Survei dilakukan di lokasi PT RAPP di Edi Semenanjung Kampar, Riau pada 25-28 Agustus 2013. Dari hasil penetian disumpulkan bahwa kedalaman gambut bisa diukur dengan teknik georadar.
Pakar HGI yang juga ahli remote sensing, Mahmud Raimadoya, menjelaskan ada tiga komponen penyimpan karbon yakni biomassa tanaman, bahan organik mati di permukaan tanah seperti sisa-sosa daun beserta ranting, dan tanah gambut.
Komponen tanah gambut masih terjadi kontroversi cara pengukurannya, terutama pada pengukuran kedalaman gambut.
“Diperlukan adanya teknologi tepat guna untuk membantu mengurangi ketidakpastian tersebut. Teknologi georadar mengukur kedalaman gambut dengan menggunakan pulsa radar tanpa merusak tanah gambut, sehingga bisa diperoleh hasil pengukuran dengan cara yang lebih cepat dan bisa menyimpan rekaman hasil pengukuran dalam dua dimensi”, ujar Mahmud, Minggu (1/9/2013).
Pada uji coba di lokasi PT RAPP, kata Mahmud, hasil pengukuran kedalaman gambut dari georadar dibandingkan dengan pengukuran geolistrik dan bor gambut.
"Kalau geolistrik mengukur hambatan listrik dari media yang dilewatinya, sehingga dari nilai hambatan tersebut kita bisa menentukan jenis media dan kedalamannya dalam hal ini tanah gambut. Sedangkan bor gambut adalah metode konvensional yang selama ini digunakan untuk mengukur ketebalan gambut namun tidak mempunyai rekaman data yang dapat diverifikasi tanpa harus datang ke lapangan,” jelasnya.
Menurut Mahmud, kesimpulan awal dari uji coba bersama tersebut adalah teknik georadar dapat dimanfaatkan untuk pegukuran kedalaman gambut di Indonesia seperti juga yang dilakukan di luar negeri. Cara tersebut juga tidak menimbulkan menimbulkan kontrovesi karena hasil pengukuran dari ketiga metodologi, yaitu georadar, geolistrik dan bor gambut, dapat dibandingkan satu dan lain dengan hasil yang konsisten.
“Hasil kajian ini akan disampaikan dan ditindaklanjuti dalam forum internasional Oktober mendatang,” pungkasnya. (okz)
0 komentar:
Posting Komentar