CINTA NEGERIKU

RIAU UNTUK INDONESIA

Facebook | Twitter | Advertise

Katinon, Jenis Narkoba Baru Nomor Wahid

Minggu, Februari 17, 2013

RIAUGREEN.COM - Belum banyak orang yang tau mengenai efek katinon ini, apakah ia sama berbahayanya dengan extacy?

Untuk menjadi lebih fit, segar, gembira, penggunaan narkotika yang bersifat halusinasi memang seting diandalkan oleh beberapa pihak. Dalam sebuah situs internet, seorang DJ merasakan perasaan gembira dan senang, jika ia mengkonsumsi extacy. Bahkan ia juga menjadi lebih menyukai music yang hingar bingar. Penawaran seseorang untuk menggantinya dengan katinon, yang awalnya dianggap herbal penambah stamina biasa, ternyata efek katinon sendiri kurang lebih sama dengan extacy.

Berasal Dari Tanaman Kath di Afrika dan Arab

Di sebagian Arab dan Afrika tumbuhan ini memang tumbuh dengan subur, dan sudah lama digunakan oleh banyak orang. Bahkan daun kath, dijual dengan harga yang tidak mahal. Penduduk Afrika dan sebagaian penduduk Arab mengkonsumsi kath, seperti mengkonsumsi sirih. Efek katinon yang terdapat dalam tumbuhan kath, ini yang menyebabkan seseorang ingin mengkonsumsi daun ini terus menerus.

Efek katinon secara garis besar mirip dengan extacy. Pengguna katinon, biasanya akan merasa riang gembira dan tahan lapar. Jika awalnya mengantuk bisa menjadi fresh kembali. Efek katinon sendiri biasanya baru akan muncul setelah 1 jam dikonsumsi, dan akan hilang dalam 4-6 jam kemudian. Setelah efek katinon hilang, pengguna akan merasakan sangat letih.

Di Indonesia, bukan berarti tumbuhan kath ini tidak ditemukan. Di daerah puncak dan bogor, tumbuhan ini juga biasa ditaman. Banyak turis yang berasal dari timur tengah mencari tumbuhan ini ketika berkunjung ke daerah puncak atau bogor. Biasanya tumbuhan ini dijual dengan harga Rp. 30000 per ikatnya. Para turis memanfaatkan efek katinon untuk menekan rasa capai dan rasa lapar.

Bagaimana tumbuhan kath ini kemudian bisa dijadikan dalam bentuk kapsul, tentunya melalui proses sintesis yang panjang. Dalam daun kath sendiri terkandung beberapa jenis senyawa kimiawi. Diperlukan teknologi untuk memisahkan masing-masing senyawa hingga diperoleh senyawa katinon ataupun turunannya. Walaupun yang ditemukan dalam pesta narkoba di Rumah Selebriti Raffi Ahmad merupakan derivate atau turunan dari katinon, namun efeknya kurang lebih sama berbahayanya.
 

Efek Katinon Merusak Sistem Syaraf Pusat

Penggunaan katinon untuk manusia untuk kepentingan kesehatan memang belum ada informasi yang lengkap. Namun, menurut beberapa ahli kesehatan hewan, katinon sudah biasa digunakan untuk hewan. Pada hewan, efek katinon yang paling sering terjadi adalah peningkatan daya tahan tubuh. Efek katinon juga dimanfaatkan pada saat akan mengwinkan hewan, salah satunya menambah nilai gairah hewan tersebut.

Bisa jadi efek katinon pada hewan ini juga berlaku pada manusia. Apakah katinon juga diprediksi menimbulkan candu, beberapa ahli kesehatan mengatakan hal itu sangat mungkin terjadi, walau penggunaan di Arab dan Afrika sejauh ini tidak pernah melaporka kejadian seseorang sakau karena katinon.

Tidak dipungkirin, bahwa efek rusaknya syaraf adalah yang paling ditakuti akibat penggunaan katinon ini. Banyak orang menjadi lebih mudah berhalusinasi saat di bawah pengaruh katinon. Efek tingginya stimulansia dan euphoria juga kerap terjadi saat mengkonsumsi katinon ini. Tidak hanya merusak sistem saraf pusat, katinon berpotensi merusak sistem kekebalan tubuh.

Jika saat ini katinon sudah mulai masuk ke Indonesia, buanlah lebih baik aturan perundangan tentang narkotika di evaluasi kembali, sehingga peredaran katinon bisa segera ditekan dan efek katinon tidak sampai kepada masyarakat. (*)


Manjur.net 

 


0 komentar:

Posting Komentar


Bupati Bengkalis Santuni 605 Anak Yatim-Kaum Dhuafa di Mandau

Bupati Bengkalis Serahkan Bantuan di Mesjid Baitulrahmah Duri

Dihadiri Bupati, Kajari Bengkalis Gelar Buka Puasa Bersama

Lingkungan

NASIONAL/ INTERNASIONAL

POLITIK

HUKUM & KRIMINAL

EKONOMI

MIGAS

UNIK&ANEH

OLAHRAGA

AUTO

TEKNOLOGI

 

SOSIAL

PENDIDIKAN

SENI & BUDAYA

All Rights Reserved © 2012 RiauGreen.com | Redaksi | Riau