CINTA NEGERIKU

RIAU UNTUK INDONESIA

Facebook | Twitter | Advertise

MINYAK YANG BERSAHABAT "Sebuah solusi atas perkebunan kelapa sawit berskala industri"

Selasa, Oktober 23, 2012



 Perkebunan kelapa sawit meluas dengan cepat selama 20 tahun terakhir di Indonesia, menghancurkan sebagian besar wilayah hutan alam dan lahan gambut yang penting. Kemajuan ekonomi yang dijanjikan dan lapangan pekerjaan bagi komunitas lokal tidak banyak yang terwujud. Sebuah inovasi muncul, pendekatan petani sawit skala kecil telah memberi keuntungan sosial dan ekonomi serta ikut membantu melindungi hutan alam yang tersisa. Penduduk Desa Dosan berkomitmen untuk melindungi wilayah hutan dan memperbaiki praktik pengelolaan lingkungan -- seperti tidak melakukan pembakaran lahan, tidak menggunakan herbisida dan memperbaiki sistem pengairan untuk menjaga sistem tata air di lahan gambut.

Mengapa penting melindungi hutan?

Kerusakan dan degradasi hutan menyebabkan perubahan iklim dengan dua cara. Pertama, menggunduli dan membakar hutan melepaskan karbondioksida ke atmosfir dan kedua, wilayah hutan yang berfungsi sebagai penyerap karbon berkurang. Peran mereka dalam mengatur iklim sangat penting sehingga jika kita terus menghancurkan hutan tropis, maka kita akan kalah dalam memerangi perubahan iklim. Hutan adalah rumah bagi keanekaragaman hayati dunia -- jutaan binatang dan tumbuhan. Terlebih lagi, jutaan masyarakat asli hutan bergantung kepada hutan sebagai sumber kehidupan mereka. 

Bertani kelapa sawit yang
bertanggung jawab

Di awal tahun 2000-an, Pemerintah Kabupaten Siak bersama-sama dengan perusahaan sawit milik negara, merancang sebuah skema untuk petani sawit skala kecil yang hasilnya adalah pengelolaan perkebunan diserahkan kepada beberapa koperasi masyarakat lokal. Sejak tahun 2008, penduduk Desa Dosan telah mengelola perkebunan secara mandiri, keuntungannya dapat diperoleh kembali oleh desa mereka, serta menyediakan juga lapangan pekerjaan bagi penduduk Dosan. Dengan dukungan LSM lokal Elang, perbaikan praktik pengelolaan telah meningkatkan produksi panen dan mengurangi dampak buruk terhadap lingkungan. Skema perbaikan pengelolaan ini terbilang sukses sehingga bisa menjadi acuan untuk pengelolaan lahan gambut di Indonesia.

Apa yang sangat penting dari lahan gambut di Indonesia?

Gambut terbentuk ketika genangan air menghambat pembusukan bahan organik - kebanyakan vegetasi - dan terkumpul selama ribuan tahun. Secara global, gambut menyerap 25-30% emisi karbondioksida setiap tahunnya dan tanahnya mengandung 1.200 kali lebih banyak karbon dibandingkan pepohonan.
Ketika gambut dikeringkan, cadangan karbon bereaksi dengan oksigen di atmosfir. Lahan gambut yang kering sangat mudah terbakar, memiliki resiko yang tinggi dan api yang terus membara di dalam tanah akan bertahan dalam jangka waktu yang lama. Lahan gambut Indonesia, menutupi permukaan bumi sebesar 0,1 persen, namun dengan mengeringkan lahan gambut dan membakarnya telah menyumbang 4 persen emisi global per tahun, menjadikan Indonesia menjadi negara ketiga terbesar penyumbang emisi.
Bagaimana cadangan karbon bisa menjadi pelepas karbon yang berbahaya
Lahan gambut mengandung 20 persen sumber air tawar dunia, berperan penting dalam mengatasi kekeringan dan pencegahan terhadap banjir. Gambut tropis adalah hunian bagi keanekaragaman hayati, keunikannya (termasuk medannya yang sulit) sering membuat lahan gambut jarang diteliti.
Desa Dosan terletak di ujung wilayah lahan gambut Kampar. Luasnya yang mencapai ribuan hektar dan kedalaman lahan gambutnya bisa mencapai 15 meter, menjadikan Kampar sebagai wilayah lahan gambut yang terbesar dan paling terancam di dunia.
Dampak pembuatan kanal terhadap pengeringan kubah gambut dimodifikasi dari sistem hidrolik Delft, 2006
1.Situasi alami
Gambut berakmulasi selama ribuan tahun, menyerap karbon dari hutan dan membentuk kubah pengikat air berdiameter 5-50 kilometer. Jalur air terletak dekat dengan permukaan.
2.Pengeringan
Ketika lahan gambut dikeringkan, permukaan jalur air bawah tanah tersebut menjadi turun, mencegah penyerapan karbon lebih lanjut. Ketika terpapa udara maka gambut akan mulai terurai.
3.Pengeringan terus menerus
Dengan mengeringkan jalur air gambut mendatangkan resiko tinggi, terdapat api yang terus menyala dalam jangka waktu yang lama.
4.Tahap akhir
Jika tidak dilakukan pencegahan/mitigasi, karbon akan terus lepas dan lahan gambut akan amblas.

Komunitas yang melindungi
hutannya

Hutan selalu menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat Desa Dosan, alasan kebutuhan dan prioritas melestarikan hutan menjadi sama pentingnya, karena hutan memberi mereka karet, rotan, makanan dan kayu. Mereka yang dahulunya pernah mengabaikan hutan, saat ini lebih bijaksana dalam mengelola perkebunan kelapa sawit dan buktinya mereka memiliki kualitas hidup yang lebih baik sekarang. Siklus kehidupan mereka telah sempurna. Tidak ada lagi kemiskinan di desa mereka.

Dimanakah para harimau dan gajah?

Danau Nagasakti merupakan danau di kawasan gambut yang sangat luar biasa jernihnya dengan latar belakang hutan primer. Selain menjadi rumah bagi satwa seperti Harimau Sumatera, wilayah tersebut juga merupakan penyokong kehidupan bagi sejumlah keragaman hayati. Merupakan bagian dari kubah gambut Kampar, wilayah ini dipengaruhi oleh perubahan dalam jalur air gambut dan tutupan hutan. Masyarakat Dosan percaya bahwa danau tersebut suci dan memahami pentingnya menjaga wilayah tersebut --mereka lah penjaga hutan ini.

Aksi Lokal untuk solusi global

Terdapat solusi lokal di sektor kelapa sawit yang juga mampu melindungi hutan dan memberi keuntungan secara sosial dan ekonomi. Komunitas lokal adalah penjaga hutan dan lingkungan – nasib mereka lah yang dipertaruhkan dan mereka sangat bergantung kepada ekosistem yang berfungsi secara sehat. Di sisi lain, mereka memberi contoh bagaimana menanam kelapa sawit dengan kontrol lokal secara menyeluruh menguntungkan bagi masyarakat dan lingkungan serta membantu mengurangi emisi gas rumah kaca. Dimana lahan gambut telah dikonversi dapat dikelola dengan baik untuk menjaga kualitas dan kuantitas air, mengurangi dampak pada kubah gambut dan mengurangi emisi.

Masa depan Hutan


Greenpeace menyerukan agar:
1. Hentikan deforestasi – terutama agar tidak ada lagi konversi hutan alam menjadi perkebunan, konversi lahan gambut menjadi perkebunan atau lahan bukan hutan, tanpa membakar lahan.
2. Restorasi lahan gambut kritis yang sudah ditebang dan integrasi pengelolaan lahan gambut di kawasan yang sudah ditebang.
3. Pengembangan skema perbaikan pengelolaan petani sawit skala kecil (seperti desa dosan) di lahan yang sudah terdegradasi di seluruh Sumatera dan Indonesia.
4. Dukung komunitas lokal untuk melestarikan dan melindungi hutan mereka, dan mengambil metode ekologi bercocok tanam untuk perbaikan pengelolaan lahan.

Sumber : greenpeace




0 komentar:

Posting Komentar


Bupati Bengkalis Santuni 605 Anak Yatim-Kaum Dhuafa di Mandau

Bupati Bengkalis Serahkan Bantuan di Mesjid Baitulrahmah Duri

Dihadiri Bupati, Kajari Bengkalis Gelar Buka Puasa Bersama

Lingkungan

NASIONAL/ INTERNASIONAL

POLITIK

HUKUM & KRIMINAL

EKONOMI

MIGAS

UNIK&ANEH

OLAHRAGA

AUTO

TEKNOLOGI

 

SOSIAL

PENDIDIKAN

SENI & BUDAYA

All Rights Reserved © 2012 RiauGreen.com | Redaksi | Riau