"Jika suhu udara berada di atas normal dan bertahan hingga beberapa pekan saja, maka tanaman palawija akan rusak dan bisa-bisa petani menjadi gagal panen," kata Ariful Amri kepada Antara di Pekanbaru, Kamis.
Menurut dia, sebaiknya pemerintah turut berperan aktif dalam mengatasi ancaman persoalan yang akan dihadapi para petani palawija ini dengan ragam upaya konkrit.
Semisal melakukan upaya penyuburan dengan pemanfaatan teknologi, menurut Amri, hal itu tentunya akan mengurangi potensi kerugian yang akan dialami kalangan petani.
"Satu hal yang harus difahami, ketika cuaca ekstrem melanda suatu wilayah, khususnya panas yang berelebih, maka segala macam tanaman akan mengalami 'dehidrasi akut' yang menyebabkan kelayuan. Jika hal demikian terjadi, maka produktiitas tanaman tersebut akan melemah," katanya seperti di kutip dari antarariau.
Ujung-ujungnya, demikian Amri, hasil pertanian palawija tersebut akan menjadi menurun atau tidak akan sesuai dengan yang diharapkan.
Untuk diketahui, kata dia, tanaman palawija seperti jagung, umbi-umbian dan kacang merupakan tanaman pertanian yang harus mendapat perhatian dalam kecukupan air.
Jika tanaman palawija saja sudah terancam, kata Amri, bagaimana dengan tanaman pertanian persawahan sejenis padi yang memang begitu membutuhkan air dengan jumlah yang sangat banyak.
Cuaca ekstrem tentu akan mengancam musim tanam padi di sejumlah daerah di Riau, terutama daerah yang langanan mengalami kesulitan air di musim kemarau.
Sejumlah petani padi, menurut dia, sebaiknya mulai bersiap merubah pola tanam pertanian tentunya dengan bantuan dan dukungan pemerintah di daerah agar tidak mengalami kerugian yang juga ekstrem.
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru menyatakan sejak satu pekan terakhir sejumlah wilayah di Sumatra khususnya Riau tengah mengalami gangguan cuaca panas yang ekstrem akibat banyak daerah tekanan rendah yang terbentuk.
Hal itu yang kemudian menyebabkan terjadinya kekeringan yang luar biasa, bahkan hingga mengakibatkan sejumlah kawasan lahan hutan dan pertanian rakyat menjadi kebakaran.
Dampak dari kebakaran hutan dan lahan pertanian itu, kuwalitas udara di sejumlah wilayah di Provinsi Riau seperti Kota Dumai dan Kabupaten Bengkalis menjadi menurun. Kabut asap juga membuat aktivitas masyarakat di dua wilayah itu menjadi terganggu.(*)
0 komentar:
Posting Komentar