MAROKO, RIAUGREEN.COM - Disela-sela kunjungannya Ke Maroko selama hampir dua pekan (09-20/04/13), Syeikh Nuruddin Marbu bersama rombongan meyempatkan diri berkunjung ke kota Tanger yang dikenal sebagai kota kelahiran Ibnu batutoh, sang petualang legendaris asal Maroko yang sempat mampir di samudra pasai itu.
Kali ini pengurus cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Maroko berkesempatan menemui beliau, bahkan sempat mengikuti rangkaian kegiatan ziarahnya ke beberapa ulama terkenal selama di kota tersebut dan mewawancarainya secara khusus yang diliput oleh Lajnah Ta’lif wan Nasr,Kusnadi El Ghezwa.
Dalam petikan wawancara itu beliau mengatakan, “Pengaruh paham salafi Wahabi di Indonesia itu lebih banyak dibanding Maroko”. Menurut beliau, wahabi di Indonesia itu mereka bisa berekspresi sebebas mungkin, beda dengan di Maroko yang dibawah kekuasaan raja. Inilah salah satu yang menjadi pusat perhatian Pendiri Pesantren Az Zein Al Makki di Bogor itu.
Beliau juga berpesan kepada para pelajar nusantara yang sedang menempuh studinya di Negeri seribu benteng ini, agar jangan berharap sepenuhnya kepada Maroko, tapi ambillah yang positifnya. Mengingat Indonesia itu sebenarnya jauh lebih banyak hal-hal positifnya dibanding Maroko. Artinya kita harus lebih bangga dengan tradisi keislaman yang ada di Indonesia. Tidak semuanya harus meniru persis seperti yang sedang berkembang di Maroko.
Syeikh Nuruddin Marbu yang bergelar al Azharus Tsani (Al Azhar kedua) ini di tanah air dikenal sebagai ulama pembela Ahlus Sunnah wal jamaah (ASWAJA) yang giat memerangi paham salafi wahabi yang sering memecah-belah umat, bahkan menyesatkan dan mengkafirkannya.
Maka tak heran, jika selama di Maroko, beliau banyak mendatangi ulama-ulama yang berhaluan ASWAJA dan Mursyid-mursyid Thariqoh, seperti Syeikh Abdullah al Talidi al Tanjawi yang dikenal sebagai ulama sufi di kota Tanger-Maroko. Syeikh Abdullah Al Talidi sempat memberikan sebuah Ijazah kepada beliau. Mengingat beliau banyak sekali memiliki sanad keilmuannya.
Selama di Maroko, beliau juga mengadakan pengajian dengan para pelajar yang datang dari Asia tenggara seperti Malaysia dan Indonesia di wisma kedutaan Malaysia yang berada di ibukota Rabat-Maroko dan disiarkan langsung oleh stasiun TV al Hijrah selama 3 hari. Beliau mengatakan bahwa pada prinsipnya barang siapa yang menolong agama Allah maka Allah pasti akan menolongnya. “Inilah yang menjadi prinsip saya didalam mensyiarkan agaman Islam, itu artinya kita tidak boleh ragu dan takut didalam memperjuangkan kebenaran yang kita yakini. Disisi lain kita juga harus pandai-pandai memfilter antara nilai-nilai positif dan negative mengingat dunia islam saat ini banyak yang berubah”, paparnya.
Dalam mengakhiri kunjungannya di kota Tanger, beliau berziarah ke makam waliyullah Syeikh Abdossalam bin Masyisy, Guru dari Syeikh Abul Hasan Asy-Syadzily RA. yang berada di puncak bukit kota Tetoan, ujung utara Maroko dan makam syeikh Ibnu Ajibah, Sufi terkenal yang memiliki banyak karangan diantaranya, al futuhat al qudsiyah syarah al jurumiyah (yang disyarah dengan bahasa tasawuf) dan Syarah al hikam ibnu athoillah li ibnu Ajibah. (mr)
Kali ini pengurus cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Maroko berkesempatan menemui beliau, bahkan sempat mengikuti rangkaian kegiatan ziarahnya ke beberapa ulama terkenal selama di kota tersebut dan mewawancarainya secara khusus yang diliput oleh Lajnah Ta’lif wan Nasr,Kusnadi El Ghezwa.
Dalam petikan wawancara itu beliau mengatakan, “Pengaruh paham salafi Wahabi di Indonesia itu lebih banyak dibanding Maroko”. Menurut beliau, wahabi di Indonesia itu mereka bisa berekspresi sebebas mungkin, beda dengan di Maroko yang dibawah kekuasaan raja. Inilah salah satu yang menjadi pusat perhatian Pendiri Pesantren Az Zein Al Makki di Bogor itu.
Beliau juga berpesan kepada para pelajar nusantara yang sedang menempuh studinya di Negeri seribu benteng ini, agar jangan berharap sepenuhnya kepada Maroko, tapi ambillah yang positifnya. Mengingat Indonesia itu sebenarnya jauh lebih banyak hal-hal positifnya dibanding Maroko. Artinya kita harus lebih bangga dengan tradisi keislaman yang ada di Indonesia. Tidak semuanya harus meniru persis seperti yang sedang berkembang di Maroko.
Syeikh Nuruddin Marbu yang bergelar al Azharus Tsani (Al Azhar kedua) ini di tanah air dikenal sebagai ulama pembela Ahlus Sunnah wal jamaah (ASWAJA) yang giat memerangi paham salafi wahabi yang sering memecah-belah umat, bahkan menyesatkan dan mengkafirkannya.
Maka tak heran, jika selama di Maroko, beliau banyak mendatangi ulama-ulama yang berhaluan ASWAJA dan Mursyid-mursyid Thariqoh, seperti Syeikh Abdullah al Talidi al Tanjawi yang dikenal sebagai ulama sufi di kota Tanger-Maroko. Syeikh Abdullah Al Talidi sempat memberikan sebuah Ijazah kepada beliau. Mengingat beliau banyak sekali memiliki sanad keilmuannya.
Selama di Maroko, beliau juga mengadakan pengajian dengan para pelajar yang datang dari Asia tenggara seperti Malaysia dan Indonesia di wisma kedutaan Malaysia yang berada di ibukota Rabat-Maroko dan disiarkan langsung oleh stasiun TV al Hijrah selama 3 hari. Beliau mengatakan bahwa pada prinsipnya barang siapa yang menolong agama Allah maka Allah pasti akan menolongnya. “Inilah yang menjadi prinsip saya didalam mensyiarkan agaman Islam, itu artinya kita tidak boleh ragu dan takut didalam memperjuangkan kebenaran yang kita yakini. Disisi lain kita juga harus pandai-pandai memfilter antara nilai-nilai positif dan negative mengingat dunia islam saat ini banyak yang berubah”, paparnya.
Dalam mengakhiri kunjungannya di kota Tanger, beliau berziarah ke makam waliyullah Syeikh Abdossalam bin Masyisy, Guru dari Syeikh Abul Hasan Asy-Syadzily RA. yang berada di puncak bukit kota Tetoan, ujung utara Maroko dan makam syeikh Ibnu Ajibah, Sufi terkenal yang memiliki banyak karangan diantaranya, al futuhat al qudsiyah syarah al jurumiyah (yang disyarah dengan bahasa tasawuf) dan Syarah al hikam ibnu athoillah li ibnu Ajibah. (mr)
0 komentar:
Posting Komentar