Effendi (24) terbaring lemah menderita penyakit syaraf leher |
Nasib yang dialami Effendi (24) cukup memprihatinkan. Di saat teman-teman sebayanya, dan saudaranya bisa keluar rumah, dan beraktifitas seperti sekolah, kuliah dan bekerja. Effendi anak ketiga dari delapan bersaudara ini, hanya bisa memandang dari dalam rumah berdinding papan milik ibunya yang kini sudah menjanda.
Ia sendiri harus berbaring tak berdaya sejak sembilan bulan lalu, di karenakan urat lehernya mengalami benturan. Berawal dari kecelakaan sepeda motor, hingga mendapatkan perawatan seadanya di karenakan ekonomi keluarga yang sangat lemah.
Keluarganya pun tidak kuasa lagi menahan apa yang di derita Effendi. Tapi apa daya, ekonomi yang lemah membuat keluarganya pasrah. Kendatipun niat untuk mendapatkan kesembuhan itu ada.
Rabu (8/1) kemarin sejumlah dari wartawan mendatangi kerumah Darwati (48) ibu dari Effendi saat ditemui dikediaman terlihat sedih. Raut wajah tua seorang janda yang sudah di tinggalkan suaminya sejak 9 tahun lalu itu meluapkan isi hatinya. Ia berharap anaknya bisa sembuh dari penyakit yang diderita.
Menurut Darwati,anaknya itu di bawa berobat. Dengan mengandalkan hasil kebun getah warisan suaminya yang sudah tiada, akan tetapi hasil dari itu tidak cukup untuk biaya selama perawatan. Belum lagi harus menghidupi anaknya yang masih bersekolah, dan kuliah.
"Saya sudah tak mampu lagi untuk berbuat banyak, agar anak saya bisa sembuh dari sakitnya dan bisa berjalan lagi, "ungkap Darwati dengan mata berlinangan.
Beberapa bulan lalu, sambungnya lagi. Effendi sempat dibawa ke Rumah Sakit Arifin Ahmad-Pekanbaru, namun pihak rumah sakit menyatakan tidak mampu menyembuhkan penyakit putranya tersebut. Juteru pihak dokter menyarankan agar anaknya di bawa berobat ke Rumah sakit di Malaka.
“Atas saran dokter di Rumah Sakit Arifin Ahmad tersebut,saya memberanikan diri membawa Effendi ke Malaka. Waktu itu dibantu ongkos, hasil dana bantuan perorangan warga. Terkumpul sebesar Rp 15 juta, namun karena ongkos berobat di Malaka sangat mahal, terpaksa Effendi dibawa kembali ke Bengkalis,”tuturnya lagi.
Ia juga menuturkan, saat berobat di Malaka, harapan besar untuk sembuh itu ada. Akan tetapi, di karenakan biaya yang serba pas-pasan. Maka keluarga mengurunkan niatnya untuk melanjutkan perobatan. Karena pihak medis di salah satu rumah sakit di Malaka sempat memberi gambaran biaya, yaitu sebesar 40 ribu ringgit lebih, ditaksir sekitar Rp 170 juta jika di rupiahkan.
“Mau dari mana lagi, warga miskin seperti kami ini mendapatkan uang sebanyak itu, kalau hanya Rp 2 juta, mungkin bisa dicari,sedangkan penghasilan noreh getah tiap minggu hanya berpenghasilan Rp 200 ribu, kami memang tak sanggup lagi untuk mendapatkan ongkos berobat, "tambahnya.
Kepala Desa Sungai Alam Herman Yahya, saat ditemui di kediamannya turut menyampaikan, jika penyakit yang di derita salah seorang wargannya itu sudah pernah diupayakan untuk dilakukan perobatan. Effendi sampai saat ini masih dalam usia produktif, karena masih muda dan jika diupayakan berobat kepada ahlinya, masih ada harapan untuk sembuh.
Dia juga mengatakan, warga desa sudah berusaha membantu sebatas kemampuan. Kendati pun demikian, pihaknya akan coba kembali mengupayakan bantuan agar Effendi bisa sembuh dari penyakitnya.
"Saat ini pihak Desa masih mengupayakan dana agar dapat membawa Effendi berobat di Malaka, disisi lain saya juga berharap bagi saudara saudara yang punya harta lebih untuk menyisihkan rezekinya sedikit agar Effendi segera bisa berangkat ke Malaka untuk disembuhkan, karena bagaimana pun warga kita itu butuh bantuan,"katanya kades Sungai alam. (asr)
0 komentar:
Posting Komentar