hal masing-masing menghasilkan penyakit itu dimaksudkan untuk mencegah. Virus hidup terhadap campak dan gondok dapat menghasilkan efek samping seperti ensefalitis ( kerusakan otak).
Vaksin flu babi diberikan kepada publik Amerika, meskipun belum pernah ada kasus flu babi diidentifikasi dalam manusia. Petani menolak untuk menggunakan vaksin karena membunuh binatang terlalu banyak. Dalam beberapa bulan digunakan pada manusia vaksin ini menyebabkan banyak kasus cedera saraf yang serius (Guillan Barre).
Sebuah artikel di Washington Post pada 26 Januari 1988 disebutkan bahwa semua kasus polio sejak tahun 1979 telah disebabkan oleh vaksin polio dengan adanya kasus polio dari strain liar sejak 1979. Ini mungkin telah menciptakan situasi yang sempurna untuk menghentikan vaksin, tetapi vaksin masih diberikan. Vaksin adalah sumber indah keuntungan tanpa resiko bagi perusahaan obat karena cedera vaksin sekarang dibalas oleh pemerintah.
Eskalasi yang stabil dalam jumlah vaksin yang diberikan telah diikuti oleh kenaikan identik dalam kejadian penyakit auto-imun (rheumatoid arthritis, lupus eritematosus subakut, psoriasis, multiple sclerosis, asma) terlihat pada anak-anak. Sementara ada transmisi genetik dari beberapa banyak penyakit mungkin disebabkan oleh cedera dari partikel protein asing, merkuri, aluminium, formaldehyde dan bahan beracun lainnya disuntikkan dalam vaksin.
Pada tahun 1999, vaksin rotavirus direkomendasikan oleh Pusat Pengendalian Penyakit untuk semua bayi. Ketika program vaksin dilembagakan beberapa bayi meninggal dan banyak yang membahayakan usus penghalang kehidupan. Sejumlah percobaan [15] dari vaksin rotavirus telah menunjukkan peningkatan insiden intususepsi 30 kali lebih besar dari normal tetapi vaksin dirilis pula tanpa peringatan khusus untuk praktisi harus waspada terhadap masalah usus. Vaksin anak-anak sering tidak belajar untuk toksisitas mungkin karena penelitian tersebut dapat menghilangkan mereka dari yang digunakan.
Sebuah studi besar dari Australia menunjukkan bahwa risiko terkena ensefalitis dari vaksin pertusis adalah 5 kali lebih besar daripada risiko mengembangkan ensefalitis dengan menghubungi pertusis dengan metode alami.
Kekebalan alami yang diperoleh oleh penyakit berkembang oleh penyebaran virus dari saluran pernapasan ke hati, timus, limpa, dan sumsum tulang. Ketika gejala mulai, respon imun seluruh telah dimobilisasi untuk mengusir virus menyerang. Respon sistem yang kompleks imun menciptakan antibodi yang memberikan kekebalan seumur hidup terhadap virus menyerang dan mempersiapkan anak untuk menanggapi secara cepat terhadap infeksi oleh virus yang sama di masa depan.
Vaksinasi, sebaliknya, hasil dalam bertahan hidup dari virus atau antigen asing lainnya dalam sel-sel tubuh, suatu situasi yang mungkin menimbulkan reaksi auto-imun karena tubuh berusaha untuk menghancurkan sel sendiri terinfeksi. Tidak ada kejutan bahwa kejadian penyakit auto-imun (rheumatoid arthritis, lupus eritematosus subakut, multiple sclerosis, asma, psoriasis) telah meningkat tajam dalam era imunisasi vaksin ganda.
Vaksin Induced Diabetes Mellitus Tipe 1
Dr John Classen telah menerbitkan 29 artikel tentang vaksin yang diinduksi diabetes [16]. Setidaknya 8 dari 10 anak dengan tipe 1 (insulin membutuhkan) diabetes memiliki penyakit ini sebagai akibat dari vaksinasi. Anak-anak ini mungkin telah dihindari campak, gondok, dan batuk rejan, tetapi mereka telah menerima sesuatu yang jauh lebih buruk: penyakit yang lebih pendek harapan hidup sebesar 10 sampai 15 tahun dan hasil dalam kehidupan yang membutuhkan perawatan medis yang konstan.
Dr Classen telah menunjukkan di Finlandia, pengenalan vaksin jenis hemofilius b menyebabkan tiga kali lebih banyak kasus diabetes tipe 1 sebagai jumlah kematian dan kerusakan otak dari influenza tipe b hemofilius itu mungkin dicegah.
Di New Zealand, kejadian diabetes tipe 1 pada anak-anak naik 61% setelah program vaksin agresif terhadap hepatitis B.. Program yang sama telah dimulai di Amerika Serikat sehingga sekarang kita dapat berharap untuk banyak kasus diabetes tipe 1 pada anak-anak. Kenaikan serupa dalam tipe 1 diabetes telah terlihat di Inggris, Italia, Swedia, dan Denmark setelah program imunisasi terhadap hepatitis B.
Zat Beracun Diperlukan Untuk Membuat Vaksin.
Vaksin mengandung banyak zat beracun yang diperlukan untuk mencegah dari terinfeksi vaksin atau untuk meningkatkan kinerja vaksin. Diantara zat ini merkuri, formalin dan alumunium. [17]
Dalam 10 tahun terakhir, jumlah anak autis telah bangkit dari antara 200 dan 500 persen di setiap negara bagian di Amerika Serikat ini kenaikan tajam dalam autisme mengikuti pengenalan campak, gondok dan vaksin rubella pada tahun 1975.
Cucu yang sehat Perwakilan Dan Burton diberikan suntikan selama 9 penyakit dalam satu hari. Suntikan ini yang langsung diikuti oleh autisme. Suntikan ini mengandung pengawet merkuri disebut thimerosal. Anak itu menerima 41 kali jumlah merkuri yang mampu membahayakan tubuh. Merkuri merupakan racun saraf yang bisa melukai otak dan sistem saraf. Dan tragisnya, hal itu.
Di Amerika Serikat jumlah suntikan vaksin wajib telah meningkat 10-36 dalam 25 tahun terakhir. Selama periode ini, telah terjadi peningkatan simultan dalam jumlah anak yang menderita ketidakmampuan belajar dan gangguan perhatian defisit. Beberapa cacat masa kanak-kanak berkaitan dengan kerusakan otak intrauterin dari penggunaan kokain ibu, tapi mungkin vaksin menyebabkan banyak orang lain.
Banyak vaksin mengandung aluminium. Sebuah penyakit baru yang disebut macrophagic myofasciitis menyebabkan nyeri pada otot, tulang dan sendi. Semua orang dengan penyakit ini telah menerima vaksin yang mengandung aluminium. Simpanan dari aluminium dapat tetap sebagai iritan dalam jaringan dan mengganggu sistem kekebalan tubuh dan saraf untuk seumur hidup.
Hampir semua vaksin mengandung aluminium dan merkuri. Logam ini tampaknya memainkan peran penting dalam etiologi penyakit Alzheimer. Seorang ahli pada Konferensi Vaksin Internasional 1997 terkait bahwa seseorang yang membutuhkan 5 atau lebih suntikan vaksin flu tahunan telah meningkatkan kemungkinan mengembangkan penyakit Alzheimer dengan faktor 10 di atas orang yang telah memiliki 2 atau lebih sedikit suntikan flu.
Ketika kita mengambil vaksin kita memainkan versi modern dari Russian Roulette. Kami tidak hanya mendapatkan terkena aluminium, merkuri, formaldehida dan protein sel asing tapi kita bisa mendapatkan virus simian 40 dan virus berbahaya lainnya yang dapat menyebabkan kanker, leukemia dan lainnya masalah kesehatan yang parah karena kolam vaksin terkontaminasi karena teknik isolasi hewan ceroboh. Kongres telah melindungi produsen dari tuntutan hukum, jadi vaksin berbahaya hanya meningkatkan keuntungan tanpa resiko bagi perusahaan obat.
Anak-anak AS berusia 2 bulan mulai menerima vaksin hepatitis B pada Desember 2000.No peer-review studi tentang keselamatan hepatitis B pada kelompok usia ini telah dilakukan. Lebih dari 36.000 reaksi yang merugikan dengan 440 kematian segera dilaporkan tetapi kejadian yang sebenarnya jauh lebih tinggi pelaporan bersifat sukarela sehingga hanya sekitar 10% dari reaksi buruk bisa dilaporkan. Ini berarti bahwa sekitar 5000 bayi meninggal setiap tahun dari vaksin hepatitis B. Kepala CDC Epidemiologi mengakui bahwa frekuensi reaksi serius terhadap vaksin hepatitis B adalah 10 kali lebih tinggi daripada vaksin lainnya. Hepatitis B menular seksual dan oleh darah yang terkontaminasi, sehingga kejadian penyakit ini harus mendekati nol dalam usia ini. Seorang pakar vaksin, Dr Philip Incao, menyatakan bahwa “kesimpulan jelas bahwa risiko [18] vaksinasi hepatitis B jauh lebih besar daripada manfaatnya. Setelah vaksin diberi mandat produsen vaksin tidak lagi bertanggung jawab untuk reaksi yang merugikan.
Dr W.B. Pengamatan penting Clarke bahwa kanker tidak ditemukan pada individu yang tidak divaksinasi menuntut penjelasan dan satu sekarang muncul yang akan datang. Semua vaksin yang diberikan selama periode waktu yang singkat untuk sistem kekebalan yang belum matang menguras kelenjar timus (kelenjar utama yang terlibat dalam reaksi kekebalan tubuh) dari tergantikan sel-sel kekebalan yang belum matang. Masing-masing sel-sel bisa berkembang biak dan berkembang menjadi pasukan sel berharga untuk memerangi infeksi dan pertumbuhan sel-sel abnormal. Ketika sel-sel kekebalan tubuh telah habis, kekebalan permanen mungkin tidak muncul. Arthur Research Foundation di Tucson, Arizona memperkirakan bahwa hingga 60% dari sistem kekebalan tubuh kita dapat habis [19] oleh vaksin beberapa massa (36 sekarang diperlukan untuk anak-anak). Hanya 10% dari sel-sel kekebalan tubuh secara permanen hilang ketika seorang anak diizinkan untuk mengembangkan kekebalan alami dari penyakit. Perlu ada kekhawatiran serius tentang sistem kekebalan tubuh melukai vaksinasi! Mungkinkah orang-orang yang menyetujui vaksinasi ini massa tahu bahwa mereka merusak kesehatan anak-anak ini, banyak dari mereka sedang ditakdirkan untuk membutuhkan perawatan medis banyak di masa depan?
Bukti kuat yang tersedia bahwa pengembangan sistem kekebalan setelah tertular penyakit anak yang biasa jatuh tempo dan membuat itu mampu melawan infeksi dan sel-sel ganas di masa depan.
Penggunaan vaksin ganda, yang mencegah kekebalan alami, mempromosikan perkembangan alergi dan asma. Selandia Baru Sebuah studi mengungkapkan bahwa 23% anak-anak divaksinasi menderita asma, dibandingkan dengan nol pada anak-anak tidak divaksinasi.
Kanker adalah penyakit yang sangat langka di tahun 1890-an. Ini bukti tentang luka sistem kekebalan tubuh dari vaksinasi memberi penjelasan yang masuk akal untuk menemukan Dr Clarke bahwa hanya individu divaksinasi menderita kanker. Beberapa perubahan radikal yang merugikan dalam kesehatan terjadi di awal 1900-an untuk mengizinkan kanker untuk meledak dan vaksinasi tampaknya menjadi alasan.
Vaksin merupakan fenomena wajar. Dugaan saya adalah bahwa jika orang-orang yang mengatakan tidak cukup untuk imunisasi akan ada peningkatan mencolok dalam kesehatan umum dengan punggung alam dalam bisnis imunisasi bukan manusia. Memiliki anak divaksinasi harus menjadi pilihan bukan keharusan. Pengecualian medis dan agama yang diizinkan oleh kebanyakan negara.
Ketika kebijakan pemerintah memerlukan vaksinasi sebelum anak masuk sekolah telah membatalkan paksaan kurangnya bukti kemanjuran dan keamanan vaksin. Tidak ada bukti bahwa vaksin bekerja dan mereka tidak pernah belajar untuk keselamatan sebelum rilis. Pendapat saya adalah bahwa ada bukti bahwa vaksin berbahaya dan satu-satunya alasan untuk keberadaan mereka adalah untuk meningkatkan keuntungan perusahaan farmasi.
Jika anda dipaksa untuk mengimunisasi anak-anak Anda sehingga mereka dapat masuk sekolah, memperoleh pernyataan notaris dari direktur fasilitas yang mereka akan menerima tanggung jawab keuangan penuh atas reaksi yang merugikan dari vaksin. Karena ada setidaknya risiko 2 persen dari reaksi samping serius mereka mungkin cukup pintar untuk memungkinkan anak Anda untuk menghindari prosedur yang berbahaya. Undang-undang baru-baru ini disahkan oleh Kongres memberi pemerintah kekuasaan untuk memenjarakan orang-orang yang menolak untuk mengambil vaksin (cacar, anthrax, dll). Hal ini akan menyulitkan untuk menegakkan jika sejumlah besar warga menolak untuk divaksinasi pada waktu yang sama.
Catatan kaki:
1 Null Gary Vaksinasi: Sebuah Analisis Resiko Surat-Bagian Kesehatan Townsend untuk Dokter & Pasien pg 78 Desember 2003
2 Mullins Eustace Murder by Injection pg 132 Dewan Nasional untuk Penelitian Medis, PO Box 1105, Staunton, Virginia 24401
3 Gary Null Wawancara dengan Dr Dean Hitam, 7 April 1995
4 de Melker DIA, dkk Pertusis di Belanda: wabah meskipun tingkat tinggi imunisasi dengan vaksin sel utuh-Emerging Infectious Diseases 1997; 3 (2): 175-8 Centers for Disease Control
5 Wawancara dengan Gary Null Walene James, April 6, 1995
6 Obor WS diptheria-pertusis-tetanus (DPT) imunisasi: penyebab potensial dari sindrom kematian bayi mendadak (SIDS) Neurology 1982; 32-4 A169 abstrak.
7 Collin Jonathan Surat Townsend untuk Dokter & Pasien disarikan 1988 di L. Horowitz Muncul Virus AIDS & Ebola pg 1-5
8 Harris RJ et al Pencemaran virus dalam dua vaksin hidup yang dihasilkan di ayam cells.J Hyg (London) 1966 Mar: 64 (1): 1-7
9 Horowitz Leonard G. Muncul Virus AIDS & Ebola pg 484
10 Vilchez RA dkk Asosiasi antara virus simian 40 dan non-Hodgekin limfoma Lancet 2002 Maret 9; 359 (9309) :817-823
11 Bu XA studi simian 40 infeksi virus dan asal dalam otak manusia tumor Zhonghu Liu Xing Bing Xue Zhi 2000 Februari; 21 (1) :19-21
12 Friedrich F. dkk hubungan temporal antara isolasi strain Sabin terkait vaksin virus polio dan Guillan-Barre Rev Inst Med Trop Sao Paulo 1996 Jan-Feb; 38 (1) :55-8
13 Horowitz Leonard Muncul Virus: AIDS dan Ebola pg 492
14 Horowitz Leonard G Muncul Virus: Aids & Ebola pg 378-88 tetrahedron Inc Suite 147, 206 4th Ave Utara. Sandpoint, Idaho 83864 1-888-508-4787 tetra@tetrahedron.org
15 Null, Gary Vaksinasi: Sebuah Anatysis dari risiko kesehatan-Bagian 3 Townsend surat dokter & pasien Desember 2003 pg 78
16 Classen, JB dkk. Hubungan antara tipe 1 diabetes dan vaksin Hib BMJ 1999; 319:1133
17 Otak 01/09
18 Incao, philip MD Surat kepada perwakilan Van Dale Vyven, Ohio DPR 1 Maret 1999 diberikan kepada www.garynull.com oleh Jaringan Informasi Imunitas Alam
19 Rowen Robert konsultasi pertama Anda dengan Dr Rowen pg 20
(C) 2003 Dr James Howenstine – All Rights Reserved
*** Dr James A. Howenstine adalah spesialis papan bersertifikat penyakit dalam yang menghabiskan 34 tahun merawat kantor dan pasien rumah sakit. Keingintahuan memicu studi 4 tahun produk kesehatan alami saat 5 pasien dengan rheumatoid arthritis yang parah mampu menghentikan penggunaan methotrexate (kemoterapi agen) setelah mencoba ekstrak Selandia Baru kerang untuk terapi rheumatoid arthritis yang parah.
Dr Howenstine yakin bahwa produk alami lebih aman, lebih efektif dan lebih murah dibandingkan obat farmasi. Penelitian ini menyebabkan publikasi ‘Sebuah Panduan Dokter Untuk Produk Kesehatan Alami Itu Pekerjaan’ bukunya. Buku ini dan produk-produk kesehatan yang direkomendasikan adalah tersedia dari www.naturalhealthteam.com
Aslinya diterbitkan
http://worldvisionportal.org/wvpforum/viewtopic.php?t=621

Vaksin Lebih Mematikan Daripada Flu Babi

oleh: Dr Mae-Wan Ho dan Prof Joe Cummins
Vaksin jauh lebih mematikan daripada flu babi. Vaksinasi massal adalah resep untuk bencana Dr Mae-Wan Ho dan Prof Joe Cummins..
Laporan ini telah disampaikan kepada Sir Liam Donaldson, Kepala Dinas Kesehatan Inggris, dan US Food dan Obat Administrasi..
Sebuah wabah flu babi terjadi di Meksiko dan Amerika Serikat pada bulan April 2009 dan menyebar dengan cepat di seluruh dunia oleh manusia-untuk transmisi manusia. Jenis baru virus influenza H1N1 tidak seperti yang sebelumnya telah diisolasi [1, 2], dilihat dari data pertama kali dirilis pada Mei.
Ini adalah kombinasi berantakan urutan dari burung, flu manusia dan garis keturunan babi virus dari Amerika Utara dan Eurasia. Seorang ahli virus senior berdasarkan di Canberra, Australia, mengatakan kepada pers ia berpikir bahwa virus tersebut dapat telah diciptakan di laboratorium dan dirilis oleh kecelakaan [3]. Beberapa analis bahkan menyarankan, tanpa bukti pendukung, bahwa itu dibuat sengaja sebagai bioweapon [4], sementara yang lain menyalahkan industri peternakan intensif dan ekstensif perdagangan hewan cinta jarak jauh, yang memberikan banyak kesempatan untuk menghasilkan rekombinan eksotis [5] .
Tapi apa kekhawatiran yang paling umum adalah program vaksinasi massal pemerintah menempatkan di tempat untuk memerangi pandemi muncul, yang bisa jadi lebih buruk dari wabah itu sendiri.
Pengawas menentang jalur cepat vaksin untuk anak-anak sekolah
Pemerintah AS berniat untuk memvaksinasi semua anak pada bulan September ketika sekolah kembali dibuka, dan vaksin pengawas negara Vaksin Pusat Informasi Nasional (NVIC) telah meminta Administrasi Obama dan semua Gubernur negara untuk memberikan bukti bahwa langkah ini [6] ” diperlukan dan aman “, menuntut” mekanisme yang kuat untuk skrining vaksin keamanan, pencatatan, pemantauan, pelaporan dan kompensasi vaksin cedera. “
Departemen Kesehatan dan Keamanan Dalam Negeri telah menyatakan keadaan darurat kesehatan publik nasional pada bulan April segera setelah wabah flu babi. Akibatnya, beberapa sekolah ditutup, orang dikarantina, dan perusahaan obat diberi kontrak senilai $ 7billon untuk membuat vaksin yang sedang cepat dilacak oleh Administrasi Obat dan Makanan [7]. Itu berarti mereka hanya akan diuji selama beberapa minggu pada beberapa ratus anak-anak dan relawan dewasa sebelum diberikan kepada semua anak-anak sekolah musim gugur ini.
Selanjutnya, di bawah undang-undang federal yang disahkan oleh Kongres sejak 2001, Otorisasi Gunakan Darurat memungkinkan perusahaan obat, pejabat kesehatan dan pemberian vaksin siapa eksperimental untuk Amerika selama darurat kesehatan masyarakat dinyatakan harus dilindungi dari tanggung jawab jika orang terluka. Menteri Kesehatan dan Layanan Manusia Kathleen Sebelius telah diberikan pembuat vaksin kekebalan hukum total dari segala tuntutan hukum yang mungkin timbul dari setiap vaksin flu babi baru. Dan beberapa negara mungkin membuat vaksinasi wajib oleh hukum.
NVIC adalah menanyakan apakah negara siap untuk mematuhi ketentuan keamanan vaksin dalam Undang-Undang 1986 Vaksin Anak Cedera Nasional, yang meliputi: 1. Orang tua memberikan informasi tertulis tentang manfaat vaksin dan risiko sebelum anak divaksinasi; 2. Menjaga catatan yang anak-anak mendapatkan vaksin, termasuk nama produsen dan nomor lot; 3. Rekaman yang vaksin diberikan dalam rekam medis anak, dan 4. Merekam masalah kesehatan serius yang berkembang setelah vaksinasi di rekam medis anak dan segera membuat laporan ke Sistem Pelaporan Vaksin Acara federal yang Merugikan.
NVIC juga ingin tahu apakah negara-negara siap untuk memberikan kompensasi keuangan kepada anak-anak terluka oleh vaksin flu babi, apakah orang tua akan diberikan “selesai, informasi yang benar tentang risiko vaksin flu babi”, dan memiliki hak untuk mengatakan “tidak” untuk vaksinasi.
Co-pendiri dan presiden NVIC Barbara Loe Fisher mengatakan [6]: “Orang tua dan legislator harus bertanya pada diri sendiri sekarang:? Mengapa anak-anak pertama untuk mendapatkan vaksin flu babi eksperimental Apakah sekolah dilengkapi untuk mendapatkan menandatangani informed consent dari orang tua sebelum vaksinasi , menyimpan catatan vaksinasi akurat dan layar keluar anak biologis berisiko tinggi untuk menderita reaksi vaksin? Apakah orang akan memberikan vaksin ini tahu bagaimana memantau anak-anak setelah itu dan segera merekam, melaporkan dan mengobati masalah kesehatan yang serius yang berkembang Dan akan negara memiliki sumber daya keuangan untuk? kompensasi anak-anak yang terluka? “
WHO dan demam vaksinasi massal
Urutan vaksinasi massal telah datang dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) [8]. Pada awal Juli 2009, sekelompok ahli vaksinasi menyimpulkan bahwa pandemi ini tak terbendung, dan Marie-Paul Kieny, Direktur WHO untuk penelitian vaksin mengatakan pada semua bangsa akan membutuhkan akses terhadap vaksin, dan vaksin harus tersedia pada awal September.
Pengkritik menunjukkan bahwa ‘ahli vaksinasi’ didominasi oleh para pembuat vaksin berdiri untuk mendapatkan dari vaksin sangat menguntungkan dan kontrak antivirus diberikan oleh pemerintah. Tapi argumen yang menentukan terhadap vaksinasi massal adalah bahwa suntikan flu tidak hanya bekerja dan berbahaya [9].
Vaksin flu tidak efektif dan meningkatkan risiko asma
Ada banyak alasan mengapa diakui vaksin flu tidak akan bekerja, sebagaimana telah ditunjukkan sehubungan dengan banyak dipuji vaksin terhadap ‘wabah flu burung “yang belum terwujud [10] (Cara Berhenti Flu Burung Sebaliknya, SiS 35) . Virus flu perubahan cepat – bahkan tanpa bantuan dari rekayasa genetik di laboratorium, dan terutama dengan bantuan dari industri peternakan yang intensif – bahwa strain vaksin target spesifik. Selanjutnya, vaksinasi flu tidak memberikan perlindungan permanen, dan harus diulang setiap tahun, vaksin yang sulit untuk memproduksi secara massal, dan beberapa strain tidak akan tumbuh pada semua di bawah kondisi laboratorium.
Sejumlah penelitian telah mendokumentasikan bahwa suntikan flu memberikan perlindungan sedikit atau tidak terhadap infeksi dan penyakit, dan tidak ada alasan untuk percaya bahwa vaksin flu babi akan berbeda.
Sebuah tinjauan dari 51 studi terpisah yang melibatkan lebih dari 294 000 anak-anak menemukan bahwa pada anak-anak berusia dua tahun, semprot hidung vaksin terbuat dari virus influenza dan vaksin disuntikkan melemah terbuat dari virus membunuh dicegah 82 dan 59 persen dari penyakit. Pencegahan ‘penyakit seperti flu’ disebabkan oleh jenis virus itu hanya 33 dan 36 persen masing-masing. Pada anak-anak di bawah usia dua tahun, kemanjuran vaksin dilemahkan adalah serupa dengan plasebo. Itu tidak mungkin untuk menganalisis keamanan vaksin dari penelitian karena kurangnya informasi, dan kurangnya standarisasi di sedikit informasi yang tersedia [11]. Sebuah laporan yang diterbitkan pada tahun 2008 vaksin flu ditemukan pada anak-anak tidak membuat perbedaan dalam jumlah terkait flu dokter dan kunjungan ke rumah sakit [12].
Di sisi lain, sebuah penelitian dari 800 anak dengan asma menemukan bahwa mereka yang menerima vaksin flu memiliki risiko meningkat secara signifikan asma terkait dokter dan kunjungan ruang gawat darurat [13]; odds ratio adalah 3,4 dan 1,9 masing-masing. Hal ini dikonfirmasi dalam sebuah laporan yang diterbitkan pada tahun 2009, yang menunjukkan anak-anak dengan asma yang menerima FluMist memiliki risiko 3 kali lipat dari rumah sakit [14]
Vaksin flu sama-sama berguna untuk orang dewasa, termasuk orang tua, memberikan sedikit perlindungan atau tidak terhadap infeksi atau penyakit termasuk pneumonia (lihat [9]).
Beracun adjuvant dalam vaksin flu
Vaksin sendiri dapat berbahaya, terutama hidup, vaksin virus dilemahkan atau vaksin rekombinan baru asam nukleat [10], mereka memiliki potensi untuk menghasilkan virus virulen oleh rekombinasi dan asam nukleat rekombinan dapat menyebabkan penyakit autoimun.
Sumber utama lebih lanjut dari toksisitas dalam kasus vaksin flu adalah adjuvant, zat tambahan dalam rangka untuk meningkatkan imunogenisitas vaksin. Ada literatur mengenai toksisitas dari adjuvant. Kebanyakan vaksin flu mengandung tingkat berbahaya merkuri dalam bentuk thimerosal, pengawet mematikan 50 kali lebih beracun dari merkuri itu sendiri [9]. Pada dosis cukup tinggi, dapat menyebabkan kekebalan jangka panjang, sensorik, saraf, motor, dan disfungsi perilaku. Juga berhubungan dengan keracunan merkuri autisme, gangguan perhatian defisit, multiple sclerosis, dan berbicara dan kekurangan bahasa. Institute of Medicine telah memperingatkan bahwa bayi, anak, dan wanita hamil tidak boleh disuntik dengan thimerosal, namun mayoritas suntikan flu mengandung 25 mikrogram itu.
Lain adjuvant umum adalah tawas atau aluminium hidroksida, yang dapat menyebabkan alergi vaksin, anafilaksis, dan myofascitis makrofag, sindrom peradangan kronis, Pada kucing, tawas juga menimbulkan fibrosarcomas di tempat suntikan [15]. Banyak adjuvant baru tidak lebih baik, dan bisa lebih buruk. Menurut sebuah tinjauan terbaru dalam publikasi sains dan bisnis farmasi [15], yang paling baru adjuvant termasuk MF59, ISCOMS, QS21, AS02, AS04 dan memiliki “reactogenicity lokal secara substansial lebih tinggi dan toksisitas sistemik dari tawas.”
Saat ini status vaksin flu babi
Lima perusahaan yang berbeda telah dikontrak untuk memproduksi vaksin di seluruh dunia: Baxter International, GlaxoSmithKline, Novartis dan Sanofi-Aventis dan AstroZeneca [16]. Sudah terentang melampaui kapasitas, setiap ada niat untuk membuat vaksin dosis kecil melangkah lebih jauh dengan berbagai adjuvant baru [17], dengan restu dari WHO (lihat nanti).
Vaksin flu secara tradisional dihasilkan dari non-virulen virus influenza (dilemahkan atau melemah) (lihat Kotak untuk deskripsi dari virus). Agar efektif, gen dari virus non-virulen yang digunakan harus cocok dengan strain virus menyebar dalam populasi. Aktivasi dari sistem kekebalan oleh paparan bentuk non patogen strain patogenik beredar menyebabkan produksi antibodi yang akan memberikan perlindungan terhadap strain patogen. Memproduksi virus non-virulen melibatkan pertama mengidentifikasi dan kemudian menciptakan subtipe dari dua protein permukaan virus, hemaglutinin (H) dan neuraminidase (N), yang menentukan virulensi strain dan kemampuan untuk menyebar, dan juga protein target untuk vaksin produksi.
Influenza virus
Ada 3 jenis virus influenza, A, B dan C. influenza virus tipe A adalah salah satu utama yang menyebabkan penyakit pada burung dan mamalia. Genom terdiri dari 8 segmen RNA coding untuk 11 protein, dan virus diklasifikasikan lebih lanjut oleh subtipe berdasarkan permukaan glikoprotein dua utama (protein dengan rantai samping karbohidrat kompleks): hemaglutinin (H) dan neuraminidase (N) [18 ]. Genom tersegmentasi memungkinkan virus untuk ‘reassort’ (mengacak) segmen serta recombin dalam kombinasi banyak beredar di burung liar [19].
Virus Benih yang pertama dibuat untuk menyediakan bahan awal untuk produksi skala besar hidup non-virulen virus flu. Virus benih disetujui oleh WHO atau Amerika Serikat Food and Drug Administration (USFDA). Metode yang biasa produksi benih virus reassortment (lihat Kotak). Telur ayam dibuahi disuntik dengan baik influenzae standar non-patogen dalam segmen, sehingga sangat meningkatkan tingkat evolusi dan generasi strain baru. Reassortment juga banyak dimanfaatkan di laboratorium dalam proses menciptakan strain vaksin. To-date, 16 H dan 9 subtipe N telah terdeteksi regangan diketahui tumbuh baik di telur dan strain yang membawa gen yang diinginkan mengekspresikan vaksin subtipe H dan N protein. Kedua virus berkembang biak, dan delapan segmen genom mereka reassort dengan 256 kemungkinan kombinasi. Virus rekombinan yang dihasilkan kemudian disaring untuk virus yang diinginkan dengan enam segmen genom yang memungkinkan strain standar untuk tumbuh dengan baik di telur dan gen H dan N dari strain beredar. Virus benih kemudian disuntikkan ke jutaan telur untuk produksi massal vaksin. Metode konvensional produksi benih saham membutuhkan waktu sekitar satu hingga dua bulan untuk menyelesaikan [20].
Sistem kultur sel akhirnya dapat menggantikan telur ayam. Baxter International diterapkan untuk paten pada proses menggunakan kultur sel untuk menghasilkan jumlah virus yang menginfeksi, yang dipanen, dilemahkan dengan formaldehida dan sinar ultraviolet, dan kemudian deterjen [21]. Baxter telah menghasilkan vaksin H5N1 virus utuh dalam garis sel Vero berasal dari ginjal monyet hijau dari Afrika, dan melakukan fase 1 dan 2 uji klinis dengan dan tanpa aluminium hidroksida sebagai adjuvant [22, 23]. Temuan utama adalah bahwa ajuvan beracun tidak meningkatkan antibodi penetralisir terhadap strain vaksin. Baxter telah setuju untuk kapal vaksin H1N1 pada akhir Juli atau awal Agustus 2009, tetapi rincian dari produksi vaksin yang belum dirilis ke publik [16].
Pada bulan Desember, fasilitas Baxter di Austria mengirimkan vaksin flu manusia terkontaminasi dengan virus flu burung H5N1 yang mematikan hidup ke 18 negara, termasuk Republik Ceko, di mana pengujian menunjukkan itu membunuh musang diinokulasi [24]. Koran Ceko mempertanyakan apakah Baxter terlibat dalam usaha yang disengaja untuk memulai pandemi.
Norvatis, farmasi besar lainnya, mengumumkan pada tanggal 13 Juni itu, juga telah menghasilkan vaksin flu babi menggunakan sel berbasis teknologi dan ajuvan MF59 proprietary ®. Para MF59 ® adjuvant berbasis minyak dan mengandung Tween80, Span85, dan squalene [25]. Dalam studi berbasis minyak adjuvant pada tikus, hewan-hewan itu diberikan cacat dan lumpuh. Squalene membawa pada gejala-gejala arthritis yang parah pada tikus, dan studi pada manusia yang diberikan dari 10 hingga 20 ppb (bagian per miliar) dari squalene menunjukkan dampak sistem kekebalan tubuh yang parah dan pengembangan gangguan autoimun [26].
Novartis adalah dalam berita tahun 2008 untuk percobaan klinis vaksin H5N1 di Polandia. Sidang ini dikelola oleh perawat lokal dan dokter yang memberikan vaksin untuk 350 orang tunawisma, meninggalkan 21 mati, dan dituntut oleh polisi Polandia [27, 28]. Novartis menyatakan kematian tidak berhubungan dengan vaksin H5N1 [29], yang telah “diuji pada 3500 orang lain tanpa kematian.”
Vaksin GlaxoSmithKline akan terdiri dari antigen dari strain influenza baru ini terisolasi, dan juga mengandung adjuvant AS03 sendiri sistem berpemilik yang telah disetujui di Uni Eropa bersama dengan burung H5N1 vaksin yang flu di tahun 2008. Menurut Laporan Penilaian Masyarakat Eropa [30], AS03 adjuvant terdiri dari squalene (10,68 miligram), DL-α-tokoferol (11,86 miligram) dan polisorbat 80 (4,85 miligram). Vaksin H5N1 juga berisi 5 mikrogram thiomersal, serta Polisorbat 80, Octoxynol 10, dan berbagai garam-garam anorganik. Perusahaan ini agresif mempromosikan berbagai sistem ajuvan sebagai ‘keunggulan adjuvant’ nya yang mengurangi dosis vaksin [31].
Sebuah survei WHO baru-baru ini produsen vaksin primer menyimpulkan bahwa output potensi 4,9 Miliar dosis vaksin H1N1 per tahun adalah skenario kasus terbaik, dengan asumsi antara faktor-faktor lain yang formulasi dosis yang paling hemat (yang akan mencakup adjuvan beracun) akan dipilih oleh masing-masing produsen dan produksi yang akan berlangsung pada kapasitas penuh. Direktur Jenderal WHO, Dr. Margaret Chan, dan PBB Sekretaris Jenderal, Ban Ki-moon, bertemu dengan pejabat senior produsen vaksin pada tanggal 19 Mei dan meminta mereka untuk bagian cadangan kapasitas produksi mereka untuk negara-negara miskin yang seharusnya tidak memiliki atau sedikit akses terhadap vaksin dalam kasus pandemi [32].
Massa vaksinasi terakhir di AS adalah bencana. Pada tahun 1976, kasus flu babi yang ditemukan di tentara di Fort Dix, New Jersey, dan salah satu dari mereka meninggal, kemungkinan besar dari kelelahan fisik daripada dari infeksi [7]. Hal ini menyebabkan peluncuran vaksinasi massal 40 juta terhadap pandemi yang tidak pernah terwujud. Ribuan mengajukan klaim untuk cedera. Setidaknya 25 tewas dan 500 mengembangkan melumpuhkan sindrom Guillain-Barre [33, 34].
Sindrom flu babi sebagian besar ringan
Sejak 22 Juli 2009, CDC yang terdaftar sebanyak 40 617 kasus di AS, dengan 319 kematian, memberikan rasio fatalites / kasus 0,8 persen [35], meskipun tingkat kematian yang nyata – di antara semua kasus infeksi termasuk ringan orang yang tidak dilaporkan – mungkin jauh lebih rendah. Para ahli memperkirakan bahwa hanya 1 dari 20 kasus yang dilaporkan [36].
Inggris adalah negara terburuk Eropa terpengaruh, dan pandemi ini di berita utama sehari-hari di bulan Juli. Sebuah helpline telepon baru didirikan pada 23 Juli untuk membiarkan orang mendapatkan nasihat dan tamiflu tanpa melihat dokter. Dalam minggu itu, telah terjadi kenaikan rekor di kasus dengan 100 000 dan total 30 kematian sejauh [37], memberikan kematian / rasio kasus 0,03 persen, refleksi yang lebih akurat dari tingkat kematian yang sebenarnya.
Kepala medis Inggris, Sir Liam Donaldson petugas telah memerintahkan NHS untuk merencanakan sebanyak 65 000 kematian, dengan 350 hari di puncak [38]. Telah ada rencana ada belum untuk vaksinasi massal, tetapi pemerintah Inggris telah pesanan sebelumnya untuk 195 juta dosis vaksin dengan GlaxoSmithKline (GSK).
Vaksin yang GSK berkembang akan diuji pada sejumlah orang yang terbatas sebagai perusahaan obat Inggris dilaporkan [39] “beratnya bahaya pandemi terhadap risiko dari sebuah tembakan yang tidak aman.” Ini dikritik sebagai “berisiko” oleh Prof Hugh Pennington, seorang ahli mikrobiologi pensiun di University of Aberdeen, Skotlandia. “Dengan membatasi uji klinis, Glaxo menimbulkan bahaya bahwa dosis vaksin tidak dikalibrasi dengan benar, dan dapat menyebabkan gambar yang tidak melindungi orang dari virus atau buruk tidak aman,” kata Pennington.
Pennington menambahkan bahwa kemampuan tembakan untuk memicu pertahanan tubuh sangat penting dan membutuhkan tes untuk menentukan dosis terbaik dan apakah adjuvant diperlukan untuk meningkatkan kekebalan. (Seperti kita ketahui, GSK pasti mempromosikan berbagai baru dari adjuvant beracun.) Dia juga disebut insiden Fort Dix pada tahun 1976 (lihat sebelumnya).
Perancis telah memerintahkan vaksin dari Sanofi, GSK dan Novartis, tetapi tidak melihat alasan untuk meminta para pembuat vaksin untuk memperpendek atau melewatkan uji klinis [16]. Sanofi-Aventis, pembuat obat Perancis mengembangkan vaksin flu sendiri babi yang akan mulai menguji produk pada awal Agustus, dan memperkirakan akan membutuhkan sebanyak dua setengah bulan tes sebelum melakukan tembakan yang “aman dan protektif”, menurut Albert Garcia, berbicara untuk unit vaksin perusahaan, “vaksin akan siap pada bulan November atau Desember, katanya.
Baxter, bagaimanapun, akan menghasilkan vaksin dengan awal Agustus untuk tes klinis.
Glaxo juga mengatakan sedang mengembangkan masker wajah dilapisi dengan anti-virus untuk mencegah infeksi dan meningkatkan produksi obat Relenza untuk pasien yang sudah menderita flu babi.
Jelas ada cara yang lebih aman dan lebih efektif untuk memerangi pandemi daripada vaksinasi massal: mencuci tangan sering, bersin menjadi jaringan yang dapat dengan aman dibuang, menghindari pertemuan yang tidak perlu, dan menunda pembukaan sekolah – semua disarankan oleh pemerintah – dan kami akan menambahkan, makan sehat, olahraga, dan mendapatkan cukup vitamin D untuk meningkatkan kekebalan alami Anda [10].
Referensi
1. Baru di masa lalu promiscuous rincian virus “, Jon Cohen, Sains 2009, 324, 1127.
2. Garten RJ, Davis CT, CA Tussell dkk. Antigenik dan genetik charaatcteristics asal babi 2009 A virus influenza A (H1N1) yang beredar pada manusia. Ilmu 2009, 325, 197-201.
3. Virolog untuk membuat kasusnya untuk asal laboratorium flu babi “, Peter Duveen, Opednews.com, 4 Juli 2009, http://www.opednews.com/articles/Virologist-to-make-his-cas-by-Peter- Duveen-090630-103.html
4. Apakah flu babi senjata biologis “,? Paul Joseph Watson, PrisonPlanet.com 27 April 2009, http://www.prisonplanet.com/is-swine-flu-a-biological-weapon.htm
5. CDC menegaskan hubungan dengan virus pertama kali ditemukan di pabrik-pabrik AS babi “Michael Greger, 3 Mei 2009, http://www.hsus.org/farm/news/ournews/swine_flu_virus_origin_1998_042909.html
6. “Vaksin flu babi tidak boleh diberikan kepada anak-anak di sekolah”, Barbara Loe Fisher, Pusat Informasi vaksin Nasional, 22 Juli 2009, http://www.nvic.org

Berbagi Pengalaman Kisah Nyata: Imunisasi

[Judul asli: SHARING PENGALAMAN/KISAH NYATA]
Sungguh, Allah Maha Besar yang telah membukakan rahasia dari IMUNISASI selama ini.
AKHIRNYA TERUNGKAP! ternyata imunisasi sangat berbahaya! LINDUNGI putra-putri anda dari IMUNISASI sebelum hal-hal mengerikan terjadi…
MENGUAK RAHASIA yang terpendam lama..
INFORMASI PENTING INI, siap memberikan warna baru dalamhidup anda.  Segala hal mengenai Niat-niat terselubung pembuat VAKSIN dan BAHAYA IMUNISASI ada disini…bagi teman2 yang membutuhkan data dan fakta nyata akan bahaya imunisasi ini-silahkan hubungi saya di bangdinyani@yahoo.com SEGERA akan saya kirimkan sekitar 80 halaman FAKTA NYATA tentang BAHAYA IMUNISASI !
Salam Hormat
Ibu Suryani
Subject: SHARING PENGALAMAN/KISAH NYA
idiot1Ini kisah nyata yang saya alami, sebagai informasi / pelajaran bagi Rekan-rekan jika suatu saat ada yang menghadapi cobaan seperti yang saya alami.
Pada pertengahan bulan Juni 2005, Istri saya melahirkan dengan baik (walau dengan operasi caesar), bayi kami sehat tidak kurang suatu apapun, beratnya 3.150 Kg dengan panjang 49 Cm. Sekali lagi Kami sangat bahagia atas peristiwa ini. Kembali Segala saran-saran dokter (Dokter Anak: Prof. “R” di RS “A”) kami laksanakan dengan baik, minum vitamin-vitamin, susu ibu menyusui, menjaga kesehatan makanan/perlengkapan makan, makan makanan bergizi, menjaga pantangan-pantangan dalam merawat bayi. Dan rutin melakukan ImunisasDisinilah mulai timbul bencana pada keluarga kami, pada saat anak/bayi kami berusia +/- 7 bulan, untuk kesekian kalinya kami datang untuk imunisasi, pada saat itu kami datang ke dr Anak kami Prof. “R” di RS “A” , namun pada saat itu beliau tidak masuk, diganti oleh dokter pengganti/wanita yang masih muda/mungkin dokter baru (namun saya lupa namanya). Begitu melihat jadwal pada buku RS anak saya, dokter tersebut langsung siap melakukan imunisasi terhadap anak saya, “hari ini imunisasi HIB ya ?!”, saya & istri tahu bahwa imunisasi HIB tersebut salah satunya untuk mencegah radang Otak, makanya Istri saya sempat bertanya, “dok, seandainya imunisasi ini tidak dilakukan bagaimana ya ?!”, lalu dokter pengganti tersebut menjawab dengan nada agak ketus, “apakah ibu mau, anak ibu jadi Idiot?! (sambil memperagakan tampang muka orang yang idiot dengan lidah dijulurkan keluar)”. Karena begitu sayangnya kami dengan anak kami, sudah barang tentu kami tidak mau anakkami idiot, lagi pula saya saat itu berfikir demi kesehatan anak kami tentulah kami menuruti apa kata dokter yang lebih tahu/berpengalaman dengan imunisasi tersebut. Lalu tanpa memeriksa dengan seksama kondisi anak kami dalam keadaan fit/tidak, dan perlu tidaknya imunisasi tersebut kembali diberikan kepada anak saya (karena sebelumnya pada saat berumur +/- 5 bulan anak kami telah pernah diberikan imunisasi HIB I) dokter pengganti tersebut langsung memberikan suntikan imunisasi HIB II kepada anak saya.
Dua hari setelah pemberian imunisasi HIB yang kedua tersebut anak kami mengalami panas, lalu turun, panas lagi lalu turun ( 2 atau 3 hari sekali pasti mengalami panas ) dan anehnya panasnya hanya dikepala dan di pundak/leher serta di ketiak saja, badan/tangan dan kakinya tidak. Hal ini berlangsung +/- selama dua minggu, jika sedang panas, panasnya pernah sampai 40,6 derajat C.
Sewaktu di kantor saya sempat bertanya kepada rekan-rekan yang masih/pernah punya anak kecil mengenai panas anak saya, banyak diantara mereka yang bilang panas setinggi itu berbahaya, malah sebagian teman bilang anaknya panas “cuma” 38 derajat C saja sudah Step/kejang-kejang, namun sampai hari itu anak saya belum pernah Step/kejang-kejang, padahal panasnya beberapa kali sampai 40 derajat C, dan biasanya akan turun dengan sendirinya, paling-paling hanya rewel, susah tidur. Saya mulai Panik dan khawatir, takut jika anak saya tiba-tiba kejang/step di rumah.
Dan Saya mulai ke dokter, kebetulan di dekat rumah ada dokter Umum di RS. “D” (Berhubung waktu itu hari minggu tidak ada dokter Spesialis anak yang Buka). Dokter tersebut memberikan beberapa macam obat, ada yang syrup, ada yang serbuk. Setelah memakan obat-obatan tersebut selama 3 hari, anak kami masih belum membaik (panasnya masih naik turun), lalu kami ke RS “A” tempat dokter anak saya Prof. “R” dimana selain diberi obat-obatn juga disarankan untuk memeriksakan darah anak saya ke Lab. (waktu itu saya langsung periksakan anak saya ke Lab. “P” yang sudah berpengalaman), Karena setelah kami ketahui hasilnya “negatif/tidak ada penyakit” dan obat dari Prof. “R” di RS “A” juga belum efektif menyembuhkan panas anak saya, akhirnya saya membawa anak saya ke RS “B” Cikini (karena saya tahu di RS “B” ada ruang perawatan anak, jika memang anak saya perlu di rawat).
idiotDi sinilah ketabahan/kesabaran kami di uji. Saya datang pertama kali keRS “B” cikini, Kamis 17 Maret 2005 pagi +/- jam 7.00 Wib, dan setelah bertanya kesana-kemari saya langsung membawa anak saya ke UGD (Unit Gawat Darurat) karena masih pagi, dan disana ada dokter jaga, setelah dilakukan beberapa tindakan lalu +/- jam 08.30 saya bawa anak saya ke dokter Spesialis anak dr. “N”, baru kemudian diminta untuk di bawa ke ruang perawatan untuk di rawat.
Pintarnya RS, setiap mereka akan melakukan tindakan medis terhadap anak kami, kami/orang tua harus menyetujui terlebih dahulu tindakan tersebut, dengan catatan apabila orang tua pasien tidak menyetujui suatu tindakan medis, kami juga disodorkan surat penolakan tindakan medis, yang didalamnya tertera apabila terjadi apa-apa terhadap anak saya, maka pihak RS tidak bertanggung jawab karena tindakan medis yang akan mereka lakukan tidak disetujui. Itu artinya kami/pasien bagai memakan buah simalakama, dan tentunya harus mengikuti semua langkah-langkah medis yang dilakukan oleh pihak RS, karena memang tidak ada pilihan lain.
Anak saya langsung di infus dan diambil darahnya untuk pengecekan (karena hasil cek darah yang saya bawa dari Lab “P” sebelumnya menurut pihak RS bisa berubah) walaupun akhirnya hasilnya juga masih “negatif” tidak diketahui penyebab/penyakit panas anak saya. Kemudian atas anjuran dokter anak saya harus puasa dari jam 15.00 (tiga sore) sampai dengan 21.00 (sembilan malam) kerena akan diambil darahnya lagi untuk pemeriksaan. Selama waktu tersebut kami sedih melihat anak saya, walaupun ada infus di kakinya, namun anak saya tampak ingin makan/minum, namun kami tidak berikan walau mulutnya seperti orang yang kehausan. Kami sangat mengkhawatirkan fisik anak saya.
Benar saja apa yang Saya dan Istri saya khawatirkan terjadi, esokan hari/Jum’at subuh begitu panas anak saya kembali tinggi sampai lebih dari 40 derajat C, anak saya langsung kejang/Step (padahal sewaktu di rumah belum pernah sekalipun anak saya kejang/Step seperti saat itu), suster-suster RS mulai memberikan anak saya Oksigen melalui selang ke hidung, dan karena panas/Kejangnya lebih dari 1/2 jam, maka anak saya pagi itu juga langsung di bawa ke ruang ICU/PICU (Pedriatic Intensive Care Unit). Anak saya di diagnosa awal “kemungkinan” terkena Radang Otak yang disebabkan oleh Virus/bakteri, sehingga mengganggu fungsi pengaturan suhu tubuh. Dan dokter bilang kemungkinan sembuhnya hampir tidak ada, kalaupun sembuh akan ada efek sisa, misalnya jadi Idiot, Lumpuh, dsb. (Pihak RS langsung Pesimistis untuk penyembuhan anak saya).
Di ICU anak saya di rawat oleh Tim Dokter, dengan ketua Timnya yaitu dr. “Y” (dokter spesialis anak senior RS “B”), dengan anggota beberapa dokter Spesialis THT, Syaraf, Urologi, Bedah, dsb. Ditambah dengan dr.Konsulen/semacam penasihat, yaitu Prof. “A” dari RS “C”, selain dokter tim tersebut dibantu oleh beberapa orang suster yang dalam seharibekerjanya dibagi menjadi 3 shift, suster-suster inilah yang memonitor perkembangan kesehatan anak kami tiap saat. Suster juga sama seperti karyawan di kantor kita, ada yang teliti, ada yang rajin, ada yang baru/belum berpengalaman, ada yang text book, ada yang kurang berani bertindak, dsb.
gambar: efrizalwordpress.com
Sabtu subuh (hari ke dua perawatan) anak saya kembali panas tinggi dan kembali kejang, kali ini suster jaga pada saat itu terlihat kurang tanggap/cekatan dalam memberi tindakan terhadap anak saya, malahan pada saat kejang, karena tenaga medis tidak begitu “care”, Istri saya sendiri yang harus mengganjal mulut anak saya dengan alat pengganjal agar lidahnya tidak tergigit, dan karena terlalu lama tidak ditangani dengan baik akibatnya anak saya semakin lemah, terlihat pada mesin yang memonitor Oksigen dan Jantung anak saya saturasinya (istilah mesin tsb) terus menurun. Pada saat tim Dokter datang kondisi anak saya sudah memburuk, bahkan pada layar monitor mesin saturasi sempat terlihat “Flat”, artinya paru-paru/oksigen dan jantung anak saya telah berhenti bergerak. Saya dan Istri langsung Shock dan lemas tangis pun tak terbendung. Beberapa tenaga medis terus berusaha memompa secara manual nafas anak saya, lalu mereka segera memasang mesin Ventilator/alat bantu pernafasan (mesin yang sama dengan yang digunakan Almh. Sukma Ayu) dan menyalakannya. Seperti biasa pihak RS menyodorkan surat persetujuan tindakan pemasangan mesin tsb. Pada saat itu saya & istri sangat Shock, sehingga konsentrasi kami hanya kepada anak kami tersebut, oleh karena saya tidak begitu memperdulikan surat persetujuan melakukan tindakan yang disodorkan RS, akibatnya pihak RS langsung mencopot kembali selang-selang yang terpasang dan mematikan mesin/listrik Ventilator tsb. Kami kesal dan marah (walau hanya di dalam hati), lalu segera meraih surat persetujuan tindakan tsb dan menandatanganinya, barulah alat tersebut kembali dipasang/dinyalakan, dan selamatlah nyawa anak saya ketika itu (padahal menurut hemat saya hitungannya hanya detik untuk mengambil keputusan tersebut/terlambat sedikit mungkin akan berbeda ceritanya).
Kurang lebih dua minggu alat Ventilator itu terpasang, dan dua minggu itu pula kami mengalami pengalaman yang sangat pahit dalam kehidupan kami, kami menyaksikan betapa tersiksanya anak yang kami sayangi yang terus menerus dilakukan tindakan medis, diantaranya :
1. Diambil darahnya yang hampir setiap hari (dengan cara disedot dengan alat suntik), walaupun hasil Lab.-nya selalu negatif dengan jumlah pengambilan dalam sehari bisa 3X, dan dalam sekali ambil antara 5 – 10 CC darah, padahal kondisi anak saya ketika itu sangat lemah/terlihat kuning seperti kurang darah. Diambil sampel Urine, sampel cairan dari perut, Bahkan sampai diambil contoh cairan otaknya (melalui penyedotan pada ruas tulang belakang) walaupun hasilnya juga negatif.
2. Berganti-ganti tempat untuk memasukan jarum Infus, dari vena-vena di kepala, tangan, kaki, selangkangan, malah karena Tim medis sudah kesulitan memasukan jarum infus, tim medis melakukan tindakan Vena Sectio (operasi kecil/merobek kulit/daging terluar) untuk dicari pembuluh vena yang berada agak ke dalam agar jarum infus dapat memasukan cairan infus ke tubuh anak saya. Kedua pergelangan tangan dan kaki anak saya telah di-Vena Sectio.
3. Bius Total, dengan alasan takut mesin Ventilator tidak berfungsi dengan baik apabila anak saya dalam keadaan sadar.
4. Diberi obat-obatan/anti biotik berganti-ganti sesuai indikasi/kemungkinan (Baru kemungkinan/seperti coba-coba) penyakitnya yang kadarnya tergolong keras, yang sudah pasti banyak efek sampingnya.
5. Karena sudah tidak ada tempat untuk Infus dan pengambilan darah (semua titik venanya telah habis), beberapa kali tindakan infus/pengambilan darah tidak berhasil dilakukan, lalu dicoba lagi dan di coba lagi sehingga menimbulkan bekas luka lebam/biru/bekas-bekas jarum suntik yang sangat banyak.
6. Dilakukan foto Thorax (Rongent) beberapa kali, Padahal sekali saja dilakukan di yakini dapat membunuh banyak sel tubuh)
7. Timbul efek samping, Paru-paru anak saya meradang/infeksi sehingga di penuhi banyak cairan, dan kepala belakang dan samping kiri memar/luka/lecet/bengkak. Karena terlalu lama dalam posisi tidur/di bius (hal ini seharusnya tidak perlu terjadi kalau tim medis sering merubah posisi tidur anak saya/setelah kami Complain baru hal ini dilakukan).
8. Masalah Biaya. Sering kali pihak RS (dokter/suster), menanyakan masalah biaya, walaupun berkali-kali saya katakan ada surat jaminan pembayaran dari Kantor. (Coba bayangkan seandainya memang kami tidak punya biaya).
9. Diagnosa penyakit yang tidak didukung bukti yang pasti, tim Medis hanya selalu mengatakan “Kemungkinan”. Dari +/- satu bulan di rawat, anak saya sudah beberapa kali dikatakan kemungkinan penyakitnya bersumber dari Radang Otak karena penyakit/Virus/bakteri: Herpes, berubah Toxoplasma, berubah Maningitis, berubah Ensevalitis, sampaikesimpulan terakhir/dari sampel darah terakhir anak saya masih belum mengetahui pasti penyebab penyakitnya (bukti lab. adanya virus/bakteri tersebut tidak pernah ada).
vaksinPada masa itu juga kami sempat beberapa kali bersitegang dengan beberapa Tim Medis anak saya, namun kami selalu kalah (mengalah) karena posisi kami sangat lemah, Ketua tim dokternya “dr.Y” sempat berujar bahwa mereka dokter-dokter ahli, ” kalau di RS “C” bapak boleh bilang “begitu”, karena banyak dokter muda yang sedang belajar disana” (maksudnya menanggapi guman saya dengan istri saya, “kok anak kita seperti kelinci percobaan ya!? dan kata-kata tersebut didengar Suster, yang lalu melaporkannya ke ketua Timdokternya), bahkan dokter itu juga sempat berkata “kalau bapak tidak puas, silahkan angkat anak bapak sekarang !!”. Padahal saat itu, hal tersebut tidak mungkin kami lakukan karena seluruh tubuh anak saya terpasang mesin (Ada mesin ventilator, ada mesin saturasi Oksigen/Jantung, ada infus, ada selang Sonde/makanan, dsb)
Pernah seorang anggota Tim dokter yang didatangkan dari RS “C”, yaitu dr. “I” ahli syaraf, setelah memeriksa anak saya mengatakan, “Penyakitnya malah dari RS ini semua, ya !!”, Setelah masa perawatan 2 minggu tersebut timbul berbagai komplikasi; mata anak saya buta/tidak bisa melihat (menurutnya mungkin bisa sembuh karena anak saya masih bayi), Infeksi paru, memar di kepala, badan kaku/keras, padahal pertama kali masuk RS anak saya “hanya” sakit Panas. Kemudian dr “I” juga bilang ” tadi saya coba lepas alat Ventilatornya agak lama, anak bapak bagus kok, dia sudah bisa bernafas sendiri “. Saya bersyukur berarti ada kemajuan pikir saya ketika itu.
Awal minggu ke tiga beberapa orang tim medis (ada beberapa dokter dan beberapa suster), mencoba melepas alat bantu nafas/Ventilator (mungkin setelah diberi masukan oleh dr. “I” dari RS “C”), di coba 1 jam, 2 jam, 3 jam dan seterusnya …. rupanya anak saya sudah bisa kembali bernafas sendiri/normal. Namun karena Sumber penyakitnya belum diketahui maka Tim medis beberapa kali melakukan penggantian Obat/anti biotik, diantaranya Acyclovir, Delantin, Tegatrol, TieNam, Meronem (dua jenis yang tertulis dibelakang katanya merupakan anti Biotik yang paling Ampuh/Mahal/Impor dari Amerika).
Minggu ketiga dan selanjutnya Panas kepala anak saya relatif stabil (antara 36 – 38 derajat C), dan kondisinya relatif membaik “hanya” tinggal matanya yang Buta dan badannya yang kaku (sendi-sendinya tidak bisa ditekuk), namun pengambilan darah masih dilakukan secara berkala, dan hampir setiap hari dilakukan Terapi Fisioteraphy (Penyinaran dan pemijatan). Sehingga akhir minggu ke tiga semua Infus telah dicopot, oksigen dicopot, hanya tinggal selang Sonde (Selang makanan/di mulut) yang masih terpasang.
vaksinSaya dan Istri (serta keluarga besar kami), terus berdoa setiap hari untuk kesehatan anak kami satu-satunya, sampai pada pertengahan minggu ke empat, dr. “I” (Specialis syaraf dari RS “C”) bilang anak kami boleh di bawa pulang, namun minimal harus sehari masuk ke ruang perawatan biasa dahulu (sesuai prosedur RS “B”). Dan menurut dokter “I” juga, anak kami hanya cukup rawat jalan ke RS “C”, untuk berobat ke dr. “I” dan dr. “L” (specialis tumbuh kembang/penyembuhan tubuh anak saya yang masih kaku-kaku). Setelah sehari berada di ruang perawatan biasa, dan tidakada masalah kami membawa anak kami pulang dengan membawa dua macam obat (Anti kejang dan anti Virus), dan sebelum pulang, lagi-lagi anak kami diambil kembali darahnya oleh RS untuk pemeriksaan penyebab penyakit anak kami, setelah itu barulah kami diperbolehkan pulang.
Namun tidak sampai 2 hari anak kami di Rumah, kami/keluarga lupa akan luka dibelakang kepalanya (akibat perawatan yang lalai sebelumnya) yang masih belum sembuh total, lukanya terlihat memar/merah/agak bengkak/dan mungkin infeksi, yang mungkin juga membuat anak kami panas lagi/karena infeksinya, Panasnya kembali naik sampai 40 derajat C lebih, bahkan ketika akan kami beri obat (yang kami bawa dari RS), anak kami muntah hingga lemas, lalu tanpa banyak pikir lagi walaupun pada saat itu jam 02 pagi, kami kembali membawa anak kami ke RS “B” Cikini dan kembali kami mengalami kekesalan, anak kami diperlakukan layaknya seperti pasien yang baru masuk RS. Anak kami kembali masuk ICU, kembali harus Infus, puasa, diambil darahnya lagi (meskipun titik venanya sudah habis/tidak ada tempat lagi untuk infus/periksa darah, dan saya juga telah sampaikan mungkin panasnya akibat luka dibelakang kepalanya yang belum sembuh/infeksi), padahal saya sudah protes terhadap dr. jaga pada saat itu bahwa anak saya sebelumnya sudah dirawat hampir sebulan di RS tersebut, dan hasil lab. terakhirnya juga baru kemarin saya ambil dengan hasil “negatif”, juga saya kemukakan mengenai luka dibelakang kepalanya yang harus diprioritaskan pengobatannya. Namun karena dr. terus mengemukakan argumennya, akhirnya kami mengalah dan menyerahkan sepenuhnya apapun yang akan dilakukan oleh dr. Dan kembali anak saya dipakaikan selang Oksigen ke hidungnya, lalu dengan alasan “saturasi” nafasnya terus menurun, Tim medis berencana untuk memasang kembali mesin Ventilator pada anak saya, dengan sebelumnya meminta persetujuan saya lagi untuk diambil darahnya sebelum pemasangan mesin tersebut (padahal ketika itu kondisinya terlihat pucat/kuning seperti telah kehabisan darah). Kembali dengan berat hati dan berharap Tim Medis melakukan tindakan yang “benar” untuk anak saya, saya kembali menyetujuinya. Namun belum sempat mesin itu dipasang, belum sempat hasil lab I dan ke II (pengambilan darah pada pada hari itu) ada hasilnya, akhirnya anak saya dipanggil oleh yang Maha Kuasa …… anak saya mengalami Gagal Nafas dan dinyatakan Meninggal oleh pihak RS, walau saat itu saya pegang denyut Nadi di leher/bawah dagunya masih ada (walau lemah), sewaktu kami minta untuk terus memompa alat bantu nafas manualnya, Dokter/suster yang ada pada saat itu sudah lepas tangan dan tidak melakukan tindakan apapun juga. Akhirnya dengan Ikhlas, didepan mata kepala saya dan istri saya, anak kami melepaskan nyawanya tanpa kami bisa berbuat apapun juga (Selasa 12 April 2005 Jam 23.25 wib). Akhirnya Anak kami meninggal dengan sebab bukan karena penyakitnya (Panas), menurut kami “kemungkinan” karena gagal nafas/Infeksi paru atau malah “mungkin” karena terlalu lemah kehabisan darah.

Innalillahi Wa inna illaihi roji’un selamat jalan Permata hatiku, …….. doa kami ‘kan selalu menyertaimu…Amin
Dan tidak lupa saya & keluarga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada rekan-rekan yang telah memberikan suport baik moril, materil maupun spirituil kepada saya dan keluarga, semoga segala kebaikan rekan-rekan akan dibalas dengan pahala yang berlipat-lipat oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Amin.
Salam, Istriyanto & Keluarga
Note :
Tanpa mengurangi rasa hormat saya pada Ilmu Kedokteran dan tenaga medis, sesuai dengan pengalaman berharga dan mahal yang telah saya alami, maka kami mencoba mengambil kesimpulan (Setelah kami juga mendengar dari sesama Pasien RS, rekan/sahabat, tetangga, saudara yang sempat bezuk dan mengatakan pada saya, selama dalam perawatan sampai saat Meninggalnya anak saya) sbb:
1. Banyak kasus penyakit bayi/balita yang timbul setelah mereka disuntik imunisasi.
- Pasien lain di RS yang sama mengatakan pada saya, anak saudaranya sampai dengan usia 2 tahun belum pernah suntik Imunisasi Hepatitis namun, setelah ada dokter (spesialis anak) yang tahu, lalu disarankan di imunisasi Hepatitis, kemudian tidak lama setelah itu akhirnya anak saudaranya positif terkena Hepatitis akut, dan harus bolak-balik berobat ke dokter.
- Tetangga saya, sehabis Imunisasi campak, dua hari kemudian malah terkena campak.
- Tetangga kami yang lain, anak pertamanya rutin diimunisasi, namun phisiknya malah lemah sering sakit-sakitan, sedangkan anak keduanya sama sekali tidak pernah imunisasi namun malah sehat, hampir tidak pernah sakit (kalaupun sakit cepat sembuh/ringan)
- Teman sekolah saya anaknya tidak pernah Imunisasi malah sehat, umur 10 bulan sudah lincah berjalan, dan juga boleh dibilang tidak pernah sakit (kalaupun sakit hanya ringan saja).
- dan banyak lagi kasus-kasus serupa yang tidak mungkin saya tulis satu persatu.
2. Menurut saya, Jika bisa Hindari Imunisasi, kalaupun perlu/terpaksa pilihlah imunisasi yang pokok saja (bukan imunisasi lanjutan/yang aneh-aneh) alasannya :
- Kita “Mendzolimi”, anak kita sendiri yang memang sedang masa pertumbuhan dan pertahanan tubuhnya masih lemah, malah kita suntikan penyakit (walaupun sudah dilemahkan) ke tubuhnya.
- Kita tidak pernah tahu kondisi anak kita sedang benar-benar sehat atau tidak, karena terutama anak yang masih di bawah 1 tahun biasanya belum bisa bicara mengenai kondisi badannya, sedangkan imunisasi harus dilakukan pada bayi/balita yang sehat (tidak sedang lemah fisiknya/sakit).
- Sesudah kita memasukan penyakit ke tubuh anak kita, biasanya kita juga harus mengeluarkan banyak biaya. (Jasa dokter/RS, harga imunisasi, dsb),
- Tidak ada jaminan (Dokter/RS/puskesmas) apabila setelah imunisasi anak kita bebas dari penyakit yang telah dimasukan ketubuhnya. Contoh nyata yang terjadi pada anak saya, padahal anak saya sudah 2 kali imunisasi HIB ketika berusia +/- 5 dan 7 bulan ), padahal sebelumnya dokter bilang imunisasi HIB untuk menghindari penyakit Radang Otak, namun nyatanya anak saya malah meninggal akibat penyakit Radang Otak.
- Menurut seorang rekan yang pernah membaca Literatur terbitan Prancis, justru Imunisasi sudah tidak populer di Amerika Serikat, dan terus berusaha dihilangkan dan tidak dipergunakan lagi, bahkan di Israel Imunisasi telah di STOP samasekali, padahal kita tahu negara-negara itu merupakan pelopor “industri”, imunisasi.
- Menurut pengalaman saya jumlah kadar/isi setiap pipet/tabung imunisasi semua sama, jadi imunisasi tidak melihat berdasarkan berat tubuh/perbedaan Ras/warna kulit, padahal kalau Obat/Imunisasi itu Impor, tentulah kadarnya disesuaikan dengan berat/fisik orang Luar (Barat) yang jelas lebih basar dan kuat fisiknya dibanding orang Asia, namun kita malah sama-sama menggunakan dengan takaran yang sama. (akibatnya overdosis).
3. Jika tidak “urgent” sekali, hindari rawat inap di RS, karena banyak prosedur/step-step pengobatan yang akhirnya akan melemahkan tubuh pasiennya. (Contoh: keharusan berpuasa, pemasangan infus, pengambilan darah yang terus menerus, foto Rontgen, operasi, kemoteraphy, dsb). Jikalau perlu coba dulu dengan cara pengobatan alternatif/tradisional.
4. Jika perlu dengan tegas untuk menolak suatu tindakan medis yang akan dilakukan RS, jika kita yakini manfaatnya tidak benar-benar berpengaruh terhadap kesembuhan pasien.
5. Jika perlu lakukan 2nd opinion pada RS/dokter lain yang setara/lebih baik.
6. Banyak tanya, biarlah kita dibilang “bawel”, tanyalah setiap tindakan medis yang akan dilakukan, mengapa akan di lakukan, akibat-akibatnya, ada tidak cara-cara lain/alternatif lain yang lebih baik/tidak terlalu menyakiti pasien.
7. Terus temani pasien (bisa bergantian dengan keluarga yang lain), karena setiap saat bisa ada tindakan medis yang memerlukan persetujuan, dan cermati semua pekerjaan perawatannya, jika ada yang habis/kurang jangan sungkan melaporkan ke tenaga medis yang ada segera.
8. Terus berdoa, karena segala sesuatunya telah ditetapkan oleh “Yang Maha Kuasa”, manusia hanya bisa ikhtiar dan berusaha.
Diambil dari Forum Diskusi:

Fakta-fakta Sejarah Dunia Mengungkapkan Mengenai Bahaya Vaksin

(Laporan oleh Michael Devitt)
- Dalam 1871-2, Inggris, dengan 98% dari penduduk berusia antara 2 dan 50 divaksinasi terhadap penyakit cacar, itu mengalami wabah cacar terburuk yang pernah dengan 45.000 kematian. Selama periode yang sama di Jerman, dengan tingkat vaksinasi 96%, ada lebih dari 125.000 kematian akibat cacar. (Dokumen Hadwen)
- Di Jerman, vaksinasi massal terhadap difteri wajib dimulai pada tahun 1940 dan 1945 kasus difteri naik dari 40.000 sampai 250.000. (Jangan terjebak, Hannah Allen)
- Di Amerika Serikat pada tahun 1960, dua virologists menemukan bahwa kedua vaksin polio terkontaminasi dengan virus yang menyebabkan 40 SV kanker pada hewan serta perubahan dalam kultur jaringan sel manusia. Jutaan anak-anak telah disuntik vaksin ini. (Med JNL Australia 17/3/1973 p555)
- Pada tahun 1967, Ghana dinyatakan campak gratis oleh Organisasi Kesehatan Dunia setelah 96% dari populasinya adalah divaksinasi. Pada tahun 1972, Ghana mengalami salah satu wabah terburuk campak dengan angka kematian tertinggi yang pernah nya. (Dr H Albonico, MMR Vaksin Kampanye di Swiss, Maret 1990)
- Di Inggris antara tahun 1970 dan 1990, lebih dari 200.000 kasus batuk rejan terjadi pada anak-anak sepenuhnya divaksinasi. (Surveillance Penyakit Masyarakat Pusat, Inggris)
- Pada tahun 1970-an vaksin tuberkulosis percobaan di India yang melibatkan 260.000 orang mengungkapkan bahwa lebih banyak kasus TB terjadi di divaksinasi daripada tidak divaksinasi. (The Lancet 12/1/80 p73)
- Pada tahun 1977, Dr Jonas Salk yang mengembangkan vaksin polio pertama, bersaksi bersama dengan ilmuwan lain, bahwa inokulasi massal terhadap polio adalah penyebab kasus polio kebanyakan di seluruh Amerika Serikat sejak 1961. (Ilmu 4/4/77 “Abstrak”)
- Pada tahun 1978, sebuah survei dari 30 negara di AS mengungkapkan bahwa lebih dari separuh anak-anak yang terjangkit campak telah memadai divaksinasi. (Doctor Rakyat, Dr R Mendelsohn)
- Pada tahun 1979, Swedia meninggalkan vaksin batuk rejan karena ketidakefektifan tersebut. Dari 5.140 kasus pada tahun 1978, ditemukan bahwa 84% telah divaksinasi tiga kali! (BMJ 283:696-697, 1981)
-Para Februari 1981 isu Journal of American Medical Association menemukan bahwa 90% dari dokter kandungan dan 66% dari dokter anak menolak untuk mengambil vaksin rubela.
- Di Amerika Serikat, biaya tembakan tunggal DPT telah bangkit dari 11 sen di tahun 1982 menjadi $ 11,40 pada tahun 1987. Produsen vaksin itu menyisihkan $ 8 per ditembak untuk menutupi biaya hukum dan kerusakan mereka membayar orang tua anak-anak yang rusak otak dan anak-anak yang meninggal setelah vaksinasi. (The Vine, Edisi 7 Januari 1994, Nambour, Qld)
- Di Oman antara 1988 dan 1989, wabah polio terjadi di antara ribuan anak-anak sepenuhnya divaksinasi. Daerah dengan tingkat serangan tertinggi memiliki cakupan vaksin tertinggi. Daerah dengan tingkat serangan terendah memiliki cakupan vaksin terendah. (The Lancet, 21/9/91)
- Pada tahun 1990, sebuah survei yang melibatkan 598 dokter Inggris mengungkapkan bahwa lebih dari 50% dari mereka menolak untuk memiliki vaksin Hepatitis B, meskipun milik kelompok risiko tinggi mendesak untuk divaksinasi. (Inggris Med JNL, 27/1/1990)
- Pada tahun 1990, Journal of American Medical Association memiliki artikel tentang campak yang menyatakan “Meskipun lebih dari 95% dari anak usia sekolah di AS yang divaksinasi campak, campak besar wabah terus terjadi di sekolah-sekolah dan sebagian besar kasus ini pengaturan terjadi di antara anak-anak yang sebelumnya divaksinasi. ” (JAMA, 21/11/90)
- Di Amerika Serikat, dari Juli 1990 sampai November 1993, US Food and Drug Administration dihitung total 54072 reaksi buruk setelah vaksinasi. FDA mengakui bahwa jumlah ini hanya mewakili 10% dari total nyata, karena kebanyakan dokter yang menolak untuk melaporkan cedera vaksin. Dengan kata lain, reaksi yang merugikan bagi periode ini melebihi setengah juta! (Vaksin Nasional Pusat Informasi, 2 Maret 1994)
- Dalam New England Journal of Medicine edisi Juli 1994 sebuah studi menemukan bahwa lebih dari 80% anak di bawah 5 tahun yang telah tertular batuk rejan telah divaksin secara penuh.
- Pada tanggal 2 November 2000, Asosiasi Dokter Amerika dan Bedah (AAPS) mengumumkan bahwa anggotanya memilih pada pertemuan 57 tahunan mereka di St Louis untuk melewati resolusi yang menyerukan untuk mengakhiri vaksin anak wajib. Resolusi berlalu tanpa satu suara “tidak”.
sumber asli=> http://www.vaccinationdebate.com/

Mercury Didalam Vaksin Sudah Diganti Dengan Bahan Yang Bahkan Lebih Beracun

(Mercury In Vaccines Was Replaced With Something Even MORE Toxic)
 Sumber: Aluminum in Vaccines — a Neurological Gamble
, Singkat membuka mata terkait di bawah ini adalah e-book berjudul Aluminium di Vaksin – sebuah Gamble Neurologis, oleh Neil Miller, direktur Institut Vaksin Thinktwice Global. Ini dokumen bahaya yang berhubungan dengan aluminium-sarat vaksin. Anak-anak menerima konsentrasi tinggi aluminium dalam gambar mereka. Neurotoksin ini terdokumentasi dengan baik mungkin lebih berbahaya daripada merkuri.
Vaksin yang mengandung konsentrasi tinggi dari aluminium neurotoksik ditambahkan ke jadwal imunisasi anak ketika beberapa vaksin yang mengandung merkuri telah dihapus. Dua bulan bayi tua sekarang menerima 1.225 mcg aluminium dari vaksin mereka – 50 kali lebih tinggi dari tingkat keselamatan! Meskipun FDA, CDC dan Organisasi Kesehatan Dunia menyadari bahaya, mereka mengharapkan orang tua untuk bermain rolet Rusia dengan anak-anak mereka.
Dr Mercola dari Komentar:
Ketika merkuri dikeluarkan dari vaksin banyak (kecuali vaksin flu) tahun lalu, di bawah kedok palsu yang akhirnya vaksin sekarang aman. Apa badan kesehatan tidak ingin kau tahu adalah bahwa ada banyak tambahan beracun lainnya masih dalam vaksin, dan salah satunya adalah aluminium.
Aluminium belum menerima perhatian media luas bahwa merkuri memiliki, karena itu banyak orang tidak menyadari itu risiko kesehatan.
“Aluminium tidak dianggap, saya percaya, oleh publik sebagai logam yang berbahaya. Oleh karena itu, kita berada dalam gawang jauh lebih nyaman dalam hal mempertahankan kehadirannya di vaksin,” kata Dr John Clements, penasihat WHO vaksin.
Perhatikan katanya aluminium yang “tidak dianggap” oleh masyarakat sebagai logam yang berbahaya … dia tidak bisa hanya berkata bahwa aluminium aman, karena ini akan menjadi sebuah kebohongan.
Mengapa Aluminium Ditambahkan ke Vaksin?
Setiap vaksin memiliki dua komponen, agen yang Anda sedang mencari untuk mendapatkan respon imun, seperti virus campak, dan adjuvan kekebalan tubuh, yang meningkatkan respon imun dan biasanya dibuat dari berbagai senyawa yang sangat beracun, termasuk senyawa aluminium , MSG, dan merkuri. Tujuan dari adjuvant kekebalan tubuh adalah untuk meningkatkan sistem kekebalan Anda, atau untuk membuatnya bereaksi sebagai intens mungkin selama mungkin.
Tidak seperti meningkatkan kekebalan tubuh alami yang akan datang dari, katakanlah, makan sehat dan berolahraga, adjuvant kekebalan tubuh buatan dapat berbahaya dalam dan dari dirinya sendiri. Russell Blaylock mengatakan Dr, MD, seorang ahli bedah saraf papan bersertifikat dan penulis:
“Penelitian telah menunjukkan bahwa adjuvant, dari vaksin tunggal, dapat menyebabkan overactivation kekebalan selama dua tahun. Ini berarti bahwa otak tetap aktif mikroglia juga, terus mengalir keluar bahan kimia yang merusak.
Bahkan, satu studi menemukan bahwa suntikan tunggal zat mengaktifkan kekebalan dapat menyebabkan otak overactivation kekebalan selama lebih dari setahun. Ini sangat merusak. “
Bagaimana Aluminium Bisa Harm Otak Anda
Bila Anda atau anak Anda disuntik dengan vaksin, senyawa alumunium itu berisi tidak hanya menumpuk di tempat suntikan tetapi perjalanan ke otak Anda dan menumpuk di sana. Di otak Anda, aluminium memasuki neuron dan sel glial (astrosit dan mikroglia).
Penelitian telah menunjukkan bahwa aluminium dapat mengaktifkan mikroglia dan melakukannya untuk waktu yang lama, yang berarti bahwa aluminium dalam vaksinasi Anda adalah priming mikroglia Anda bereaksi berlebihan.
Vaksin berikutnya bertindak untuk memicu reaksi inflamasi ditingkatkan dan pelepasan eksitoksin, asam glutamat dan quinolinic, Dr Blaylock poin keluar.
Sementara itu, jika Anda turun dengan infeksi, terkena racun lebih, atau memiliki stroke atau cedera kepala apapun, ini akan memperbesar reaksi inflamasi yang terjadi di otak Anda karena vaksin. Penelitian telah menunjukkan bahwa sistem kekebalan tubuh Anda lebih tetap diaktifkan, semakin besar kemungkinan Anda akan menderita penyakit neurodegenerative.
Hidroksida aluminium yang digunakan dalam vaksin, termasuk hepatitis A dan B, dan koktail Pentacel untuk difteri, pertusis, tetanus, polio, dan meningitis, telah jelas dikaitkan dengan gejala yang berhubungan dengan Parkinson, ALS (penyakit Lou Gehrig), dan Alzheimer.
Para ilmuwan menemukan link setelah menyuntik tikus dengan vaksin anthrax dikembangkan untuk Perang Teluk pertama. Setelah 20 minggu, seperlima dari tikus mengembangkan alergi kulit, dan masalah memori meningkat sebesar 41 kali dibandingkan dengan kelompok plasebo. Juga, di dalam otak tikus, 35 persen dari sel-sel yang kontrol gerakan hancur.
Ada bukti kuat bahwa aktivasi kekebalan kronis di otak Anda, seperti yang dibahas oleh Dr Blaylock di atas, adalah penyebab utama dari kerusakan di berbagai gangguan otak degeneratif, dari penyakit multiple sclerosis Alzheimer, Parkinson dan ALS, yang dapat menjelaskan hubungan antara aluminium- mengandung vaksin dan penyakit ini.
Akhir tahun lalu tim ilmuwan juga menemukan bahwa vaksinasi melibatkan aluminium yang mengandung adjuvant dapat memicu kaskade kejadian imunologi yang berkaitan dengan kondisi autoimun, termasuk sindrom kelelahan kronis dan myofasciitis macrophagic, suatu kondisi yang menyebabkan kelemahan yang mendalam dan sindrom neurologis ganda, satu yang erat menyerupai multiple sclerosis.
Bahkan sebuah penelitian di Pediatrics, jurnal resmi American Academy of Pediatrics, mengakui bahwa:
“Aluminium sekarang sedang terlibat sebagai mengganggu berbagai proses seluler dan metabolisme dalam sistem saraf dan jaringan lain.”
Hal ini menyebabkan beberapa ahli menyarankan aluminium yang dalam vaksin dapat dikaitkan dengan autisme.
Hanya Berapa Banyak Bisa Aluminium Anak Anda akan terkena Untuk?
Jika Anda adalah orang tua dari seorang anak muda saya sangat menyarankan Anda membaca e-book seluruh terkait di atas, karena mantra dengan sangat jelas betapa aluminium akan disuntikkan ke anak Anda jika Anda mengikuti Pusat (CDC) jadwal vaksin Disease Control.
Singkatnya, bayi yang mengikuti jadwal vaksinasi yang direkomendasikan adalah disuntik dengan hampir 5.000 mcg (5 mg) dari aluminium pada saat mereka hanya 1,5 tahun.
FDA menganggap tingkat dari aluminium hingga 0.85mg menjadi “aman,” sehingga Anda melakukan matematika pada risiko yang terlibat di sini.
Bagi orang tua, masalah apa yang harus dilakukan tentang risiko ini bisa sangat membingungkan. Jadi tolong jangan mengambil waktu Anda untuk benar-benar penelitian risiko vaksinasi sebelum membuat pikiran Anda. Artikel Dr Blaylock, The Bahaya Vaksinasi berlebihan Selama Otak Pembangunan: Kasus untuk Link ke Gangguan Spectrum Autisme, merupakan titik awal yang sangat baik yang saya sangat merekomendasikan.
Jika Anda sedang mencari “user-friendly”, lebih masuk akal vaksinasi jadwal yang dapat menimbulkan risiko lebih sedikit dari CDC “satu ukuran cocok untuk semua” jadwal, Dr Donald Miller menyarankan sebagai berikut:
1. Tidak ada vaksinasi sampai anak Anda berusia 2 tahun.
2. Tidak ada vaksin yang mengandung thimerosal (merkuri).
3. Tidak ada vaksin virus hidup.
4. Vaksin berikut harus diberikan satu pada suatu waktu (bukan sebagai vaksin kombinasi), setiap enam bulan, dimulai pada usia 2:
a. Pertusis (acellular, sel tidak utuh)
b. Difteri
c. Tetanus
d. Polio (vaksin Salk, berbudaya dalam sel manusia)
Dan itu akan cukup banyak sejauh vaksinasi. Dokter anak Anda tidak akan seperti jadwal ini, tetapi jika Anda telah memeriksa bukti-bukti dan masih merasa anak Anda harus diinokulasi untuk tingkat tertentu, ini adalah alternatif yang jauh lebih aman untuk jadwal vaksinasi standar. Jika dokter anak Anda tidak setuju, atau tidak terbuka untuk mendiskusikan masalah ini dengan Anda, sudah saatnya untuk mencari yang baru yang akan memahami kekhawatiran Anda.
Related Articles:
Kebenaran Dibalik coverup Vaksin
Merkurius tidak Item Hanya Beracun di Vaksin
Katakan Kebenaran Tentang Vaksin – atau Jauhkan Jauh Dari Anak-anak saya

Bahan Dasar Vaksin – Formaldehyde, Aspartame, Mercury, dll

 Acel-Immune DTaP – Diphtheria-Tetanus-Pertussis Wyeth-Ayerst 800.934.5556
* diphtheria dan tetanus toxoids dan acellular pertussis adsorbsi, formaldehyde, aluminum hydroxide, aluminum phosphate, thimerosal, dan polysorbate 80 (Tween-80) gelatin Act HIB
Haemophilus – Influenza B Connaught Laboratories 800.822.2463
* Haemophilus influenza Tipe B, polyribosylribitol phosphate ammonium sulfate, formalin, dan sucrose
Attenuvax – Measles Merck & Co. , Inc. 800-672-6372
* virus penyakit campak neomycin sorbitol hydrolized gelatin, janin anak ayam.
Biavax – Rubella Merck & Co. , Inc. 800-672-6372
* virus penyakit rubella neomycin sorbitol hydrolized gelatin, jaringan sel diploid ketuban janin bayi aborsi .
BioThrax – Anthrax Adsorbed BioPort Corporation 517.327.1500
* nonencapsulated strain dari Bacillus anthracis aluminum hydroxide, benzethonium chloride, dan formaldehyde
DPT – Diphtheria-Tetanus-Pertussis GlaxoSmithKline 800.366.8900 x5231
*penyakit tenggorokan dan tetanus toxoid dan adsorbsi sel-sel pertussis, formaldehyde, aluminum phosphate, ammonium sulfate, dan thimerosal, washed sheep RBCs
Dryvax – Smallpox (not licensed d/t expiration) Wyeth-Ayerst 800.934.5556
* virus vaccinia, dengan “beberapa kontaminan mikroba”, menurut the Working Group on Civilian Biodefense polymyxcin B sulfate, treptomycin sulfate, chlortetracycline hydrochloride, dan neomycin sulfate glycerin, dan phenol – suatu persenyawaan dihasilkan dari penyulingan cairan gelembung tar kulit anak sapi Engerix-B
Recombinant Hepatitis B GlaxoSmithKline 800.366.8900 x5231
* susunan genetik virus hepatitis B yang dikodekan untuk menampilkan antigen (HbSAg), dikloning menjadi ragi GMO , aluminum hydroxide, dan thimerosal.
Fluvirin Medeva Pharmaceuticals 888.MEDEVA 716.274.5300
* virus influenza , neomycin, polymyxin, beta-propiolactone, cairan janin anak ayam.
FluShield Wyeth-Ayerst 800.934.5556
* virus influenza bervalensi tiga, dari jenis A&B gentamicin sulphate formadehyde, thimerosal, dan polysorbate 80 (Tween-80) cairan janin anak ayam.
Havrix – Hepatitis A GlaxoSmithKline 800.366.8900 x5231
* virus hepatitis, formalin, aluminum hydroxide, 2-phenoxyethanol, dan polysorbate 20 residu MRC5 protein sel diploid manusia dari jaringan ketuban janin bayi aborsi.
HiB Titer – Haemophilus Influenza B Wyeth-Ayerst 800.934.5556
* haemophilus influenza B, polyribosylribitol phosphate, ragi, ammonium sulfate, thimerosal, dan bahan dasar kimia dengan ragi medium.
Imovax Connaught Laboratories 800.822.2463
* adsorbsi virus rabies, neomycin sulfate, phenol, indikator merah albumin manusia, jaringan sel diploid ketuban janin bayi aborsi .
IPOL Connaught Laboratories 800.822.2463
* 3 jenis virus polio neomycin, streptomycin, dan polymyxin B formaldehyde, dan 2-phenoxyethenol lapisan malar ginjal monyet.
JE-VAX – Japanese Ancephalitis Aventis Pasteur USA 800.VACCINE
* strain Nakayama-NIH dari virus encephalitis Jepang, formaldehyde tidak aktif, polysorbate 80 (Tween-80), dan thimerosal serum protein tikus, dan gelatin
LYMErix – Lyme GlaxoSmithKline 888-825-5249
*protein rekombinan (OspA) dari kulit luar spirochete Borrelia burgdorferi kanamycin aluminum hydroxide, 2- phenoxyethenol, phosphate buffered saline – phosphate buffered saline.
MMR – Measles-Mumps-Rubella Merck & Co. , Inc. 800.672.6372
*virus penyakit campak, gondok dan rubella, neomycin sorbitol, hydrolized gelatin, cairan janin anak ayam dan sel diploid jaringan ketuban janin bayi abosrsi.
M-R-Vax – Measles-Rubella Merck & Co. , Inc. 800.672.6372
* virus penyakit campak , rubella neomycin sorbitol hydrolized gelatin, cairan janin anak ayam dan sel diploid jaringan ketuban janin bayi abosrsi.
Menomune – Meningococcal Connaught Laboratories 800.822.2463
*beku-padat polysaccharide antigens dari bakteri Neisseria meningitidis , thimerosal, dan lactose
Meruvax I – Mumps Merck & Co. , Inc. 800.672.6372
* virus penyakit gondok neomycin sorbitol hydrolized gelatin
NYVAC – (new smallpox batch, not licensed) Aventis Pasteur USA 800.VACCINE
*highly-attenuated virus vaccinia, polymyxcin B, sulfate, streptomycin sulfate, chlortetracycline hydrochloride, dan neomycin sulfate glycerin, dan phenol suatu persenyawaan yang dihasilkan dari penyulingan cairan gelembung tar dari kulit anak sapi .
Orimune – Oral Polio Wyeth-Ayerst 800.934.5556
* 3 jenis virus polio, neomycin attenuated neomycin, streptomycin sorbitol – sel ginjal monyet dan serum anak sapi .
Pneumovax – Streptococcus Pneumoniae Merck & Co. , Inc. 800.672.6372
* capsular polysaccharides dari polyvalent (23 types), pneumococcal bacteria, phenol,
Prevnar Pneumococcal – 7-Valent Conjugate Vaccine Wyeth Lederle 800.934.5556
* saccharides dari butiran Streptococcus pneumoniae antigens (7 serotypes) secara individu menghubungkan kepada penyakit tenggorokan diphtheria CRM 197 protein aluminum phosphate, ammonium sulfate, protein kecap, ragi.
RabAvert – Rabies Chiron Behring GmbH & Company 510.655.8729
*strain fixed-virus, Flury LEP neomycin, chlortetracycline, dan amphotericin B, potassium glutamate, dan albumin sukrose manusia, bovine gelatin dan serum “dari negara asal diketahui bebas dari bovine spongioform encephalopathy,” dan protein ayam.
Rabies Vaccine Adsorbed GlaxoSmithKline 800.366.8900 x5231
* adsorbsi virus rabies, beta-propiolactone, aluminum phosphate, thimerosal, dan phenol, rhesus merah sel paru-paru monyet.
Recombivax – Recombinant Hepatitis B Merck & Co. , Inc. 800.672.6372
* susunan genetik virus hepatitis B virus yang dikodekan untuk permukaan antigen (HbSAg), dikloning menjadi ragi GMO, aluminum hydroxide, dan thimerosal.
RotaShield – Oral Tetravalent Rotavirus (recalled) Wyeth-Ayerst 800.934.5556
* 1 rhesus monyet rotavirus, 3 rhesus-manusia reassortant virus neomycin sulfate, amphotericin B potassium monophosphate, potassium diphosphate, sucrose, dan monosodium glutamate (MSG) rhesus sel-sel diploid janin monyet, dan serum janin bovine penyakit cacar (tidak diberikan lisensi karena sudah kadaluwarsa)
40-yr old stuff “found” in Swiftwater , PA freezer Aventis Pasteur USA 800.VACCINE
* virus vaccinia, dengan beberapa kontaminan mikroba ” menurut the Working Group on Civilian Biodefense polymyxcin B sulfate, streptomycin sulfate, chlortetracycline hydrochloride, dan neomycin sulfate glycerin, dan phenol suatu persenyawaan yang dihasilkan dari penyulingan cairan gelembung tar dari kulit anak sapi .
Smallpox (new, not licensed) Acambis, Inc. 617.494.1339 in partnership with Baxter BioScience
* highly-attenuated vaccinia virus, polymyxcin B sulfate, streptomycin sulfate, chlortetracycline hydrochloride, dan neomycin sulfate glycerin, dan phenol – suatu persenyawaan yang dihasilkan dari penyulingan cairan gelembung tar dari kulit anak sapi.
TheraCys BCG (intravesicle -not licensed in US for tuberculosis) Aventis Pasteur USA 800.VACCINE
* live attenuated strain Mycobacterium bovis monosodium glutamate (MSG), dan polysorbate 80 (Tween-80)
Tripedia – Diphtheria-Tetanus-Pertussis Aventis Pasteur USA 800.VACCINE
*Corynebacterium diphtheriae dan Clostridium tetani toxoids dan a cellular Bordetella pertussis adsorbsi aluminum potassium sulfate, formaldehyde, thimerosal, dan polysorbate 80 (Tween-80) gelatin, ekstrak bovine.
US-sourced Typhim Vi – Typhoid Aventis Pasteur USA SA 800.VACCINE
* permukaan sel Vi polysaccharide dari Salmonella typhi Ty2 strain, aspartame, phenol, dan polydimethylsiloxane (silikon)
Varivax – Chickenpox Merck & Co. , Inc. 800.672.6372
* virus varicella neomycin phosphate, sucrose, dan monosodium glutamate (MSG) gelatin yang diproses, serum janin bovine, sel-sel binatang percobaan, albumin darah manusia, dan sel diploid jaringan janin bayi aborsi.
YF-VAX – Yellow Fever Aventis Pasteur USA 800.VACCINE
* 17D virus strain demam kuning sorbitol janin anak ayam, dan gelatin.
Vaccine Liberation Information: http://www.vaclib.org/pdf/exemption.htm

Konspirasi di Balik Fatwa MUI : Vaksin Imunisasi Halal dan Baik?


Bertepatan dengan Aksi dan Orasi Stop Vaksin yang diadakan oleh Sharia4Indonesia -Divisi Pelayanan Umat Bidang Kesehatan- pada hari Sabtu (23/7/2011) di Bunderan HI Jakarta, ternyata PT Biofarma, produsen terbesar vaksin di Indonesia mengadakan acara tandingan bertajuk “Vaksin Imunisasi Halal dan Baik” di kantor MUI, Jalan Proklamasi Jakarta. Di acara tersebut, KH Maruf Amin, Ketua MUI menyatakan bahwa vaksin imunisasi itu halal dan baik! Ada konspirasi apa di balik pernyataan tersebut?
Siapa di balik Biofarma?
Sulit menampik adanya konspirasi jahat yang mensosialisasikan bahwa vaksin imunisasi itu halal dan baik. PT Biofarma, sebagai produsen vaksin milik negara, sekaligus pemasok tunggal vaksin program imunisasi nasional jelas berkepentingan agar masyarakat terus menyangka bahwa vaksin imunisasi itu halal dan baik.
Melalui situs resminya, www.biofarma.co.id PT Biofarma menyatakan diri ingin menjadi produsen vaksin global, memproduksi dan memasarkan vaksin berkualitas internasional untuk kebutuhan pemerintah, swasta nasional, dan internasional. Selain itu, PT Biofarma juga ingin mengembangkan inovasi vaksin yang sesuai dengan kebutuhan pasar.
Sangat jelas terlihat bahwa PT Biofarma lebih berorientasi kepada pemenuhan kebutuhan pasar (keuntungan materi) dengan penjualan vaksin sebesar-besarnya, bukan berfikir apakah produk vaksinya halal dan baik.
Jika menelusuri jejak awal pemberian vaksin, maka menurut Flexner Brother, sejarah vaksin modern menemukan bahwa yang mendanai vaksinasi pada manusia adalah keluarga Rockefeller, salah satu keluarga Yahudi dan anggota Zionisme Internasional.
Bukan kebetulan, kalau ternyata melalui keluarga Rockefeller didirikan lembaga kesehatan dunia, WHO dan lainnya. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Dr. Leonard Horowitz dalam “WHO Issues H1N1 Swine Flu Propaganda” :
“The UN’s WHO was established the U.S Government’s National Science Foundation, the National Institute of Health (NIH), and earlier, the nation’s Public Health Service (PHS).”
WHO batasi penggunaan babi untuk bahan vaksin
Detikhealth.com menurunkan berita “WHO Batasi Penggunaan Babi untuk Pembuatan Vaksin”. Sumber informasi ini bahkan disampaikan oleh peneliti senior PT Biofarma, Dr Neni Nurainy, Apt, dalam jumpa pers Forum Riset Vaksin Nasional 2011 di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Selasa (26/7/2011).
“WHO mulai membatasi, karena ada risiko transmisi dan itu sangat berbahaya. Misalnya penggunaan serum sapi bisa menularkan madcow (sapi gila).”
Dalam berita tersebut, PT Biofarma mengklaim sudah mulai menggunakan media non-animal origin sebagai unsure binatang. Salah satunya pada vaksin polio injeksi atau Injected Polio Vaccine (IPV), yang proses pembuatannya telah dipresentasikan di Majelis Ulama Indonesia. Betulkah demikian?
PT Biofarma, sebagai produsen terbesar vaksin untuk nasional dan internasional dan juga merupakan perusahaan yang berskala internasional sudah pasti pembuatan vaksinnya sesuai standard WHO. Jika WHO secara terang benderang menyatakan akan mengurangi penggunaan babi dalam pembuatan vaksin, maka selama ini WHO masih menggunakan babi dalam pembuatan vaksin. Tentu, begitu pula dengan PT Biofarma.
Profesor Jurnalis Uddin, seorang anggota MPKS (Majelis Pertimbangan Kesehatan dan Syarak), dalam sebuah acara dengan PT Biofarma dan Aventis untuk memberikan penjelasan tentang proses pembuatan vaksin polio mengungkapkan adanya tripsin babi dalam pembuatan vaksin polio, begitu juga dengan vaksin Meningitis yang diproduksi oleh Glaxo Smith Kline untuk para jama’ah haji.
Selain tripsin babi, produksi vaksin juga kerap menggunakan media biakan virus (sel kultur) yang berasal dari jaringan ginjal kera (sel vero), sel dari ginjal anjing, dan dari retina mata manusia.
Dori Ugiyadi, Kepala Divisi Produksi Vaksin Virus Biofarma membenarkan bahwa ketiga sel kultur tersebut dipakai untuk pengembangan vaksin influenza. “Di Biofarma, kita menggunakan sel ginjal monyet untuk produksi vaksin polio. Kemudian sel embrio ayam untuk produksi vaksin campak,” ujarnya.
Vaksin halal dan baik, fatwa pesanan?
Sebagai produsen vaksin terbesar di Indonesia, PT Biofarma sangat berkepentingan dengan MUI, terutama fatwa halalnya. Tercatat beberapa kali PT Biofarma sowan ke MUI untuk mendapatkan fatwa halal. Dengan demikian, pernyataan Ketua MUI, KH Maruf Amien, bahwa vaksin imunisasi halal dan baik, pada acara “Vaksin Imunisasi Halal dan Baik” di kantor MUI, Sabtu 23 Juli 2011, diduga kuat juga merupakan fatwa pesanan.
Tim dari Sharia4Indonesia-Divisi Pelayanan Umat Bidang Kesehatan-akhirnya meminta konfirmasi kepada Prof.Dr.Tuntedja, dari LP POM MUI, tentang sertifikat halal dari semua vaksin yang telah diproduksi oleh PT Biofarma. Ternyata, beliau memberikan jawaban bahwa PT Biofarma belum mendapatkan itu bahkan belum mendaftarkan diri untuk diaudit.
Atas jawaban ini, maka sangat perlu dipertanyakan fatwa MUI melalui KH Maruf Amin yang dengan beraninya telah menyatakan bahwa vaksin imunisasi halal dan baik. Bukankah ini sebuah kebohongan publik yang sangat tidak pantas dilakukan oleh MUI? Hal ini karena meskipun KH Maruf Amin adalah Ketua MUI, namun beliau tidak berhak dan tidak berkompeten untuk menyatakan sebuah produk halal atau haram sebelum produk tersebut diauudit oleh lembaga yang bertanggung jawab untuk memberikan Sertifikat Halal, yaitu LP POM MUI.
Meskipun KH Maruf Amin seorang ulama, harus ada ilmu khusus untuk menyatakan sebuah produk itu halal atau haram, terutama mengetahui bahan-bahan pembuatan vaksin, seperti ilmu mikrobiologi, biokimia, uji DNA, dan ilmu-ilmu pendukung lainnya yang selama ini telah dikuasai oleh auditor LP POM MUI. Dengan demikian pernyataan KH Maruf Amin bahwa vaksin imunisasi itu halal dan baik tidak sah dan harus digugat!
Hal bertentangan juga disampaikan oleh Dra.Hj.Welya Safitri, M.Si., Wakil Sekjen MUI. Beliau mengatakan bahwa MUI tidak pernah menghalalkan vaksin yang diproduksi oleh PT Biofarma.
Direktur LP POM MUI, Nadzatuzzaman, dalam sebuah kesempatan pernah mengatakan bahwa kebanyakan vaksin yang ada saat ini dibuat melalui porcine (enzim protease dari babi) yang ada pada babi.
“Yang mengembangkan adalah negara barat yang tidak mempermasalahkkan halal-haram, sebenarnya enzim tersebut juga ada pada sapi. Tapi ilmuan tetap memakai babi, karena 96 % DNA babi mirip dengan DNA manusia,” ujarnya.
Lalu, mengapa sampai keluar pernyataan dari Ketua MUI, KH Maruf Amin, bahwa vaksin imunisasi itu baik dan halal? Inilah kuatnya aroma konspirasi medis untuk menghalalkan vaksin yang sebenarnya sangat berbahaya dan dapat menghancurkan umat manusia tersebut.
Dengan demikian, bisa jadi pernyataan tersebut memang merupakan fatwa pesanan dari PT Biofarma sebagai produsen vaksin terbesar di negeri ini yang lalu disebarluaskan oleh media mereka sendiri. Untuk itu, ummat Islam harus menggugat fatwa pesanan bahwa vaksin imunisasi itu halal dan baik yang telah dikeluarkan oleh MUI. Bukankah Allah SWT., berfirman :
“Janganlah engkau campur adukan yang hak dengan yang batil, dan janganlah engkau tutupi kebenaran, padahal engkau mengetahui.” (QS. Al Baqarah : 42)
Untuk itu, harus ada pelurusan berita, edukasi, dan sosialisasi bahaya vaksin imunisasi bagi umat manusia, dan kemudian tentu saja memberikan solusinya, halal dan baik. Insya Allah!

sumber: voa-islam.com

0 komentar:

Posting Komentar


Bupati Bengkalis Santuni 605 Anak Yatim-Kaum Dhuafa di Mandau

Bupati Bengkalis Serahkan Bantuan di Mesjid Baitulrahmah Duri

Dihadiri Bupati, Kajari Bengkalis Gelar Buka Puasa Bersama

Lingkungan

NASIONAL/ INTERNASIONAL

POLITIK

HUKUM & KRIMINAL

EKONOMI

MIGAS

UNIK&ANEH

OLAHRAGA

AUTO

TEKNOLOGI

 

SOSIAL

PENDIDIKAN

SENI & BUDAYA

All Rights Reserved © 2012 RiauGreen.com | Redaksi | Riau