Kondisi Hutan Lindung Aek Matua
terus dirambah oleh oknum tidak bertanggung jawab
|
ROHUL, RIAUGREEN.COM - Cukup melelahkan perjalanan menuju kawasan Hutan Lindung Aek Matua ini. Dengan mengendarai sepeda motor dari Ibu Kota Kecamatan Bangun Purba, kami berbelok ke kiri memasuki gang kecil disela-sela rumah masyarakat.
Di ujung gang telah menunggu bentangan Jembatan Gantung setengah tua yang bergoyang-goyang ketika dilewati. Walaupun agak terasa gamang, akhirnya jembatan ayunan sepanjang lebih kurang 70 meter itu dapat kami lewati.
Kami sampai keseberang dan perjalan kami lanjutkan melalui jalan rabat beton yang yang sudah pecah tak karu-karuan disana sini. Sepeda motor kami merengek menempuh jalan berlubang sejauh lebih kurang 3 km melewati kebun sawit masyarakat di kanan kiri jalan.
Setelah lelah merengek menempuh jalan berlubang, sepeda motor kami meraung mendaki tanjakan terjal tegak lurus sepanjang 1 km. Sepeda motor kami parkir disemak-semak, dan selanjutnya perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki memasuki kedalaman hutan. Semakin kedalam semakin santer terdengar suara geraman mesin pemotong kayu bersahut-sahutan dari lapisan bukit. Didepan mata terhampar pemandangan yang membuat hati miris, Hutan lindung Aek Matua meranggas.
Sejauh mata memandang yang terlihat hanyalah warna hitam kecoklatan, asap masih mengepul dari batang-batang pohon yang terbakar. Sudah dapat dipastikan bahwa asap yang melanda Provinsi Riau dan negara tetangga pada bulan Agustus dan awal september yang lalu juga disumbang dari kawasan ini.Sulit dilukiskan dengan kata-kata, menyedihkan sekali aroma hutan yang semestinya segar dan khas kini telah berubah menjadi aroma arang dan asap yang menyesakkan dada.
Puluhan hektar Hutan Lindung yang seharusnya dilindungi telah rusak. Disepanjang lereng-lereng bukit yang kami lalui masih terlihat bangkai kayu bergelimpangan beralaskan serbuk bekas penggergajian yang menandakan penebangan liar masih berlangsung di hutan lindung yang tidak terlindung ini.
Tidak tampak ada tanda-tanda penyelamatan disana, artinya memang tidak ada usaha penyelamatan hutan lindung ini oleh pihak yang berwenang baik dari Dinas Kehutanan maupun Pemerintahan Kabupaten Rokan Hulu. Semua sepi-sepi saja, seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Mengherankan, apakah pihak yang berwenang memang tidak tau atau pura-pura tidak tau ? Tidak mungkin kalau tidak diketahui oleh pihak berwenang karena jarak dari kawasan ini dengan pasir Pangaraian tidak terlalu jauh, ibaratnya masih didepan hidung. Atau mungkin karena para berwenang masih sibuk mengumbar janji dalam Pilgubri ?
Harus ada penyelamatan sebelum Hutan Lindung ini benar-benar rusak yang akan mengakibatkan kerusakan juga pada lingkungan sekitarnya. Tepat dibawah bukit disekitar hutan ini banyak terdapat permukiman masyrakat, selain itu ditengah-tengah hutan lindung ini juga terdapat air terjun yang dikenal dengan “AEK MATUA”, yang dikuatirkan akan tinggal nama apabila tidak dilakukan segera pencegahan pengrusakan hutan ini. (r1/rg)
Kami sampai keseberang dan perjalan kami lanjutkan melalui jalan rabat beton yang yang sudah pecah tak karu-karuan disana sini. Sepeda motor kami merengek menempuh jalan berlubang sejauh lebih kurang 3 km melewati kebun sawit masyarakat di kanan kiri jalan.
Setelah lelah merengek menempuh jalan berlubang, sepeda motor kami meraung mendaki tanjakan terjal tegak lurus sepanjang 1 km. Sepeda motor kami parkir disemak-semak, dan selanjutnya perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki memasuki kedalaman hutan. Semakin kedalam semakin santer terdengar suara geraman mesin pemotong kayu bersahut-sahutan dari lapisan bukit. Didepan mata terhampar pemandangan yang membuat hati miris, Hutan lindung Aek Matua meranggas.
Sejauh mata memandang yang terlihat hanyalah warna hitam kecoklatan, asap masih mengepul dari batang-batang pohon yang terbakar. Sudah dapat dipastikan bahwa asap yang melanda Provinsi Riau dan negara tetangga pada bulan Agustus dan awal september yang lalu juga disumbang dari kawasan ini.Sulit dilukiskan dengan kata-kata, menyedihkan sekali aroma hutan yang semestinya segar dan khas kini telah berubah menjadi aroma arang dan asap yang menyesakkan dada.
Puluhan hektar Hutan Lindung yang seharusnya dilindungi telah rusak. Disepanjang lereng-lereng bukit yang kami lalui masih terlihat bangkai kayu bergelimpangan beralaskan serbuk bekas penggergajian yang menandakan penebangan liar masih berlangsung di hutan lindung yang tidak terlindung ini.
Tidak tampak ada tanda-tanda penyelamatan disana, artinya memang tidak ada usaha penyelamatan hutan lindung ini oleh pihak yang berwenang baik dari Dinas Kehutanan maupun Pemerintahan Kabupaten Rokan Hulu. Semua sepi-sepi saja, seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Mengherankan, apakah pihak yang berwenang memang tidak tau atau pura-pura tidak tau ? Tidak mungkin kalau tidak diketahui oleh pihak berwenang karena jarak dari kawasan ini dengan pasir Pangaraian tidak terlalu jauh, ibaratnya masih didepan hidung. Atau mungkin karena para berwenang masih sibuk mengumbar janji dalam Pilgubri ?
Harus ada penyelamatan sebelum Hutan Lindung ini benar-benar rusak yang akan mengakibatkan kerusakan juga pada lingkungan sekitarnya. Tepat dibawah bukit disekitar hutan ini banyak terdapat permukiman masyrakat, selain itu ditengah-tengah hutan lindung ini juga terdapat air terjun yang dikenal dengan “AEK MATUA”, yang dikuatirkan akan tinggal nama apabila tidak dilakukan segera pencegahan pengrusakan hutan ini. (r1/rg)
0 komentar:
Posting Komentar