Diskusi di LAMR |
"Apalagi pohon Sialang yang tidak dijaga," ujar Dedi Marzuki, S. Si saat mempresentasikan hasil penelitian di Balai Adat Melayu LAMR, Senin (2/6/2014). Penelitian tentang regenerasi Pohon Sialang di Desa Dundangan, Kecamatan Pangkalan Kuras, Pelalawan, Riau dilakukan bersama temannya, yakni Peri Perial S.Si dan Ardiles S.Si.
Dalam penelitian yang dilakukan pada akhir 2012 lalu, tiga orang mahasiswa FMIPA Universitas Riau ini mendapati regenerasi pohon sialang sangat rendah. "Walaupun areal konservasi, tapi tak ada regenerasi," katanya.
Dedi berpendapat, pohon Sialang saat ini layaknya pohon hidup yang sudah mati. Dimana, pohon-pohon Sialang yang ada saat ini sudah berumur ratusan tahun. Sementara, pohon-pohon muda yang akan menggantikannya itu tidak ada. "Pohon Sialang itu, pohon hidup yang sudah mati," katanya.
"Ketika pohon Sialang yang ada saat ini mati, maka punahlah," ulas Dedi.
Penyebab kepunahan pohon Sialang, lanjut Dedi, dikarenakan aktivitas manusia. Dimana, saat pengambilan madu Lebah, orang membersihkan 20 meter dari pokok pohon induk. "Kalau dulu, itu mungkin tak masalah. Namun, kalau sekarang dengan kondisi hutan semakin sempit, itu tidak bisa lagi," katanya.
"Sebab, jika tidak ada hewan penebar benih, biji-biji pohon Sialang hanya jatuh paling jauh 20 meter dari pohonnya," urai Dedi. Namun, hewan-hewan penebar biji pun sudah mulai punah.
Dalam sistem ekologi, lanjut Dedi, pohon Sialang bukanlah sembarang pohon. Secara fisik, pohon Sialang sangat unik dengan ukuran sangat besar. Dari jauh saja sudah kelihatan bahwa itu pohon Sialang. "Pohon Sialang ini seperti tiang penyangga hutan dan tentu memiliki pengaruh sangat besar dalam mengatur ekosistem hutan," terangnya.
Pohon Sialang disebut Mother of Tree, dimana pohon Sialang selalu merawat makhluk-makhluk yang ada di hutan, termasuk manusia. "Sangat banyak makhluk hidup yang ketergantungan dengan Sialang," katanya.
"Pohon Sialang pun tak akan bisa hidup tanpa adanya dukungan makhluk lain. Jika ia berdiri sendiri, maka ia akan mati secara perlahan," ujar Dedi.
Ketika pohon Sialang punah, lanjut Dedi, jawaban apa yang akan diberikan kepada anak cucu ketika mereka bertanya seperti apa pohon Sialang itu. Sebab, pohon yang ada saat ini hanya akan bertahan 50 tahun lagi. "Setelah itu, kita tak akan melihat pohon yang berbuah madu," katanya.
Untuk itu, Dedi dan dua orang temannya berharap ada sebuah penetilian lebih lanjut, dimana ada inventarisir terhadap pohon-pohon sialang yang ada di Riau. Selanjutnya, pohon tersebut perlu dipasang GPS untuk menandainya. "Kita perlu mengontrol regenerasinya, agar kitak tak kecolongan," katanya.
"Selama ini, kita hanya tahu pohon itu masih ada, tapi kita tak pernah tahu regenerasinya," lanjut Dedi. Padahal, hutan merupakan marwah orang Riau, dimana hutan dan budaya tak bisa dipisahkan.(red/gr)
0 komentar:
Posting Komentar