Natril tergeletak saat dirawat dirumahnya ketika disambangi mahasiswa dari BEM STMIK-AMIK Pekanbaru dan STIE Bangkinang |
Senin (30/12/2013) siang, saat disambangi mahasiswa dari BEM STMIK-AMIK Pekanbaru dan STIE Bangkinang bersama berberapa wartawan, Natril terbaring lemas dengan kondisi badan kurus ditemani sang istri, Samsinar (36) dan dua putri mereka.
Dengan kondisi begitu terlihat ia sangat susah berkomunikasi menahan sakit yang dideritanya.
Menurut penuturan tetangga disekitarnya, ia mulai terbaring dan parah sejak sekitar hari raya Idul Adha belum lama ini.
Namun penyakit yang dideritanya sekitar Enam (6) bulan yang lalu, tapi paling parah yaitu sekitar bulan Oktober 2013 lalu.
Ayah Lima anak ini, mendapatkan simpati dari belasan mahasiswa dari BEM STMIK-AMIK Pekanbaru dan STIE Bangkinang dengan memberikan bantuan yang dikumpulkan melalui sumbangan dan donator.
Tumar ganas yang menyerangnya dalam 6 bulan saja menyebabkan kondisi hanya tinggal kerangka saja.
Warga desa Pulau Lawas ini memang membuat miris hati. Karena selain terbaring diatas dipan kayu yang sederhana hanya beralaskan kain lusuh, natril juga tidak dilengkapi alat kesehatan.
"Natril hanya mengandalkan obat-obatan tradisional," ungkap Said D Alatas Ketua BEM STMIK-AMIK Pekanbaru, Senin (30/12/2013) siang.
Kondisi ini berawal setahun yang lalu saat itu, Natril merasakan ada yang lain diperutnya.
Perutnya terasa sakit dan pedih, namun ditengah kondisi begitu ia harus menghidupi Lima anaknya.
Sementara kondisinya sangat miskin, Natril tidak memperdulikan sakitnya, barulah enam bulan kemudian ia mencoba memeriksan diri ke RSUD Bangkinang, namun dokter menyarankan agar, ia berobat ke RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru.
Dari hasil pemeriksaan, Natril dinyatakan mengidap tumor ganas. Sayangnya pengobatannya tidak berjalan baik karena keterbatasan dana dan pihak rumah sakit terkesan mengabaikan karena pasien ia miskin, akhirnya Natril dibawa pulang dan berobat jalan.
Said bersama rekan-rekannya di BEM STMIK-AMIK Pekanbaru juga melakukan gerakan peduli membantu Natril.
Melalui teman-temannya mereka meminta sumbangan dari donatur dan membuat kotak amal.
"Teman-teman terpanggil untuk membantu hanya saja tidak bisa berbuat banyak," ungkapnya.
Said berharap masyarakat Kampar dan Riau memberikan perhatian pada Natril, karena selain butuh biaya untuk berobat Natril juga butuh biaya untuk menghidupi anak-anaknya.
Natril hidup bersama istri dan anaknya didalam rumah yang berukuran kurang lebih 3 X 4, sangat tidak layak dengan berdinding papan berlantaikan tanah. (arief)
0 komentar:
Posting Komentar